Diagnosis Diabetes Melitus Patofisiologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Diabetes gestational a. Usia kehamilan 24-28 minggu dengan menggunakan 75 gram oral glucose tolerance testOGTT b. Jika DM gestational telah di diagnosis, selama 6-12 minggu sesudah kelahiran

2.3.5 Diagnosis Diabetes Melitus

Berdasarkan American College of ClinicalPharmacy, terdapat beberapa cara diagnosa untuk mendiagnosis DM berdasarkan tipe DM : 1. Diagnosa DM Tipe 1 dan 2 I.Parameter glikemik pada pasien yang tidak hamil i. Fasting PlasmaGlucose FPG a Metode termudah dan sering digunakan b 126 mgdL atau lebih ii. Random Plasma Glucose a 200 mgdL atau lebih dengan gejala hiperglikemia b Gejala hiperglikemia disertai dengan poliuria, polidipsia, dan kehilangan berat badan c Konsentrasi hemoglobin A1c A1c baik iii. Test Toleran Glukosa Oral a Konsentrasi glukosa plasma selama 2 jam proses pencernaan dengan 75 gram glukosa oral b 200 mgdL atau lebih c Lebih sensitif dan spesifik dibandingkan dengan FPG tetapi tidak praktis bila digunakan iv. Dengan hasil test yang abnormal, pasien sebaiknya di tes kembali v. A1c hemoglobin a 6,5 atau lebih b Kurang sensitif dibandingkan dengan FPG tetapi tidak mengharuskan untuk puasa dan hasilnya kurang bervariasi dari hari ke hari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta c Nilai A1c tidak akurat pada pasien penderita anemia hemolitik, malaria kronik, atau pasien yang baru saja menerima transfusi darah atau kehilangan banyak darah b. Test diagnosa lain i. C-peptida kadar sekresi insulin biasanya tidak teralu berarti pada DM tipe 1 dan normal atau tinggi pada DM tipe2 ii. Terdapat sel autoantibodi 2. Diagnosis diabetes gestational : parameter glikemik pada pasien hamil a. 75 gram OGTT pada kehamilan 24-28 minggu i. Puasa : 92 mgdL atau lebih ii. 1 jam setelah OGTT : 180 mgdL atau lebih iii. 2 jam setelah OGTT : 153 mgdL atau lebih 3. Diagnosis prediabetes a. Berkurangnya glukosa puasa : FPG diantara 100 – 125 mgdL b. Berkurangnya glukosa toleran : 2 jam glukosa plasma setelah OGTT 75 g diantara 140 dan 199 mgdL

2.3.6 Patofisiologi

Diabetes melitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Diabetes melitus disebabkan oleh sebuah ketidakseimbangan atau ketidakadanya persediaan insulin atau tak sempurnanya respon seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak teraturnya metabolisme. Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan kadar glukosa darah antara 80-140 mgdl dalam kondisiasupan makanan yang berbeda – beda pada orang non diabetik kadar glukosa darah dapat meningkat antara 120- 140mgdl setelah makan post prandial namun keadaan ini akan kembali menjadi normal dengan cepat. Sedangkan kelebihan glukosa darah diambil dari darah dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan sel-selotot glikogenesis. Kadar glukosa darah normal dipertahankan selama keadaan puasa, karena glukosa dilepaskan dari cadangan-cadangan tubuh glikogenolisis dan glukosa yang baru dibentuk dari trigliserida glukoneogenesis. Glukoneogenesis menyebabkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta metabolisme meningkat kemudian terjadi proses pembentukan keton ketogenesis terjadi peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan ketonuria keton didalam urin dan kadar natrium serta PH serum menurun yang menyebabkan asidosis Price, 2000. Resistensi sel terhadap insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun sehingga kadar glukosa darah dalam plasma tinggi hiperglikemia. Jika hiperglikeminya parah dan melebihi ambang ginjal maka timbul glikosuria. Glikosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih poliuri dan timbul rasa haus polifagi sehingga terjadi dehidrasi. Glukosuria menyebabkan keseimbangan kalori negatif sehingga menimbulkan rasa lapar polifagi. Selain itu juga polifagi juga disebabkan oleh starvasi kelaparan sel. Pada pasien DM penggunaan glukosa oleh sel juga menurun mengakibatkan produksi metabolisme energi menurun sehingga tubuh menjadi lemah. Hiperglikemia juga dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang yang akan menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh. Karena suplai makanan dan oksigen tidak adekuat mengakibatkan terjadinya infeksi dan terjadi gangren atau ulkus. Gangguan pembuluh darah juga menyebabkan aliran ke retina menurun sehingga suplai makanan dan oksigen berkurang akibatnya pandangan menjadi kabur. Akibat perubahan mikrovaskular adalah perubahan pada struktur dan ginjal sehingga terjadi nefropati. Diabetes juga mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom dan sistem saraf pusat sehingga mengakibatkan neuropati Price, 2000.

2.3.7 Penatalaksanaan

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Rinosinusitis Kronik Rawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2006-2010.

0 33 107

Potensi Interaksi Obat Antidiabetes pada Pasien Rawat Inap Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Juli-Desember 2014

2 74 92

Analisis Potensi Interaksi Obat Diabetes Melitus Pada Resep Obat Pasien Rawat Jalan Di RSAL Dr.Mintohardjo

2 42 84

Pengaruh Terapi Oksigen Hiperbarik Terhadap Pasien Tuli Mendadak di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat Periode 2014

2 16 74

Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Antibiotik pada Pasien DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) di RUMKITAL (Rumah Sakit Angkatan Laut) Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat

0 15 0

Uji Efektivitas Terapi Oksigen Hiperbarik Pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat

1 30 88

EVALUASI RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK EVALUASI RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK TUBERKULOSIS PARU DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI PERIODE JAN

4 11 14

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2010.

0 0 15

EVALUASI PERESEPAN OBAT ANTIKANKER PAYUDARA PADA PASIEN RAWAT INAP EVALUASI PERESEPAN OBAT ANTIKANKER PAYUDARA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

0 0 13

PEMANTAUAN TERAPI OBAT PASIEN DIABETES MELITUS NEUROPATIK DI RUMAH SAKIT TNI ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO | Saragi | SOCIAL CLINICAL PHARMACY INDONESIA JOURNAL 836 2664 1 PB

0 0 7