EVALUASI TERHADAP KUALITAS MEDIA PEMBELAJARAN DI KELAS XI IA SMA NEGERI SE KOTA SEMARANG
i
EVALUASI TERHADAP KUALITAS MEDIA
PEMBELAJARAN DI KELAS XI IA SMA NEGERI SE
KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Prodi
Teknologi Pendidikan
oleh Mukhamad Arief
1102409034
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
(2)
Skripsi dengan judul“Evaluasi Kualitas Media Pembelajaran SMA Negeri di Kota Semarang ” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Hari : Jumat
Tanggal : 10 Januari 2014
Semarang, 10 Januari 2014
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Titi Prihatin, M. Pd Prof. Dr. Haryono, M. Psi
NIP. 19630212 199903 2 001 NIP. 19561109 198503 2 003
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Dra. Nurus sa’adah, M. Si
NIP. 19561109 198503 2 003
(3)
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan siding panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada tanggal 5 Febuari 2014.
Panitia :
Ketua Sekretaris
Drs. Budiyono, M. S Heri Triluqman BS, S. Pd
NIP. 196312091987031002. NIP. 19820114 2005011001.
Penguji I
Drs.Wardi, M. Pd
NIP. 196003181987031002
Penguji II/Pembimbing I Penguji III/Pembimbing II
Dr. Titi Prihatin, M. Pd Prof. Dr. Haryono, M. Psi
NIP. 196302121999032001 NIP. 19561109985032003
(4)
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dirujuk dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Semarang, 10 Januari 2014
Mukhamad Arief NIM. 1102409034
(5)
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Jika kamu tidak pernah melakukan kesalahan maka kamu tidak pernah melakukan apapun. (Mukhamad Arief)
Persembahan :
Almamaterku Universitas Negeri Semarang.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahamat, hidayah-Nya, kesempatan serta kemudahan, sehingga penulis dapat bekerja keras serta mampu menyelesaika skripsi yang berjudul
“Evaluasi Terhadap Kualitas Media Pembelajaran di Kelas XI-IA SMA negeri se Kota Semarang” dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES dapat terselesaikan.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis ucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi S1 di Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Hardjono, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di SMA Negeri 2, 5, 6, dan 12 Semarang.
3. Dra. Nurrussa’adah, M. Si., Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi.
4. Dr. Titi Prihatin M. Pd., selaku Dosen Wali serta Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, selalu sabar membantu dan mengarahkan serta memberikan masukan terhadap kesempurnaan skripsi ini.
(7)
5. Prof. Dr. Haryono, M. Psi., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberi bimbingan, arahan, masukan terhadap kesempurnaan skripsi ini.
6. Drs. Wardi, M. Pd., selaku dosen Penguji, yang telah menguji skripsi ini dengan penuh keikhlasan dan ketulusan dalam memberikan pengarahan dan petunjuk.
7. Drs. Hari Waluyo, M. M., kepala sekolah SMA negeri 2 Semarang yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
8. Drs. Waino, S. Pd., M. Pd., kepala sekolah SMA negeri 5 Semarang yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
9. Drs. H. Totok Widyanto, kepala sekolah SMA negeri 6 Semarang yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
10. Dr. Titi Priyatiningsih, M. Pd., kepala sekolah SMA negeri 12 Semarang yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
11. Keluarga besarTP’09 tanpa terkecuali atas dukungan dan kebersamaanya. 12. Ibu yang selalu memberikan kasih sayang dan menjadi semangat hidup.
13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil demi terselesaikannya skripsi ini.
Sekecil apapun bantuan yang kalian berikan, semoga Tuhan pemilik semesta alam memberikan balasan yang berlipat.
Semarang, 10 Januari 2014 Penulis
(8)
ABSTRAK
Arief, Mukhamad (2014). Evaluasi Terhadap Kualitas Media Pembelajaran di Kelas XI-IA SMA Negeri se Kota Semarang. Dosen Pembimbing I: Dr. Titi Prihatin M.Pd. Dosen Pembimbing II: Prof. Dr. Haryono, M.Psi
Kata Kunci: evaluasi kualitas media pembelajaran
Media pembelajaran adalah sebuah sarana yang dapat digunakan oleh pengajar dalam proses pembelajaran di kelas. Sehingga proses pembelajaran dikelas dapat berjalan dengan mudah dan terarah. Namun pada kenyataannya terkadang proses pembelajaran kurang dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang diperoleh dari digunakannya media tersebut kurang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kualitas media pembelajaran yang dibuat dan digunakan oleh pengajar untuk membantu pembelajarannya dikelas. Selaian itu ditujukan untuk menemukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi media tersebut.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Kuantitatif Deskriptif. Hasil penelitian yang berupa angka-angka dari point angket yang telah diisi oleh siswa akan diolah dengan analisis deskriptif prosentase dan pemaparan hasil penelitiannya akan dijelaskan dengan metodeDeskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas media yang dibuat mendapat kategori baik. Hal ini dilihat dari hasil pengolahan data angket yang telah dibagikan kepada siswa dengan indikator yang membahas kualitas media mendapatkan hasil rata-rata baik. Seperti daya tarik, tujuan pembelajaran, kesiapan isi materi, keterampilan dan kemampuan pengajar mempengaruhi kualitas dari media tersebut.
Kualitas media dari SMA Negeri di kota Semarang mendapatkan kriteria baik. Namun masih ada beberapa indikator yang masih harus diperhatikan dan dikembangkan karena masih ada yang masuk dalam kategori cukup. Lalu fasilitas penuh dalam pengembangan media pembelajaran agar kualitas media tersebut semakin baik. sehingga hasil belajar yang diperoleh peserta didik meningkat.
(9)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR... xiii
DAFTAR BAGAN... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Rumusan masalah ...5
1.3 Tujuan penelitian ...5
1.4 Manfaat penelitian ...5
1.5 Penegasan Istilah ...6
1.6 Sistematika Skripsi ...7
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Media Pembelajaran ...9
2.1.1 Kedudukan Media dalam Sistem Pembelajaran ...9
2.1.2 Pengertian media Pembelajaran ...10
2.1.3 Hakikat Media dalam Pembelajaran ...12
2.1.4 Manfaat media Pembelajaran ...15 ix
(10)
2.1.5 Langkah Pemilihan Media ...18
2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pemilihan Media ...20
2.1.7 Hal-Hal yang Harus Dipertimbangkan dalam pemilihan Media Pembelajaran ...22
2.1.8 Landasan Penggunaan Media Pembelajaran ...24
2.1.9 Prinsip dalam Media Pembelajaran...26
2.1.10 Klasifikasi Media Pembelajaran ...27
2.2 Evaluasi Media Pembelajaran ...27
2.2.1 Definisi Evaluasi Media Pembelajaran ...28
2.2.2 Macam-macam Evaluasi ...33
2.2.3 Tahapan Evaluasi ...34
2.2.4 Tujuan Evaluasi ... 35
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasidan Waktu Penelitian ...40
3.2 jenis penelitian ...40
3.3 Subjek Penelitian ...41
3.3.1 Populasi ...41
3.3.2 Sampel ...41
3.4 Teknik Sampling ...41
3.5 Variabel Penelitian ...42
3.6 Teknik Pengumpulan Data ...44
3.7 Instrumen Penelitian ...44
3.8 Teknik Analisis Data ...45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Besaran Kualitas Media ...47
4.1.1 Kualitas Media Pembelajaran ...48
4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Media ...56
4.3 Pembahasan ...58
4.3.1 Besaran Kualitas Media ...59
4.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Media ...80
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ...87
5.2 Saran ...87
DAFTAR PUSTAKA ...88
LAMPIRAN...90
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal
3.1 Hasil Penetapan Sampel ...43
3.2 Indikator dan Kisi-Kisi Kualitas Media Pembelajaran ...44
3.3 Kriteria Skor Analisis Deskriptif ...46
4.4 Rangkuman Pengolahan Data Kualitas Media Pembelajaran ...47
4.5 Kualitas Media ...56
4.6 Ketetapan Media ...59
4.7 Kepentingan Media ...62
4.8 Kelengkapan Media ...63
4.9 Daya Tarik Media ...64
4.10 Kesesuaian dengan Situasi Peserta Didik ...66
4.11 Kualitas Motivasi ...68
4.12 Fleksibilitas Media Pembelajaran ...69
4.13 kualitas Interaksi Sosial dari Media ...71
4.14 kualitas dari pemberian Tes dan penilaian ...72
4.15 Pengaruh pada Peserta Didik ...74
4.16 Pengaruh pada Pengajar ...75
4.17 Kemudahan dalam Penggunaan ...76
4.18 Kualitas Tampilan ...77
4.19 Kualitas Pengelolaan Program ...78
4.20 Kualitas Dokumentasi ...79
(12)
DAFTAR BAGAN
Bagan Judul Hal
2.1 Sistem Pembelajaran ...10 2.2 Proses komunikasi ...13 2.3 Proses Komunikasi 2 ...14
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Hal
1 Instrumen Penelitian ...91
2 Lembar Angket penelitian ...93
3 Hasil Analisis Data Angket SMA N 2 Semarang ...96
4 Hasil Analisis Data Angket SMA N 5 Semarang ...99
5 Hasil Analisis Data Angket SMA N 6 Semarang ...102
6 Hasil Analisis Data Angket SMA N 12 Semarang ...105
7 Hasil Analisis Deskriptif Prosentase SMA N 2 Semarang ...108
8 Hasil Analisis Deskriptif Prosentase SMA N 5 Semarang ...111
9 Hasil Analisis Deskriptif Prosentase SMA N 6 Semarang ...114
10 Hasil Analisis Deskriptif Prosentase SMA N 12 Semarang ....117
11 Hasil Analisis Kualitas Media ...120
12 Surat Ijin Observasi ...122
13 Surat Ijin Penelitian ...123
14 Dokumentasi ...125
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem pendidikan Nasional menetapkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang baik agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dengan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan dan inovatif, pengajar dapat meningkatkan potensi serta aktivitas belajar peserta didik. Hal ini merupakan tugas yang sangat penting bagi seorang pengajar sebagai motor penggerak berjalannya proses pembelajaran. Dalam pembelajaran tugas utama seorang pengajar adalah mengajar, mendidik serta melatih peserta didik dalam mencapai kecerdasan kognitif, afektif serta psikomotorik yang optimal sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, seorang pengajar harus mempunyai keterampilan dan kemampuan dalam menguasai materi pelajaran, menyampaikan pelajaran serta melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan dengan baik.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima
(15)
komponen proses komunikasi. Dalam kegiatan pembelajaran pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau materi yang ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Berbagai macam sumber pesan diantaranya pengajar, peserta didik, orang lain, penulis buku, produser media dan sebagainya.
