Tepat Pasien Tepat Obat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dari hasil analisis deskriptif dapat terlihat bahwa seluruh obat antidiabetes telah memenuhi ketepatan pemberian dosis antidiabetik sebesar 100 pada pasien rawat inap diabetes melitus RUMKITAL Dr. Mintohardjo.

4.3.3 Tepat Pasien

Tepat pasien merupakan pemberian obat antidiabetik harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing pasien. Ketepatan pasien dapat dilihat dari kesesuaian dengan kondisi pasien. Maka, didapatkan 84,44 pemberian antidiabetik yang tepat pasien. Pada lampiran 6 dapat terlihat hasil dari analisis penilaian tepat pasien. Pada contoh kasus nomor 10, terdapat pemberian 1 jenis antidiabetik yaitu glikuidon. Obat antidiabetik glikuidon termasuk golongan sulfonilurea telah memenuhi kriteria tepat pasien dikarenakan pada penggunaan glikuidon sudah sesuai dengan diagnosis dan keadaan pasien. Pasien mengalami gangguan fungsi ginjal karena memiliki kadar ureum dan kreatinin yang melebihi batas normal ureum : 43 mgdl dan kreatinin : 1,3 mgdl untuk wanita dan 1,2 mgdl untuk pria, sehingga antidiabetik glikuidon sudah tepat diberikan karena boleh diberikan untuk penderita gangguan ginjal. Pada kasus nomor13 terdapat pemberian 2 jenis antidiabetik, yaitu antidiabetik oral metformin dan insulin injeksi novorapid. Metformin tidak dapat memenuhi kriteria tepat pasien karena pasien mengalami gangguan fungsi ginjal. Menurut literatur Pharmacotherapy Review Program for Advanced Clinical Pharmasy, ACCP, metformin tidak boleh diberikan pada penderita gangguan ginjal yaitu ditandai dengan kreatinin serum 1,4 mgdl atau lebih, sehingga pada pasien tersebut dikatakan tidak memenuhi kriteria ketepatan pasien. Berikut dibawah ini ialah tabel hasil analisis frekuensi pemberian antidiabetik tepat pasien. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.5 Distribusi Analisis Ketepatan Pasien Antidiabetik Berdasarkan Frekuensi Pemberian Antidiabetik Obat Antidiabetes Penilaian Ketepatan Pasien Total Obat Tidak Tepat Pasien Tepat Pasien Frekuensi Frekuensi Anti Diabetik Metformin 3 33,33 6 66,67 9 Glimepirid 0,00 8 100,00 8 Gliclazid 1 50,00 1 50,00 2 Glikuidon 1 33,33 2 66,67 3 Glibenklamid 0,00 1 100,00 1 Acarbose 1 100,00 0,00 1 Novorapid 1 8,33 11 91,67 12 Lantus 0,00 5 100,00 5 Levemir 0,00 2 100,00 2 Actrapid 0,00 2 100,00 2 Total 7 15,56 38 84,44 45 Dari hasil analisis deskriptif dapat terlihat bahwa hanya 15,56 terjadi ketidaktepatan pasien pada pasien rawat inap diabetes melitus RUMKITAL Dr. Mintohardjo.

