3.3.7. Tahapan Permodelan Persamaan Struktural
Nilai yang berarti dari SEM merupakan manfaat penggunaan model struktural dan model pengukurannya secara simultan, di mana setiap model
tersebut berperan yang berbeda di dalam analisisnya. Untuk menjamin kedua model tersebut terspesifikasi dengan benar dan hasilnya valid, ada tujuh tahap
yang harus dilalui dalam analisis SEM
7
. Ketujuk tahap tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.19.
Gambar 3. 19. Flowchart Tahapan Analisa SEM
7
Imam, Kamirul, 2006, Analisa Model Persamaan Struktural SEM, Bahan Kuliah Analisis Multivariat Program MM - PPS UNEJ, Jakarta.
Januar Muchtar : Penentuan Jalur Efektif Pola Data Flow Diagram DFD Dengan Metode Structural Equation Modeling Di PT.Anugrah Kurnia Pusaka, 2009
USURepository © 2008
Gambar 3.19. Flowcart Tahapan Analisa SEM Lanjutan
Januar Muchtar : Penentuan Jalur Efektif Pola Data Flow Diagram DFD Dengan Metode Structural Equation Modeling Di PT.Anugrah Kurnia Pusaka, 2009
USURepository © 2008
3.3.8. Skala Guttman
Skala guttman merupakan merupakan skala komulatif, yang mengukur suatu dimensi saja dari satu variabel yang multidimensi. Skala ini sangat baik
untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut dengan attribut universal, skala ini juga sering disebut
skala scalogram
8
. Skala guttman merupakan skala yang digunakan untuk suatu jawaban yang jelas tegas dan konsisten. Misalnya; yakin-tidak yakin, pernah-
tidak, benar-salah, ya-tidak, setuju-tidak setuju dan lain sebagainya. Skala guttman selain dapat digunakan secara pilihan ganda, juga dapat
digunakan dalam bentuk lembar pengamatan secara checklist
8
. Jawaban responden dapat berupa skor tertinggi bernilai satu 1 dan jawaban terendah bernilai nol 0
dengan proses analisis korelasi sederhana dan korelasi ganda, yaitu
8
: 1.
Untuk Korelasi Sederhana
} {
} {
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
=
2 __
2 2
__ 2
__
. .
. Y
Y n
X X
n Y
X XY
n r
XY
2. Untuk Korelasi Ganda
n i
i i
i i
i
x x
x x
x x
y x
y x
y x
y x
y x
r r
r r
r r
r
... .
2 _
... _
2
1 2
1 2
1
1 ...
2
+
∑
=
Dimana X = Variabel Exogenous Y = Variabel Endogenous dan
i
= 1, 2, 3,.......n
8
Ridwan, DRS. M.B.A dan Engkos A. Kuncoro, S.E, M.M., 2007, Cara Menggunakan dan Memakai Analisa Jalur Path Analysis, jilid: 1, Penerbit ALFABETA, Jawa Barat
Januar Muchtar : Penentuan Jalur Efektif Pola Data Flow Diagram DFD Dengan Metode Structural Equation Modeling Di PT.Anugrah Kurnia Pusaka, 2009
USURepository © 2008
Dengan koefisien determinan yang menjelaskan persentase tingkat hubungan antar variabel adalaha
8
: KP
= r
2
x 100 Dimana KP : Nilai Koefisien Diterminan dan r : Nilai Koefisien Korelasi
Ketentuan interpertasi tingkat hubungan yang ditunjukkan oleh nilai r
8
, maka tingkat hubungannya dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000 0,60 – 0,799
0,40 – 0,599 0,20 – 0,399
0,00 – 0,199 Sangat Kuat
Kuat Cukup Kuat Biasa
Rendah Sangat Rendah
Sumber : Ridwan 2005:136 dan Bambang 2007:62
Dalam analisanya, hipotesis yang diukur adalah sebagai berikut
8
: Ha : Variabel X berhubungan Secara Signifikan dengan variabel Y
Ho : Variabel X tidak Berhubungan Secara signifikan dengan variabel Y Alasan penempatan Ho dibawah dan Ha diatas dikarenakan Ha merupakan hal
yang diharapkan, sedangkan Ho merupakan hal yang akan diuji untuk melihat pola kesalahan aliran data dalam pengujian
3.3.9. Uji Statistik