Media pembelajaran atau media pendidikan merupakan saluran pesan tersebut sedangkan penerima pesannya adalah peserta didik bahkan pengajar itu sendiri. Sebuah pesan dituangkan oleh pengajar atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol-simbol verbal (kata-kata lisan ataupun tertulis) maupun simbol non-verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi itu disebut encoding. Dalam proses penyampaian pesan tersebut, pengajar sebagai fasilitator dapat menggunakan media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah suatu sarana atau alat bantu pengajar untuk menyampaikan pesan atau informasi agar dapat diterima dengan baik dan menarik oleh peserta didik (Surya dan Wijaya, 2009:1). Pemilihan media pembelajaran yang tepat akan berpengaruh dalam mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran secara lebih optimal.
Perkembangan media pendidikan pada awalnya hanya dianggap sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Alat bantu yang sering dipakai adalah alat bantu visual. Misalnya gambar, model, objek, dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta meningkatkan daya serap dan retensi belajar peserta didik. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi, perkembangan media pembelajaran mulai bervariasi.
(16)
oleh beberapa faktor, diantaranya sumber daya pengajar, fasilitas di sekolah, lingkungan tempat atau lokasi sekolah, dan lain-lain. Namun lokasi berdirinya sebuah sekolah sangat mempengaruhi kualitas media pembelajarannya. Di daerah perkotaan dapat dipastikan bahwa sebuah sekolah dapat memiliki fasilitisas lebih unggul dibandingkan dengan sekolah yang berada dipinggir kota atau pedesaan. Pada kenyataannya di area perkotaan berbagai fasilitas yang mendukung dalam pembuatan media pembelajaran mudah didapatkan.
SMA Negeri yang berada di kota Semarang rata-rata memiliki fasilitas yang sudah memenuhi untuk membantu jalannya digunakannya media pembelajaran interaktif dikelas. Seperti SMA 15 Negeri Semarang tempat praktik pengalaman lapangan oleh penulis, dimana di setiap ruang kelastelah disediakan alat LCD proyektor dan seperangkat komputer PC yang dapat digunakan untuk jalannya pembelajaran dikelas dengan media pembelajaran interaktif. Dari fasilitas yang telah ada tersebut, maka setiap pengajar akan menggunakan media untuk membantunya mengajar.
Pengajar belum tentu tahu apakah media yang disajikan kepada peserta didikanya dapat memenuhi tujuan pembelajarannya. Kekuatan dan kelemahan dari media pembelajaran yang telah dibuat oleh pengajar biasanya dapat diketahui dengan jelas setelah peserta didik menerima media pembelajaran tersebut. Hasilnya apakah peserta didik mempunyai motivasi terhadap media yang dibuat oleh pengajar dalam proses belajar atau sebaliknya. Hasil yang diperoleh dari evaluasi akan memberikan petunjuk kepada pengajar tentang bagian-bagian mana dari
(17)
perbaikan. Pada akhirnya diharapkan pengembangan media pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah disusun (Sadiman, 2010).
Pada penelitian ini diadakan pada kelas XI IA (ilmu alam) karena ketika kelas sebelas mereka sudah pernah mendapatkan penglaman penggunaan media dikelas sepuluh, dan penggunaan media lebih cenderung banyak diberikan di jurusan ilmu alam seperti mata pelajaran fisika, kimia, biologi, dan matematika. Dengan adanya evaluasi kualitas dalam penggunaan media pembelajaran yang dilaksanakan dapat diukur keberhasilannya dan dapat ditingkatkan dengan dasar analisis dan evaluasi pembelajaran tersebut. Media pembelajaran yang dapat digunakan di kelas semestinya harus benar-benar media yang telah dievaluasi dengan sebaik-baiknya sehingga media tersebut benar-benar layak untuk digunakan.
Penilaian (evaluasi) dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang digunakan tersebut dapat mencapai tujuan pendidikan atau tidak. Adakalanya pengajar memaksakan media tertentu yang kurang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan sehingga bukan peningkatan proses pembelajaran yang dirasakan, sebaliknya beragam masalah baru muncul misalnya, kurang tertariknya peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, kesulitan peserta didik dalam memahami pelajaran. Kondisi seperti ini tentu bukan hal yang diharapkan oleh pengajar. Oleh karena itu evaluasi terhadap kualitas media pembelajaran yang digunakan oleh pengajar sangat penting untuk dilaksanakan, agar dapat terciptanya media pembelajran yang lebih baik dan membuat pembelajaran dikelas semakin baik pula.
(18)
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang akan dimunculkan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kategori kualitas media pembelajaran Interaktif di kelas XI IA SMA Negeri se Kota Semarang?
2. Bagaimanakah faktor yang dapat mempengaruhi kualitas media pembelajaran Interaktif di kelas XI IA SMA Negeri se Kota Semarang?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah
1. Mengetahui bagaimana kategori kualitas media pembelajaran Interaktif di kelas XI IA SMA Negeri se Kota Semarang.
2. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas media pembelajaran Interaktif di kelas XI IA SMA Negeri se Kota Semarang.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini baik secara teoritis maupun praktis antara lain:
1.4.1. Secara Teoretis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menambah wawasan pengetahuan pengembangan media pemblejaran sehingga tercipta pembelajaran yang efektif, efisien, dan aplikatif.
(19)
1.4.2. Secara Praktis
1.4.2.1. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan serta pengalaman tentang penerapan ilmu yang didapat di bangku kuliah serta terhadap permasalahan nyata yang dihadapi di dunia pendidikan.
1.4.2.2. Bagi Pengajar dan Sekolah
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi pengajar agar dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif, efisien, dan aplikatif. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam meningkatkan keefektifan pengajar dalam membuat media pembelajaran.
1.4.2.3. Bagi Jurusan
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi Jurusan dalam upaya meningkatkan kemampuan dan kompetensi mahasiswaKurikulum dan Teknologi Pendidikan.
1.5. Penegasan Istilah
Untuk memperjelas ruang lingkup permasalahan serta agar penelitian lebih terarah, maka istilah-istilah dalam judul penelitian Evaluasi Kualitas Media Pembelajaran di SMA Negeri Se-Kota Semarang diberi batasan, yaitu:
1.5.1. Evaluasi
Evaluasi pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan dengan suatu batasan masalah (Daryanto, 2008:6).
(20)
1.5.2. Kualitas
Kualitas adalah "totalitas fitur-fitur dan karakteristik-karakteristik dari produk atau layanan yang berpengaruh pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau kebutuhan yang tersirat" (The International Standards Organization).
1.5.3. Media
Media adalah alat perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Media disini dikhususkan pada media yang menggunakan teknologi.
1.5.4. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menghubungkan sistem lingkungan sebagai proses belajar.
1.6. Sistematika Skripsi
Tujuan adanya sistematika penulisan skripsi ini adalah untuk memudahkan peneliti dalam menyusun laporan yang sistematis sehingga diperoleh deskripsi yang jelas mengenai skripsi. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:
1.6.1. Bagian Awal
Berisi sampul, lembar berlogo, lembar judul, lembar pengesahan, lembar pernyataan, lembar motto dan peruntukan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
(21)
1.6.2. BAB 1 Pendahuluan
Pada bab ini dikemukakan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi.
1.6.3. BAB 2 Landasan Teori
Pada bab ini terdiri atas uraian tentang konsep, dalil, serta teori yang berisi referensi keefektifan pengajar dalam membuat media pembelajaran.
1.6.4. BAB 3 Metode Penelitian
Pada bab ini terdiri atas metode penelitian, deskripsi metode penelitian yang digunakan, tahap penelitian, serta metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini.
1.6.5. BAB 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini terdiri atas hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian mengenai evaluasi penggunaan media pembelajaran di SMA Negeri Se-Kota Semarang, deskripsi informasi tentang wawancara, dan observasi kepada pengajar dan peserta didik.
1.6.6. BAB 5 Penutup
Pada bab ini terdiri dari simpulan dan saran-saran, serta pada akhir skripsi berisi daftar pustaka serta lampiran-lampiran.
(22)
BAB II
KAJIAN TEORETIK
2.1. Media Pembelajaran
Berikut akan dijelaskan ruang lingkup yang berkaitan dengan media pembelajaran. Hal pertama yang dijelaskan adalah bagaimana kedudukan media dalam sistem pembelajaran, kedua adalah pengertian dari media pembelajaran. Lalu yang ketiga adalah hakikat pembelajaran yang membahas tentang dasar terbentuknya media pembelajaran. Keempat adalah beberapa manfaat yang diperoleh dari media pembelajaran selanjutnya kelima adalah langkah pemilihan media. Selanjutnya yang keenam akan dibahas mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sebuah media pembelaharan. Yang ketujuh akan dibahas tentang hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan sebuah media. Selanjutnya diurutan delapan akan dibahas mengenai landasan penggunaan media pembelajaran. Kesembilan akan membahas mengenai prinsip dalam media pembelajaran dan terakhir adalah landasan penggunaan media pembelajaran.