4.3.4 Tepat Obat

Ketepatan obat adalah kesesuaian pemilihan suatu obat diantara beberapa jenis obat yang mempunyai indikasi untuk penyakit diabetes melitus yang telah ditetapkan pada literatur standar dan disesuaikan dengan riwayat pengobatan pasien yang telah digunakan sebelumnya. Berdasarkan Pharmacotheraphy A Pathophysiologic Approach dan American Diabetes Association terdapat guideline atau algoritma terapi DM tipe 2 dan terapi DM tipe 1 berdasarkan Joslin’s Diabetes Melitus. Dalam guideline tersebut, disebutkan bahwa : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1. Metformin dipilih pada awal terapi kecuali ada kontraindikasi karena mempunyai efek glikemik, tidak menyebabkan peningkatan berat badan dan hipoglikemia, efek samping ringan, dapat diterima dengan baik, dan murah. 2. Bila belum mencapai perubahan kadar glukosa darah, maka dilakukan terapi kombinasi antara metformin dengan obat antidiabetes oral lainnya. Medikasi yang lain juga dapat diberikan jika metformin merupakan kontra indikasi. Dalam konsensus ini dapat ditambahkan insulin atau sulfonilurea. Insulin diberikan pasien dengan gejala sekunder akibat hyperglikemia, dapat diberikan insulin agar lebih efektif. Insulin dapat dimulai dengan insulin basal. Namun demikian banyak penderita masih memberikan respons dengan obat oral. 3. Jika perubahan gaya hidup, metformin, dan sulfonilurea atau insulin basal tidak menghasilkan kadar glukosa darah yang diinginkan, langkah selanjutnya harus dimulai dengan intensifikasi terapi insulin. Intensifikasi terapin insulin biasanya terdiri dari injeksi tambahan yaitu insulin kerja pendek dan cepat yang diberikan sebelum makan untuk menurunkan kadar glukosa darah postprandial. Jika insulin intensif telah dimulai, obat-obatan secretagok insulin sulfonilurea atau glinid harus dihentikan atau diturunkan secara perlahan sampai dihentikan, dengan pertimbangan tidak bersifat sinergik. Dari hasil data deskriptif tersebut, didapatkan seluruh pasien 100 diberikan obat antidiabetes yang sesuai riwayat pengobatan dan algoritma pemilihan obat antidiabetes. Berikut pada Tabel 4.6 gambaran distribusi ketepatan pemilihan obat berdasarkan frekuensi pemberian obat antidiabetes. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.6 Distribusi Ketepatan Pemilihan Obat Berdasarkan Frekuensi Pemberian Antidiabetik Obat Antidiabetes Penilaian Ketepatan Obat Total Obat Tidak Tepat Obat Tepat Obat Frekuensi Frekuensi Anti Diabetik Metformin 0,00 9 100,00 9 Glimepirid 0,00 8 100,00 8 Gliclazid 0,00 2 100,00 2 Glikuidon 0,00 3 100,00 3 Glibenklamid 0,00 1 100,00 1 Akarbosa 0,00 1 100,00 1 Novorapid 0,00 12 100,00 12 Lantus 0,00 5 100,00 5 Levemir 0,00 2 100,00 2 Actrapid 0,00 2 100,00 2 Total 0,00 45 100,00 45

4.3.5 Tanpa Interaksi Obat

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Rinosinusitis Kronik Rawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2006-2010.

0 33 107

Potensi Interaksi Obat Antidiabetes pada Pasien Rawat Inap Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Juli-Desember 2014

2 74 92

Analisis Potensi Interaksi Obat Diabetes Melitus Pada Resep Obat Pasien Rawat Jalan Di RSAL Dr.Mintohardjo

2 42 84

Pengaruh Terapi Oksigen Hiperbarik Terhadap Pasien Tuli Mendadak di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat Periode 2014

2 16 74

Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Antibiotik pada Pasien DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) di RUMKITAL (Rumah Sakit Angkatan Laut) Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat

0 15 0

Uji Efektivitas Terapi Oksigen Hiperbarik Pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat

1 30 88

EVALUASI RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK EVALUASI RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK TUBERKULOSIS PARU DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI PERIODE JAN

4 11 14

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2010.

0 0 15

EVALUASI PERESEPAN OBAT ANTIKANKER PAYUDARA PADA PASIEN RAWAT INAP EVALUASI PERESEPAN OBAT ANTIKANKER PAYUDARA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

0 0 13

PEMANTAUAN TERAPI OBAT PASIEN DIABETES MELITUS NEUROPATIK DI RUMAH SAKIT TNI ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO | Saragi | SOCIAL CLINICAL PHARMACY INDONESIA JOURNAL 836 2664 1 PB

0 0 7