2.1.1. Kedudukan Media dalam Sistem Pembelajaran
“Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri dari sejumlah komponen atau bagian yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya” (Sadiman, 2010). Sebuah pembelajaran dikatakan sebagai sistem karena didalamnya mengandung komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Komponen-komponen
(23)
tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, media dan evaluasi. Masing-masing komponen saling berkaitan erat sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Untuk lebih memahami sistem pembelajaran perhatikan gambar 2.1. berikut ini.
Tujuan Materi
Evaluasi
Metode
Media
Gambar 2.1. Sistem Pembelajaran
2.1.2. Pengertian Media Pembelajaran
“Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium” (Santyasa, 2007:3). Secara harafiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Sadiman dalam (Musfiqon, 2012:26) mengatakan “media adalah perantara dan pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan”. Jadi media merupakan alat perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
“Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran”(Hamalik, 2010:57). Menurut
(24)
Hamdani (2010), “pembelajaran merupakan usaha untuk membentuk tingkah laku yang diinginkan oleh pengajar dengan menyediakan lingkungan atau stimulus (rangsangan) yang mendukung”. Dari beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menghubungkan sistem lingkungan sebagai proses belajar.
Gagne dalam (Musfiqon, 2012:27) menyatakan bahwa“media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar”. Sedangkan menurut Santyasa (2007:3)
“media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat bantu perantara yang digunakan pengajar (pengirim pesan) dengan desain yang disesuaikan untuk meningkatkan perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik (penerima pesan) dalam kegiatan belajar sehingga tujuan belajar dapat tercapai optimal.
Dengan konsepsi yang makin mantap, fungsi media dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya sekedar alat bantu pengajar melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dengan demikian seorang pengajar dapat memusatkan tugasnya pada aspek-aspek lain seperti pada kegiatan bimbingan dan penyuluhan individual dalam kegiatan pembelajaran.
(25)
2.1.3. Hakikat Media dalam Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memberoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu peserta didik sebagai pembelajar dan pengajar sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning process).
Sebab sesuatu akan dikatakan hasil belajar kalau memenuhi beberapa ciri berikut :
1) belajar sifatnya didasari, dalam hal ini peserta didik merasa bahwa dirinya sedang belajar, timbul dalam dirinya motivasi-motivasi untuk memiliki pengetahuan yang diharapkan sehingga tahapan-tahapan dalam belajar sampai pengetahuan itu dimiliki secara permanen (retensi) betul-betul disadari sepenuhnya.
2) hasil belajar diperoleh dengan adanya proses, dalam hal ini pengetahuan diperoleh tidak secara spontanitas, instant, namun bertahap (sequensial). Seorang anak bisa membaca tentu tidak diperoleh hanya dalam sesaat namun berproses cukup lama, kemampuan membaca diawali dengan kemampuan mengeja, mengenal huruf, kata dan kalimat. Seseorang yang tiba-tiba memiliki kecakapan seperti lari dengan kecepatan tinggi karena akibat doping, bukanlah hasil dari kegiatan belajar namun efek dari obat atau zat kimia yang dikonsumsinya.
(26)
3) belajar membutuhkan interaksi, khususnya interaksi yang sifatnya manusiawi. Seorang peserta didik akan lebih cepat memiliki pengetahuan karena bantuan dari pengajar, pelatih ataupun instruktur. Dalam hal ini terjadi komunikasi dua arah antara peserta didik dan pengajar.
Kaitannya bahwa belajar membutuhkan interaksi karena pembelajaran adalah komunikasi, artinya didalamnya terjadi proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Kemp dalam Susilana (2009) mengambarkan proses komunikasi sebagai berikut
Source of Massage
Message Encode
Message Recoived
Message of Massage
Gambar 2.2. Proses Komunikasi
Pesan yang dikirimkan biasanya berupa informasi atau keterangan dari pengirim atau sumber pesan. Pesan tersebut diubah dalam bentuk sandi-sandi atau lambang-lambang seperti kata-kata, bunyi-bunyi, gambar dan sebagainya. Melalui saluran (chanel) seperti radio, televise, OHP, film, pesan diterima oleh si penerima pesan memalui indera (mata dan telinga) untuk diolah, sehingga pesan yang disampaikan oleh penyampai pesan dapat diterima dan dipahami oleh si penerima pesan. Baik buruknya sebuah komunikasi ditunjang oleh penggunaan saluran dalam komunikasi tersebut. Saluran/chanel yang dimaksud adalah media. Karena pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi, maka media yang dimaksud adalah media pembelajaran (Sadiman,2010).
(27)
PENGAJAR MEDIA PESERTA DIDIK
Gambar 2.3. Proses Komunikasi
Bagan di atas menunjukakan bahwa dalam proses pembelajaran itu terdapat pesan-pesan yang harus dikomunikasikan. Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari suatu topik pembelajaran. Pesan-pesan tersebut disampaikan oleh pengajar kepada peserta didik melalui suatu media dengan menggunakan prosedur pembelajaran tertentu yang disebut metode.
Dalam system pembelajaran modern saat ini, peserta didik tidak hanya berperan sebagai komunikan atau penerima pesan, bisa saja peserta didik bertindak sebagai komunikator tau penyampai pesan. Dalam kondisi seperti itu, maka terjadi apa yang disebut dengan komunikasi dua arah bahkan komunikasi banyak arah. Dalam bentuk komunikasi pembelajaran manapun sangat dibutuhkan peran media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan atau kompetensi, artinya,
proses pembelajaran tersebut akan terjadi apabila ada komunikasi perantara penerima pesan dengan sumber atau penyalur pesan lewat media tersebut. Menurut Berlo dalam Sadiman (2010), komunikasi tersebut akan efektif jika ditandai dengan adanya “area of experience” atau daerah pengalaman yang sama antara penyalur pesan dengan penerima pesan.
(28)
2.1.4. Manfaat Media Pembelajaran
Perolehan pengetahuan peserta didik akan semakin abstrak apabila pesan hanya disampaikan melalui kata verbal. Hal ini memungkinkan terjadinya verbalisme. Artinya peserta didik hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengeti makna yang terkandung didalamnya. Hal semacam ini akan menimbulkan kesalahan persepsi pada masing-masing peserta didik. Oleh sebab itu sebaiknya peserta didik memiliki pengalaman yang lebih konkrit sehingga pesan yang ingin disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan (Susilana, 2009).
Santyasa (2007) mengatakan bahwa terdapat berbagai fungsi media dalam proses pembelajaran yang dapat memaksimalkan hasil belajar peserta didik diantaranya.
1) Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau misalnya gambar, potret, film, dan lain-lain.
2) Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi misalnya video kehidupan harimau.
3) Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil.
4) Menyajikan suara, gambar, dan video yang sukar didengarkan sehari-hari seperti denyut jantung, binatang buas, peristiwa alam yang sukar dijumpai. 5) Membantu dalam membandingkan suatu benda yang dalam kenyataan berbeda
(29)
6) Membantu dalam mempercepat atau memperlambat suatu peristiwa yang akan dipelajari, misal terjadinya penetasan telur, gerak komet.
7) Dengan media dapat membantu peserta didik untuk belajar sesuai dengan kemampuan, minat, kemandirian masing-masing.
Sedangkan menurut Sadiman (2010) terdapat dua fungsi media pembelajaran yaitu:
1) Media Pembelajaran Sebagai Alat Bantu dalam Pembelajaran
Media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran dengan bantuan media mempertinggi kualitas kegiatan belajar peserta didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Media pembelajaran yang dimaksud antara lain globe, grafik, gambar dan sebagainya. Kegiatan belajar peserta didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik dari pada tanpa bantuan media.
2) Media Pembelajaran Sebagai Sumber Belajar
Maksudnya adalah sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran untuk belajar peserta didik tersebut. Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu manusia, buku perpustakaan, media massa, alam lingkungan dan media pendidikan.
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang
(30)
lebih rinci Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2007) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu: 1) penyampaian materi pelajaran apat diseragamkan, 2) proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, 3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, 4) efisiensi dalam waktu dan tenaga, 5) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, 6) media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, 7) media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar, 9) merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh Kemp dan Dayton tersebut, Arsyad sendiri dalam Arsyad (2007) mengemukakan manfaat praktis yang lain. Manfaat praktis media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut.
1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. 2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. 4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa
tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karya wisata ke museum atau kebun binatang.
(31)
Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut kemp dalam Susilana (2009) adalah 1) penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar; 2) pembelajaran dapat lebih menarik; 3) pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar; 4) waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek; 5) kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan; 6) proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan; 7) sikap positif Peserta didik terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan; dan 8) peran pengajar berubahan kearah yang positif.
Beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam memanfaatkan media untuk proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) media pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan; 2) media pembelajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau didengar; 3) media pembelajaran yang digunakan dapat merespon peserta didik belajar; 4) media pembelajaran juga harus sesuai dengan kondisi individu peserta didik; 5) media pembelajaran tersebut merupakan perantara (medium) dalam proses pembelajaran.
2.1.5. Langkah Pemilihan Media
Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam pemilihan media pembelajaran. Pendapat Gagne dan Briggs yang dikutip oleh Ali (1984: 73) menyarankan langkah-langkah dalam memilih media pengajaran yaitu: 1) merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 2) mengklasifikasi tujuan berdasarkan domein atau tipe belajar peserta didik, 3) memilih peristiwa-peristiwa pengajaran yang akan berlangsung, 4) menentukan tipe perangsang untuk tiap peristiwa, 5) mendaftar media yang dapat digunakan pada setiap peristiwa dalam
(32)
pengajaran, 6) mempertimbangkan (berdasarkan nilai kegunaan) media yang dipaka,. 7) menentukan media yang terpilih akan digunakan, 8) menulis rasional (penalaran) dalam memilih media tersebut, 9) menuliskan tata cara pemakaiannya pada setiap peristiwa, dan 10) menuliskan rancangan pembicaraan dalam penggunaan media.
Selaras dengan hal tersebut, Anderson dalam Susilana dan Riyana (2010) menyarankan langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam pemilihan media pembelajaran, antara lain.
1) Penerangan atau Pembelajaran
Langkah pertama menentukan apakah penggunaan media untuk keperluan informasi atau pembelajaran. Media untuk keperluan informasi, penerima informasi tidak ada kewajiban untuk dievaluasi kemampuan/keterampilannya dalam menerima informasi, sedangkankan media untuk keperluan pembelajaran penerima pembelajaran harus menunjukkan kemampuannya sebagai bukti bahwa mereka telah belajar. 2) Tentukan Transmisi Pesan
Dalam kegiatan ini kita sebenarnya dapat menentukan pilihan, apakah dalam proses pembelajaran akan digunakan alat bantu pengajaran atau media pembelajaran. Alat bantu pengajaran alat yang didesain, dikembangkan, dan diproduksi untuk memperjelas tenaga pendidik dalam mengajar. Sedangkan media pembelajaran adalah media yang memungkinkan terjadinya interaksi antara produk pengembang media dan
(33)
peserta didik atau pengguna. Atau dengan kata lain peran pendidik sebagai penyampai materi pembelajaran digantikan oleh media.
3) Tentukan Karakteristik Pelajaran
Asumsi kita bahwa kita telah menyusun disain pembelajaran, dimana kita telah melakukan analisis tentang mengajar, merumuskan tujuan pembelajaran, telah memilih materi dan metode. Selanjutnya perlu dianalisis apakah tujuan pembelajaran yang telah ditentukan itu termasuk dalam ranah kognitif, afektif atau psikomotor. Masing-masing ranah tujuan tersebut memerlukan media yang berbeda.
4) Klasifikasi Media
Media dapat diklasifikasikan sesuai dengan ciri khusus masing-masing media. Berdasarkan persepsi dari manusia normal media dapat diklasifikasikan menjadi media audio, media video, dan audio visual. Berdasarkan ciri dan bentuk fisiknya media dapat dikelompokkan menjadi media proyeksi (diam dan gerak) dan media non proyeksi (dua dimensi dan tiga dimensi). Sedangkan jika diklasifikasikan berdasarkan keberadaannya, media dikelompokkan menjadi dua yaitu media yang berada di dalam ruang kelas dan media-media yang berada di luar ruang kelas. Masing-masing media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan bila dibandingkan dengan media lainnya.
5) Analisis Karakteristik Masing-Masing Media
Media pembelajaran yang banyak macamnya perlu dianalisis kelebihan dan kekurangannya dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
(34)
telah ditetapkan. Pertimbangan pula dari aspek ekonomi dan ketersediaannya. Dari berbagai alternatif kemudian dipilih media yang paling tepat.
2.1.6. Faktor yang mepengaruhi Pemilihan Media
Kriteria pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan.
Professor Ely dalam Sadiman (2011) mengatakan bahwa pemilihan media tidak terlepas dari konteksnya bahwa mendia merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Karena itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti karakteristik siswa, strategi belajar-mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan. Sebagai pendekatan praktis, ia menyarankan untuk mempertimbangkan media apa saja yang ada, berapa harganya, berapa lama diperlukan untuk mendapatkannya dan format apa yang memenuhi selera pemakai.
Dalam hubungan ini Dick dan Carey dalam Sadiman (2011) menyebutkan bahwa disamping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media. Pertama adalah ketersediaaan sumber setempat. Kedua adalah apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dananya, tenaga dan fasilitasnya. Ketiga adalah faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama. Artinya, media bisa digunakan dimana pun
(35)
dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah dijinjing dan dipindahkan.
Menurut Harjanto (1997) menyatakan bahwa di dalam memilih media pembelajaran perlu dipertimbangkan adanya 4 hal yaitu: Produksi, Peserta didik, Isi dan Guru. Kesimpulannya adalah pemilihan media harus memiliki kriteria sebagai berikut: tujuan, keterpaduan, keadaan peserta didik, ketersediaan media, mutu teknis, biaya.
2.1.7. Hal-Hal yang Harus Dipertimbangkan dalam Pemilihan Media
Pembelajaran
Untuk menentukan pilihan dan penggunaan media pembelajaran yang tepat agar proses belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran. Pengajar diharuskan mempertimbangkan beberapa hal untuk hal tersebut. Menurut Zuhdy (2011) hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran adalah :
1) Pengetahuan kognitif dan keterampilan dari pengajar maupun peserta
belajar. Jadi sebelum menentukan media yang akan dipakai dalam menyampaikan materi, pengajar harus mempersiapkan pengetahuan dan keterampilan dirinya sendiri dan peserta didiknya untuk mampu menguasai materi dengan penyampaian melalui media yang akan digunakan. Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara media dan penggunanya.
2) Kemudahan melakukan evaluasi dan penilaian hasil belajar. Apakah dengan media yang digunakan, pengajar dapat melakukan evaluasi dan penilaian hasil belajar dengan mudah sehingga sekaligus mempersingkat waktu.
(36)
3) Level interaksi atau timbal balik antara pengajar dan peserta belajar. Seorang pengajar harus mempertimbangkan akankah dengan media pembelajaran yang dipilih, bisa terjadi interaksi yang baik antara pengajar dan peserta belajar. Karena, melalui interaksi ini dapat diketahui persentase keberhasilan penyampaian materi. Dengan kata lain, interaksi bisa juga dijadikan sebagai ajang evaluasi sehingga dipastikan proses belajar mengajar menjadi lebih efisien.
4) Strategi pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan, pengajar harus mempertimbangkan akankah media yang dipilih mempermudah strategi pembelajaran yang telah disusun oleh pengajar atau justru yang terjadi akan sebaliknya.
5) Kompleksitas materi (content). Sebelum menentukan media pembelajaran yang akan digunakan, pengajar harus mempertimbangkan keoptimalan penyampaian materi yang akan dibawakan kepada peserta belajar.
6) Perubahan materi (content) secara dinamis. Selama proses belajar mengajar, biasanya akan terjadi perubahan materi yang harus disampaikan. Oleh karena itu, dengan pemilihan media pembelajaran yang tepat akan membantu pengajar mengimbangi perubahan materi yang terjadi.
2.1.8. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran
Berikut akan dijelaskan tiga macam landasan penggunaan media pembelajaran yaitu landasan filosofis, landasan psikologis teknologis, dan landasan empiris (Daryanto: 2010).
(37)
1) Landasan filosofis
Dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, maka akan berakibat proses pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan pengajar terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran. Jika pengajar menganggap peserta didik sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.
2) Landasan psikologis
Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, disamping memperhatikan komplesitas dan keunikan dari proses belajar, untuk memahami makna persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Untuk maksud tersebut, perlu: 1) Diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian peserta didik serta memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, 2) Bahan pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman peserta didik.
(38)
3) Landasan teknologis
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber belajar. Teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dapat dilakukan dalam bentuk kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi desain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta kombinasikan sehingga menjadi sistem pembelajaran yang lengkap.
4) Landasan empiris
Terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karateristik belajar peserta didik dalam menentukan hasil belajar peserta didik. Artinya peserta didik akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karateristik tipe atau gaya belajarnya. Peserta didik yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara peserta didik yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah pengajar. Akan lebih tepat dan menguntungkan peserta didik dari kedua tipe belajar tersebut jika
(39)
menggunakan media audio visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan pengajar, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karateristik pembelajar, karateristik materi pelajaran, dan karateristik media itu sendiri.
2.1.9. Prinsip dalam Media Pembelajaran
Media yang digunakan dalam sebuah pembelajaran harus bukanlah media yang tidak mempunyai dasar dalam pembuatan. Maksudnya sebuah media harus mempunyai tiang dasar sebagai patokan karena media pembelajaran. Menurut Sanjaya (2006) agar media pembelajaran dapat digunakan untuk pembelajaran siswa dengan optimal, maka ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan di dalam media, di antaranya.
1) media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2) media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. 3) media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi
siswa.
4) media yang akan digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisiensi.
5) media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoprasikannya.
(40)
2.1.10. Klasifikasi Media Pembelajaran
Menurut Santyasa (2007) terdapat dua klasifikasi media pembelajaran yaitu media pembelajaran dua dimensi dan tiga dimensi.
1) Media pembelajaran dua dimensi
Media dua dimensi adalah suatu media yang berada pada satu bidang datar. Media pembelajaran dua dimensi meliputi 1) grafis, misalnya sketsa, gambar, grafik, bagan, poster, peta datar; 2) media bentuk papan, misalnya papan tulis, papan tempel, papan flanel, dan papan magnet; dan 3) media cetak, misaln ya buku pelajaran, surat kabar dan majalah, ensiklopedi, buku suplemen, dan pengajaran berprogram.
2) Media pembelajaran tiga dimensi
Media tiga dimensi merupakan suatu media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional. Media pembelajaran tiga dimensi meliputi 1) media tiruan (model), misalnya mata manusia, proses peredaran planet-planet, globe, dan lain-lain; 2) specimen (benda contoh), misalnya akuarium, kebun percobaan, awetan dalam botol, awetan dalam cairan plastik, dan sebagainya; 3) peta timbul; 4) globe; 5) boneka misalnya wayang, boneka tangan.
2.2. Evaluasi Media Pembelajaran
Ruang lingkup yang akan dijabarkan dibawah ini adalah pengertian evaluasi media pembelajaran, macam-macam evaluasi, tahapan evaluasi, dan terakhir tujuan evaluasi.
(41)
2.2.1. Definisi Evaluasi Media Pembelajaran
Menurut Arikunto (2009 :2) “evaluasi yaitu mengukur dan menilai”. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran yang bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk yang bersifat kualitatif. Jadi evaluasi adalah proses pengukuran dan penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai seseorang. Dalam proses evaluasi ini terjadi penentuan kesesuaian pembelajaran dan belajar terhadap peserta didik.
Menurut Walker dan Hess dalam Kustandi (2006) mengajukan kriteria dalam evaluasi courseware yang meliputi tiga komponen utama yaitu kualitas dari isi dan tujuan (quality of content and goals), kualitas pembelajaran (instructional quality), dan kualitas teknik (technical quality). Setiap kriteria yang disebutkan tersebut dibagi menjadi beberapa indikator evaluasi untuk kualitas media pembelajaran yang akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Kualitas isi dan tujuan
Kualitas isi dan tujuan membahas beberapa aspek yang berkaitan dengan muatan atau isi didalam sebuah media pembelajaran yang diberikan oleh pengajar sesuai dengan tujuan dari pembelajarannya. Adapun aspek yang diberikan dari kualitas ini adalah:
1) Ketepatan (accuracy), diperuntukkan untuk membahas fungsi atau tepat guna dengan adanya sebuah media pembelajaran. Sebuah media pembelajaran dibuat untuk membantu pengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
(42)
2) Kepentingan (importance)dari suatu media pembelajaran dapat mendukung atau menunjang proses belajar mengajar yang dilakukan pengajar kepada peserta didik dikelas. Media dapat membuat peserta didik menjadi lebih fokus dalam belajar serta dapat membantu pengajar untuk membuat pembelajaran dikelas lebih interaktif.
3) Kelengkapan (completeness) adalah berbagai unsur yang terdapat di dalam media, dimana di dalam media tersebut terdapat komponen–komponen seperti kompetensi dasar, pembahasan materi bahan ajar, evaluasi atau penilaian yang berbentuk contoh soal atau pembahasannya beserta latihan soal.
4) Daya tarik (interest) mengacu pada kemampuan media dalam memberi dorongan pada peserta didik untuk memperhatikan dan memahami apa yang disajikan dalam media sehingga peserta didika tidak akan merasa bosan bahkan tertarik untuk mempelajari media tersebut.
5) Kesesuaian dengan situasi peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kemampuan dari peserta didik, seperti kemampuan pemahaman peserta didik dan daya ingat peserta didik terhadap media pembalajaran yang diberikan. Hal ini penting dikarenakan jika pengajar tidak atau kurang memahami situasi peserta didik maka dapat menghambat proses pembelajaran di kelas.
b. Kualitas pembelajaran
Kualitas pembelajaran membahas tentang pembelajaran yang dilakukan peserta didik dan pengajar dengan diadakannya media. Untuk kualitas pembelajaran
(43)
dibagi beberapa aspek yang merupakan indikator evaluasi media pembelajaran, berikut akan dijelaskan aspek-aspek tersebut.
1) Kualitas motivasi, dapat menarik peserta didik untuk membangun dan mendorong dirinya agar bisa menjadi individu yang lebih baik, namun hal ini tidak lepas dari peran pengajar yang mampu memperkuat dorongan tersebut. Media yang disajikan disamping memaparkan materi ajar juga memberikan pesan-pesan yang dapat membangun karakter peserta didik untuk lebih baik lagi.
2) Fleksibilitas media, adalah mengajarkan peserta didik untuk membangun dirinya dalam berkembang mandiri. Maksudnya adalah penggunaan media tidak terikat oleh waktu, tempat, dan situasi tertentu. Sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang pengajar.
3) Kualitas interaksi sosial dari media pembelajaran, merupakan interaksi yang dihasilkan oleh hasil dipaparkannya media oleh pengajar kepada peserta didik dikelas, sehingga timbul interaksi sosial antar peserta didik satu dengan peserta didik lainnya dalam membahas materi dengan media yang disajikan oleh pengajar setelah kegiatan belajar mengajar. Namun tidak hanya antar peserta didik, interaksi sosial yang dimaksud disini juga dapat terjadi antara peserta didik dengan pengajar ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lebih efisien dan interaktif.
(44)
4) Kualitas pemberian tes dan penilaian, penggunaan media akan membantu peserta didik menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh sehingga pemahaman peserta didik pasti akan lebih baik. Hal ini akan berakibat pada peningkatan hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari pemberian tes dan penilaian lainnya. Sehingga dengan media yang digunakan, pengajar dapat melakukan evaluasi dan penilaian hasil belajar dengan mudah.
5) Pengaruh pada peserta didik, dimaksudkan bahwa media pembelajaran yang digunakan oleh pengajar dapat memberikan perubahan pada peserta didik. Perubahan yang dimaksudkan tentu saja perubahan yang positif seperti pengingkatan pengetahuan, peningkatan nilai yang didapat, sikap dan lain-lain. Dicontohkan seorang peserta didik yang semakin menjadi rajin dalam belajar karena diadakannya media dan karena rajin belajarnya membuat dia lebih disiplin dalam setiap hal yang dilakukan.
6) Pengaruh pada pengajar, media juga dapat berpengaruh terhadap pengajar. Karena pengajar juga andil dalam kegiatan belajar mengajar dikelas karena selaku pengelola media dan penyampai materi belajar. Pengaruh yang terlihat adalah mudahnya pengajar dalam menyampaikan materi daripada menggunakan model pengajaran konvensional (jika pengajar kurang kreatif dalam mengelola kelas) dan dapat membuat peserta didik jenuh didalam kelas tanpa adanya peran media. Pengajar juga bisa lebih terlihat profesional dan dapat menghidupkan kelas dengan lebih mudah dalam mengajar dikelas. Karena peserta didik dapat lebih tertarik dengan media yang pengajar sajikan dikelas.
(45)
c. Kualitas teknik
Pada kualitas teknik membahas mengenai teknik dalam pengembangan media pembelajaran. Kemampuan seorang pengajar dalam berkreatifitas dalam membuat media pembelajaran akan dinilai dalam aspek ini. Pada aspek ini tidak hanya akan dibahas mengenai ketrampilan namun juga pada fasilitas yang mempermudah pengguna dalam menggunakan media pembelajaran tersebut. Kualitas teknik dibagi kedalam beberapa bagian, diantaranya :
1) Kemudahan dalam penggunaan, media yang telah dibuat oleh pengajar mampu dioperasikan dengan mudah oleh pengajar itu sendiri dan oleh peserta didik dalam kegiatan belajar mandirinya di dalam kelas maupun di rumah.
2) Kualitas tampilan, mengacu pada sajian tampilan mulai dari penggunaan font, paduan warna, pemberian animasi, juga penggunaan tema latar atau backgroud media. Jika kualitas tampilan dari sebuah media dikatakan bagus, maka akan dapat menarik perhatian peserta didik untuk lebih serius mengamati media. Dari kualitas ini dapat mengacu pada aspek yang lain yaitu daya tarik media. Karena semakin tinggi kualitas tampilan maka kualitas daya tarik pada media juga ikut tinggi. Kualitas dari tampilan ini juga dapat membuat suasana kegiatan belajar lebih hidup dan tidak membosankan.
3) Kualitas Pengelolaan program, adalah kemampuan pengajar dalam menggunakan media yang bersifat interaktif terhadap peserta didik yang sedang mendengarkan pengajar menyampaikan materi dengan media. Disini
(46)
seorang pengajar dituntut tidak hanya dapat menggunakan media, namun pengajar dapat mengajar materi dengan jelas dan dapat membuat peserta didik paham sambil menjalankan program medianya.
4) Kualitas dokumentasi, meliputi tentang hasil tes peserta didik, hasil tugas kelompok, dan tugas quesioner ataupun yang telah didokumentasikan seperti gambar, foto dan sebagainya.
2.2.2. Macam-Macam Evaluasi
Adapun macam-macam evaluasi media media pembelajaran dapat kita bagi menjadi dua bagian, yaitu:
1) Evaluasi formatif
Asnawir (2002) mengemukakan bahwa “evaluasi formatif yaitu suatu proses untuk mengumpulkan informasi tentang aktifitas dan efesiensi penggunaan media yang digunakan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan, maka data tersebut akan digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar dapat digunakan lebih efektif dan efesien.
2) Evaluasi sumatif
Evalusasi sumatif ini merupakan kelanjutan dari evaluasi formatif yang telah dijelaskan diatas. Setelah data digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan suatu program evaluasi, kemudian data tersebut digunakan untuk menentukan apakah media pembelajaran tersebut dapat
(47)
digunakan atau tidak pada situasi dan kondisi tertentu. Evaluasi semacam inilah yang disebut sebagai evaluasi sumatif.
2.2.3. Tahapan dalam Evaluasi
Menurut Kemp dalam Susilana (2009) membagi tahapan evaluasi menjadi tiga tahap yaitu sebagai berikut.
1) Percobaan satu satu(one-to-one trials)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk kesan uji coba (try-out impression) dan diberikan kepada pembelajar (leaners) secara individual, dan teknik pengukurannya dengan cara observasi, survey, dan interview.
2) Percobaan kelompok kecil(small-group trials)
Tahap evaluasi kedua ini dilakukan pada fase persiapan/versi draft, dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan dari produk, diberikan kepada kelompok kecil berjumlah 8-20 peserta didik, dan teknik pengukurannya menggunakan cara-cara observasi, sikap, dan performance.
3) Percobaan lapangan(field-trials)
Pada evaluasi tahap ketiga ini dilakukan saat produk jadi (lengkap/komplit), dimaksudkan untuk penilaian produk, diberikan kepada peserta didik kelas regular, dan teknik pengukuran yang utama menggunakan performance dan sikap.
(48)
2.2.4. Tujuan Evaluasi Media
Tujuan dari evaluasi media pengajaran menurut Arsyad (2003: 174) adalah sebagai berikut: 1) Menentukan keefektifan media pengajaran, 2) Menentukan apakah media dapat diperbaiki atau ditingkatkan, 3) Menetapkan apakah media itu cost-effektive dilihat dari hasil belajar peserta didik, 4) Memilih media yang sesuai untuk digunakan dalam proses belajar-mengajar, 5) Menentukan apakah isi pelajaran sudah tepat disajikan dengan media itu, 6) Menilai kemampuan pengajar menggunakan media, 7) Mengetahui apakah pengajaran benar-benar memberikan sumbangan terhadap hasil belajar, 8) Mengetahui sikap peserta didik terhadap media pengajaran.
Kekuatan dan kelemahan dari media pembelajaran yang telah dibuat oleh pengajar biasanya dapat diketahui dengan lebih jelas setelah program tersebut dilaksanakan di kelas dan dievaluasi dengan seksama. Hasil yang diperoleh dari evaluasi akan member petunjuk kepada pengajar tentang bagian-bagian mana dari media pembelajaran tersebut yang sudah baik dan bagian mana pula yang belum baik sehingga belum dapat mencapai tujuan dari pengembangan media pembelajaran yang diharapkan yang dalam hal ini terkait dengan percapaian tujuan pembelajaran yang telah disusun.
Atas dasar hasil evaluasi tersebut dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan, baik pada waktu media tersebut sedang digunakan maupun setelah media tersebut digunakan. Perbaikan yang dilakukan setelah media ini selesai digunakan akan berguna untuk keperluan penyempurnaan media pada kegiatan pembelajaran selanjutnya.
(49)
Terkait dengan uraian tersebut, Susilana (2009:207-212) berpendapat bahwa evaluasi media yang dilaksanakan pada dasarnya difokuskan kepada beberapa tujuan yaitu:
1) Memilih Media Pendidikan yang akan Dipergunakan oleh Kelas
Tidak semua media yang dibuat oleh pengajar dan yang telah tersedia disekolah dapat digunakan dalam pembelajaran dikelas. Media pembelajaran yang dapat digunakan di kelas semestinya harus benar-benar media yang telah dievaluasi dengan sebaik-baiknya sehingga media tersebut benar-benar layak untuk digunakan.
Adakalanya pengajar memaksakan media tertentu yang kurang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan sehingga bukan peningkatan proses pembelajaran yang dirasakan, sebaliknya beragam masalah baru akan muncul misalnya komentar-komentar yang kurang penting yang terlontar dari peserta didik. Kondisi seperti ini tentu bukan hal yang diharapkan oleh pengajar. Oleh karena itu sebelum pengajar menggunakan media dalam proses pembelajaran alangkah lebih baik jika evaluasi terlebih dahulu secara cermat. Agar pembelajaran yang diterapkan pengajar kepada peserta didik dapat berjalan dengan baik dan dapat memenuhi tujuan dari pembelajaran tersebut.
2) Untuk melihat prosedur penggunaan sesuatu alat
Mekanisasi penggunaan suatu media merupakan salah satu bagian penting dalam pengembangan media yang harus devaluasi. Prinsipnya,
(50)
media pembelajaran yang dibuat harus mudah digunakan oleh pemakai. Tidak jarang menemukan media dengan tampilan yang begiru bagus namun pada saat akan digunakan mala macet atau bahkan susah untuk dioperasikan. Hal tersebut harus dihindari sehingga media yang telah kita gunakan tidak sia-sia hanya karena persoalan teknis. Oleh karena itu evaluasi media pun harus darahakan untuk melihat sejauh mana media yang digunakan memenuhi kelayakan teknis penggunaannya.
3) Untuk memeriksa apakah tujuan penggunaan alat tersebut telah tercapai Setiap media pembelajaran tentunya memiliki karateristik dan manfaat yang berbeda antara media yang satu dengan yang lainnya terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan dilakukan evaluasi kita akan dapat mengukur sejauhmana media yang ada dengan keunggulan-keunggulannya tersebut dimanfaatkan secara optimal dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Keberadaan media tersebut tentunya bukan sekedar untuk memamerkan berbagai media kepada peserta didik akan tetapi lebih diarahkan untuk menfasilitasi pengalaman belajar tertentu yang hanya bias diperoleh melalui media tersebut.
4) Menilai kemampuan pengajar menggunakan media pendidikan
Evaluasi media pembelajaran akan diarahkan untuk menilai sejauh mana kemampuan seorang pengajar menggunakan media yang ada disekolah termasuk juga media yang telah dikembangkan sendiri. Seringkali dtemukan dalam kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media
(51)
pengajar kurang maksimal dalam menggunakannya. Hal tersebut mungkin saja diakibatkan karena pengetahuan dan keterampilan pengajar belum memadai atau bahkan tidak menguasasi bagaimana cara menggunakan satu media.
Tidak jarang ada sekolah dengan fasilitas media yang memadai namun karena pengajarnya kuranag atau tidak mampu dalam menggunakan media-media yang ada, akhirnya media-media tersebut sia-sia karena tidak dapat digunakan dengan maksimal. Padahal jika keberadaan media tersebut ditunjang dengan kemampuan pengajar-pengajar dalam memanfaatkannya tentu akan sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan program pembelajaran disekolah itu yang berujung pada pencapaian mutu pendidikan secara keseluruhan.
5) Memberikan informasi untuk kepentingan administrasi
Media pembelajaran dan pemanfaatannya harus dikelola dengan baik melalui proses pengadministrasian yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Keberadaan dan keberfungsian media di sekolah harus selalu dievaluasi secara berkala sehingga dapat membantu peningkatannya kualitas pembelajaran disekolah. Hasil evaluasi ini akan sangat bermanfaat untuk menjadi bahan pertimbangan dalam pengelolaan media termasuk aspek administrasinya. Sehingga media yang akan dibuat nanti memiliki kelebihan dari media sebelumnya.
(52)
6) Untuk Memperbaiki Alat Media itu Sendiri
Evaluasi media pada akhirnya akan terkait dengan kondisi media itu sendiri. Media yang ada disekolah harus dievaluasi tingkat kelayakan pakainya setiap saat sehingga jika akan digunakan tidak ada masalah dan langsung dapat dipakai. Dengan demikian melalui proses evaluasi media ini akan dapat teridentifikasi secara lengkap media-media mana saja yang sudah rusak parah dalam kondisi rusak namun masih bagus dan layak dipakai.
(53)
BAB III PROSEDUR
PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Kota Semarang. Waktu penelitian akan dimulai pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 pada bulan Juli 2013 sampai bulan Agustus 2013.
3.2. Jenis Penelitian
Berdasarkan lingkup permasalahan yang diteliti, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang disajikan dalam bentuk deskriptif. Peneliti bertujuan mendeskripsikan segala sesuatu yang berkaitan dengan Evaluasi Kualitas media pembelajaran SMA Negeri di Kota Semarang.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian ini lebih memusatkan pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung.
“Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah (scientific inquiry) yang didasari oleh beroperasi dengan aturan-aturan yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum, dan prediksi” (Watson dalam Danim, 2002). Fokus penelitian kuantitatif diidentifikasikan sebagai proses kerja yang berlangsung secara ringkas, terbatas dan memilah-milah permasalahan menjadi bagian yang dapat diukur atau dinyatakan dalam angka-angka. Penelitian ini dilaksanakan untuk menjelaskan, menguji hubungan antar variabel, menentukan
(54)
kasualitas dari variabel, menguji teori dan mencari generalisaai yang mempunyai nilai prediktif.
3.3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sesuatu yang sifat keadaannya sedang diteliti. Subjek penelitian meliputi populasi dan sampel.
3.3.1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMA Negeri di Kota Semarang yang berjumlah 16932 peserta didik.
3.3.2. Sampel
Dalam penelitian, peneliti tidak melakukan penelitian pada seluruh subyek yang ada pada populasi, tetapi hanya beberapa bagian yang ada di populasi yang disebut sampel. Jadi hasil dari sampel adalah sebagian peserta didik SMA Negeri yang ada di kota Semarang.
3.4. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik area random sampling. Dimana langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah membagi wilayah populasi menjadi empat wilayah, yaitu barat, timur, selatan, dan tengah. secara random diperoleh semarang barat adalah SMA Negeri 2 semarang, Semarang Timur SMA Negeri 6 Semarang, Semarang selatan diperoleh SMA Negeri 12 Semarang, dan Semarang tengah adalah SMA Negeri 5 Semarang. Selanjutnya dilakukan secara random juga untuk memperoleh kelas XI IA apa yang ada di
(55)
setiap sekolah tempat penelitian berlangsung. Dengan hasil seperti tabel dibawah ini :
NO Kelompok Sampel Ʃ Kelas Subyek N
1 SMA Negeri 2 30 XI-IA2 32
2 SMA Negeri 5 29 XI-IA 3 32
3 SMA Negri 6 30 XI-IA 1 34
4 SMA Negeri 12 27 XI-IA 1 33
Jumlah 133
Tabel 3.1. Hasil Dari Penetapan Sampel
3.5. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah kualitas media pembelajaran yang ada di SMA N 2 Semarang, SMA N 5 Semarang, SMA N 6 Semarang, dan SMA N 12 Semarang. Berikut tabel 3.2. yang akan menjelaskan tentang indikator dan kisi-kisi kualitas media pembelajaran.
(56)
Variabel Indikator Kisi-Kisi
Kualitas Media Pembelajaran
Ketepatan Tepat dalam fungsi
Tepat dalam tujuan yang telah ditetapkan Kepentingan Diperlukan dalam pembelajaran
Ketergantungan terhadap nmedia Kelengkapan Kebutuhan materi tersedia
Materi tambahan di dalam media Daya Tarik Ketertarikan dalam belajar
Tidak membosankan Kelayakan situasi
pengguna
Sesuai dengan kemampuan peserta didik Dapat dipahami
Kualitas motivasi Dapat membuat peserta didik semangat belajar Selalu ingin mendapatkan hasil yang lebih baik Fleksibilitas media Kemampuan media membuat pembelajaran mandiri
Media tidak terikat runag,waktu dan tempet Kualitas interaksi sosial
dari media pembelajaran
Terjadi pembahasan dengan teman sendiri setelah pembelajaran
Terjadi pembahasan dengan guru setelah pembelajaran
Kualitas dari pemberian tes dan penilaian
Hasil dari tes yang diperoleh lebih baik Pengaruh pada peserta
didik
Pemahaman materi menjadi lebih mudah dan cepat Prestasi menjadi lebih meningkat
Menjadi lebih percaya diri dalam pembelajaran Pengaruh pada pengajar Pengajar menjaditerlihat profesional
Dapat membuat pembelajaran menjadi lebih interaktif
Kemudaha dalam penggunaan
Petunjuk yang ada pada media pembelajaran Fasilitas yang ada pada media pembelajaran Kualitas dari tampilan Penyajian warna, font, button
Tata ruang dalam media pembelajaran Kualitas pengelolaan
program
Kolaborasi guru dengan media pembelajaran Kolaborasi guru dan media pembelajaran terhadap peserta didik
Kualitas dokumentasi Hasil yang diperoleh sepanjang digunakannya media pembelajaran
(57)
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket. Metode angket ini digunakan untuk mengetahui kualitas penggunaan media pembelajaran SMA Negeri di kota Semarang. Menurut Arikunto (2006:152) ada dua macam angket berdasarkan cara menjawab dengan kalimat, yaitu angket terbuka dan angket tertutup.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket tertutup yaitu responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan dan mengisi sesuai dengan pengalaman dan pengetahuannya sendiri, dengan menggunakan skala Linkert.
“Skala Linkert ini digunakan untuk mengukur persepsi atau sikap seseorang” (Sukardi, 2008:146).
Dengan skala ini peneliti ingin menilai sikap dan tingkah laku yang ingin diteliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden dan kemudian responden diminta memberikan pilihan jawaban dalam ukuran atau skala yang telah dimodifikasi dengan empat pilihan jawaban misalnya sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Dalam penelitian ini pertanyaan yang diberikan bersifat positif dan negatif, sehingga skor positif yang diberikan untuk masing-masing jawaban yaitu sangat setuju (SS=4), setuju (S=3), tidak setuju (TS=2), dan sangat tidak setuju (STS=1) dan skor negatif yang diberikan untuk masing-masing jawaban yaitu sangat setuju (SS=1), setuju (S=2), tidak setuju (TS=3), dan sangat tidak setuju (STS=4).
(58)
3.7. Instrumen Penelitian
“Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah” (Arikunto, 2006). Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian evaluasi terhadap kualitas media kelas XI IA di SMA Negeri se kota Semarang adalah lembar angket dari kualitas media pembelajaran.
3.8. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya akan diolah dengan metode analisis deskriptif prosentase. Metode ini digunakan untuk membahas hasil penelitian yang masih berupa data mentah atau data angka-angka hasil tes dan diperoleh gambaran hasil penelitian. Sehingga peniliti dapat menggambarkan bagaimana kualitas penggunaan media pembelaran tersebut. Adapun rumus yang digunakan adalah metode deskriptif prosentase (DP) (Ali, 1993:186) yaitu:
Keterangan :
% = Prosentase
n = Nilai yang diperoleh
(59)
Untuk menentukan kategori atau jenis deskriptif prosentase yang diperoleh masing-masing indikator dalam variabel, dari perhitungan deskriptif prosentase kemudian ditafsirkan kedalam kalimat.
Cara menentukan tingkat kriteria adalah sebagai berikut.
1) Menentukan angka prosentase tertinggi
2) Menentukan angka prosentase terendah
3) Rentang prosentase : 100% - 25% = 75% 4) Interval kelas prosentase : 75% : 5% = 15%
Untuk mengetahui kriteria tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh (dalam persen) dengan analisis deskriptif prosentase dikonsultasikan dengan tabel kriteria sebagai berikut:
No. Prosentase Kriteria
1 86% - 100% Sangat Baik
2 71% - 85% Baik
3 56% - 70% Cukup
4 41% - 55% Kurang
5 >25% - 40% Sangat Kurang
(60)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Besaran Kualitas Media
Berdasarkan hasil analisis data kualitas media pembelajaran SMA Negeri Di Kota Semarang dapat di sajikan dalam tabel sebagai berikut.
No Indikator Sumber Data (%) Rata-Rata (%)
1 2 3 4
1 Ketepatan 70,70 77,30 69,50 68,90 71,60
2 Kepentingan 69,50 78,10 68,00 60,60 69,05
3 Kelengkapan 68,40 72,30 73,20 70,50 71,10
4 Daya tarik 75,00 76,00 78,40 75,30 76,17
5 Kesesuaian dengan situasi peserta didik 70,30 74,60 65,80 75,00 71,42 6 Kualitas motivasi 71,88 75,78 77,70 71,21 74,14 7 Fleksibilitas media pembelajaran 69,92 75,78 64,19 66,29 69,04 8 Kualitas interaksi sosial dari media 70,70 70,31 72,72 73,86 73,39 9 Kualitas dari pemberian tes dan penilaian 70,70 74,61 67,91 70,45 70,91 10 Pengaruh pada peserta didik 75,20 72,27 72,80 68,75 72,25 11 Pengaruh pada pengajar 74,22 76,56 75,43 77,65 77,71 12 Kemudahan dalam penggunaan 77,34 77,73 74,26 74,63 75,99 13 Kualitas tampilan 77,75 79,49 77,00 72,84 76,77 14 Kualitas pengelolaan program 71,48 73,05 66,91 66,29 69,43 15 Kualitas dokumentasi 75,39 77,73 75,37 75,76 76,06
RATA-RATA 72,57 75,44 71,95 71,20 72,78
Tabel 4.4. Kualitas Media Pembelajaran
(61)
Keterangan :
a) Sumber data 1 adalah SMA Negeri 2 Semarang b) Sumber data 2 adalah SMA Negeri 5 Semarang c) Sumber data 3 adalah SMA Negeri 6 Semarang d) Sumber data 4 adalah SMA Negeri 12 Semarang
4.1.1. Kualitas Media Pembelajaran
Pada tabel 4.4 mengenai hasil kualitas media menunjukkan bahwa kualitas media di SMA Negeri kota Semarang memperoleh skor rata-rata 72,78% dengan kriteria baik. Skor tersebut didapatkan dari hasil rata-rata keempat SMA Negeri yaitu SMA Negeri 2 Semarang dengan skor 72,57% (kriteria baik), SMA Negeri 5 dengan Skor 75,44% (kriteria baik), lalu SMA Negeri 6 dengan skor 71,95% (kriteria baik), dan SMA Negeri 12 dengan skor 71,20% (kriteria baik). Dari keempat skor SMA tersebut dijumlah lalu dirata-rata dan menghasilkan skor untuk kualitas media pembelajaran SMA Negeri di kota semarang.
Skor 72,78% tersebut juga bisa didapatkan dengan menjumlah dan merata-rata dari hasil indikator kualitas media pembelajaran. Dari tabel 4.4 disebutkan terdapat 15 indikator untuk kualitas media.diantaranya ada ketepatan media, kepentingan media, kelengkapan media, daya tarik media, kesesuaian dengan pesertadidik, kualitas motivasi pada media, fleksibilitas media, kualitas dari pemberian tes dan penilaian, pengaruh pada peserta didik, pengaruh pada pengajar, kemudahan dalam penggunaan, kualitas pengelolaan program, kualitas dokumentasi. Berikut akan dipaparkan indikator dari kualitas media dari tabel tersebut.
(62)
4.1.1.1. Ketepatan Media
Pada tabel 4.4 mengenai kualitas media menjelaskan bahwa ketepatan media pembelajaran di SMA N 2 Semarang adalah 70,70% (kriteria cukup), SMA N 5 Semarang adalah 77,30% (kriteria baik), SMA N 6 Semarang adalah 69,50% (kriteria cukup), dan yang terakhir SMA N 12 Semarang adalah 68,90% (kriteria cukup). Diperoleh rata-rata prosentase ketepatan media dari keempat sekolah adalah 71,60% dengan kriteria baik sehidngga dapat dikatakan bahwa media pembelajaran dari masing-masing sekolah sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
4.1.1.2. Kepentingan
Pada tabel 4.4 menunjukkan kepentingan media pembelajaran di SMA N 2 Semarang adalah 69,50% dengan kriteria cukup, SMA N 5 Semarang adalah 78,10% dengan kriteria baik, SMA N 6 Semarang adalah 68,00% dengan kriteria cukup, dan SMA N 12 Semarang adalah 60,60% dengan kriteria cukup. Sebesar 69,05% yang dapat digolongkan dalam kriteria cukup merupakan rata-rata prosentase dari kepentingan media pembelajaran di keempat sekolah tersebut. Dengan pentingnya penggunaan media pembelajaran pada saat proses belajar mengajar diharapkan dapat memotivasi peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar yang akan dicapainya.
4.1.1.3. Kelengkapan
Dengan diperoleh rata-rata prosentase sebesar 71,10% yang dapat digolongkan kriteria baik merupakan bukti bahwa kelengkapan media pembelajaran
(63)
dapat mendukung dan membantu bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik. Sesuai dengan hasil perhitungan diperoleh bahwa kelengkapan media pembelajaran sebesar 68,40% dengan kriteria cukup oleh SMA N 2 Semarang, sebesar 72,30% dengan kriteria baik oleh SMA N 5 Semarang, berikutnya diperoleh sebesar 73,20% dengan kriteria baik oleh SMA N 6 Semarang, dan yang terakhir adalah 70,50% dengan kriteria cukup oleh SMA N 12 Semarang.
4.1.1.4. Daya Tarik
Penggunaan media pembelajaran dapat menarik dan mengarahkan perhatian peserta didik untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi dan pelajaran. Hal ini terlihat pada diagram 4.4. yang menunjukkan dengan adanya prosentase daya tarik media pembelajaran di SMA N 2 Semarang yaitu 75,00% (kriteria cukup), SMA N 5 Semarang yaitu 76,00% (kriteria baik), sedangkan di SMA N 6 Semarang adalah 78,40% (kriteria baik), dan yang terakhir SMA N 12 Semarang yaitu 75,3% (kriteria baik). Dari data tersebut diperoleh rata-rata prosentase daya tarik media dari keempat sekolah yakni 76,17% dengan kriteria baik.
4.1.1.5. Kesesuaian dengan Situasi Peserta Didik
Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan dalam dalam tabel 4.4 diatas. Dikatakan bahwa kelayakan penggunaan media pembelajaran di SMA N 2 Semarang adalah 70,30% dengan kriteria cukup, di SMA N 5 Semarang adalah 74,60% dengan kriteria baik, di SMA N 6 Semarang adalah 65,80% dengan kriteria
(64)
cukup, dan yang terakhir di SMA N 12 Semarang adalah 75% dengan kriteria baik. Diperoleh rata-rata prosentase kelayakan pengguna pada media pembelajaran dari keempat sekolah adalah 71,42% dengan kriteria baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa media pembelajaran dari masing-masing sekolah sudah sesuai dengan situasi peserta didik, diantaranya tersedia waktu dalam menggunakannya serta sesuai dengan taraf berfikir peserta didik, sehingga makna yang terkandung di dalam media tersebut dapat dipahami oleh peserta didik.
4.1.1.6. Kualitas Motivasi
Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis kepada peserta didik. Hal ini terbukti dengan adanya hasil penelitian pada diagram 4.6. diatas bahwa di SMA N 2 Semarang yaitu 71,88% (kriteria baik), SMA N 5 Semarang yaitu 75,78% (kriteria baik), sedangkan di SMA N 6 Semarang adalah 77,70% (kriteria baik), dan yang terakhir SMA N 12 Semarang yaitu 71,21% (kriteria baik). Dari data tersebut diperoleh rata-rata prosentase kualitas motivasi yang ada di dalam media pembelajaran yakni 74,14% dengan kriteria baik.
4.1.1.7. Fleksibilitas Media Pembelajaran
Sedangkan fleksibilitas media pembelajaran sangat mempengaruhi dalam penggunaan media itu sendiri. Dikarenakan peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang pengajar. Didukung dengan data hasil penelitian diperoleh bahwa prosentase
(65)
rata-rata terhadap fleksibilitas media pembelajaran sebesar 69,04% yang dapat digolongkan menjadi kriteria cukup. Sebesar 69,92% diperoleh SMA N 2 Semarang yang dapat tergolong dalam kriteria cukup, sedangkan SMA N 5 Semarang diperoleh 75,78% dengan kriteria baik, berikutnya sebesar 64,19% dengan kriteria cukup oleh SMA N 6 Semarang, dan yang terakhir adalah 66,29% dengan kriteria cukup pula oleh SMA N 12 Semarang.
4.1.1.8. Kualitas Interaksi Sosial dari Pembelajaran
Kualitas sosial dari interaksi media pembelajaran dari keempat sekolah mempunyai rata-rata sebesar 73,39% yang dapat digolongkan menjadi kriteria baik. Dapat dilihat dalam tabel 4.4. bahwa kualitas interaksi sosial dari media pembelajaran di SMA N 2 Semarang sebesar 70,70% (kriteria cukup), SMA N 5 Semarang sebesar 70,31% (kriteria cukup), SMA N 6 Semarang sebesar 72,72% (kriteria baik), dan yang terakhir SMA N 12 Semarang sebesar 73,86% (kriteria baik). Sehingga dapat dikatakan bahwa media pembelajaran dari masing-masing sekolah dapat memperlancar interaksi atau hubungan yang saling mempengaruhi antara pengajar dengan peserta didik sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien.
4.1.1.9. Kualitas dari Pemberian Tes dan Penilaian
Dari tabel 4.4 diperoleh bahwa rata-rata prosentase kualitas dari pemberian tes dan penilaian sebesar 70,91% yang dapat digolongkan kriteria cukup. Penggunaan media akan membantu peserta didik menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh sehingga pemahaman peserta didik pasti akan lebih baik. Hal
(66)
ini akan berakibat pada peningkatan hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari pemberian tes dan penilaian lainnya. Sesuai dengan hasil perhitungan diperoleh bahwa kualitas dari pemberian tes dan penilaian sebesar 70,70% dengan kriteria cukup oleh SMA N 2 Semarang, sebesar 74,61% dengan kriteria baik oleh SMA N 5 Semarang, berikutnya diperoleh sebesar 67,91% dengan kriteria cukup oleh SMA N 6 Semarang, dan yang terakhir adalah 70,45% dengan kriteria cukup pula oleh SMA N 12 Semarang.
4.1.1.10. Pengaruh pada Peserta Didik
Media pembelajaran memberikan pengaruh terhadap peserta didik (tabel 4.4) yang ada di SMA N 2 Semarang sebesar 75,20% dengan kriteria baik, SMA N 5 Semarang sebesar 72,27% dengan kriteria baik, SMA N 6 Semarang sebesar 72,80% dengan kriteria baik, dan SMA N 12 Semarang sebesar 68,75% dengan kriteria cukup. Dengan nilai prosentase 72,25% yang dapat digolongkan dalam kriteria baik merupakan rata-rata prosentase dari pengaruh media pembelajaran terhadap peserta didik di setiap sekolah tersebut. Pengaruh yang ditimbulkan diantaranya karakteristik peserta didik, yaitu sikap pribadi dan kematangan pada setiap anak didik; keterlibatan peserta didik dalam proses belajar lebih efektif; serta pengaruh media terhadap kehidupan sehari-harinya.
4.1.1.11. Pengaruh pada Pengajar
Selain pengaruh terhadap peserta didik, pengajar juga ikut andil dalam penggunaan media pembelajaran sehingga menjadikan pengajar lebih produktif serta membantu pengajar dalam memberikan materi dikelas. Dengan diperoleh
(67)
rata-rata prosentase sebesar 77,71% yang dapat digolongkan kriteria baik membuktikan bahwa pengajar dapat memanfaatkan media pembelajaran secara optimal. Sesuai dengan hasil perhitungan bahwa SMA N 2 Semarang memperoleh 74,22% dengan kriteria baik, SMA N 5 Semarang 76,56% dengan kriteria baik, SMA N 6 Semarang 75,43% dengan kriteria baik, sedangkan SMA N 12 Semarang memperoleh 77,65% dengan kriteria baik pula.
4.1.1.12. Kemudahan dalam Penggunaan
Dari tabel 4.4 menunjukan tentang kemudahan dalam penggunaan media, artinya media yang diperlukan mudah digunakan, bersifat mandiri dimana pengguna bisa menggunakannya tanpa bimbingan orang lain, seperti pengajar, teman, orang tua, dan sebagainya. Hal ini terbukti pada diagram 4.12. bahwa hasil penelitian di SMA N 2 Semarang yaitu 77,34% (kriteria baik), SMA N 5 Semarang yaitu 77,73% (kriteria baik), sedangkan di SMA N 6 Semarang adalah 74,26% (kriteria baik), dan SMA N 12 Semarang yaitu 74,63% (kriteria baik). Dari data tersebut diperoleh rata-rata prosentase kemudahan penggunaan media pembelajaran dari keempat sekolah yakni 75,99% yang tergolong kriteria baik.
4.1.1.13. Kualitas Tampilan
Kualitas tampilan pada media pembelajaran dari keempat sekolah mempunyai rata-rata sebesar 76,77% yang dapat digolongkan menjadi kriteria baik. Untuk lebih jelasnya adalah sebesar 77,75% dengan kriteria baik oleh SMA N 2 Semarang, sebesar 79,49% dengan kriteria baik oleh SMA N 5 Semarang, sebesar 77,00% dengan kriteria baik oleh SMA N 6 Semarang, selanjutnya sebesar 72,84%
(68)
dengan kriteria baik oleh SMA N 12 Semarang. Hal ini dikarenakan media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun secara manipulasi, sehingga membantu pengajar untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton, dan tidak membosankan.
4.1.1.14. Kualitas Pengelolaan Program
Kualitas pengelolaan program pada media pembelajaran dari keempat sekolah menegah tingakat atas mempunyai rata-rata sebesar 69,43% yang dapat digolongkan menjadi kriteria cukup. Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa kualitas pengelolaan program di SMA N 2 Semarang sebesar 71,48% (kriteria baik), SMA N 5 Semarang sebesar 73,05% (kriteria baik), SMA N 6 Semarang sebesar 66,91% (kriteria cukup), dan yang terakhir SMA N 12 Semarang sebesar 66,29% (kriteria cukup). Kemampuan pengajar dalam penggunaaan media pembelajaran yang digunakan selama proses pengajaran akan sangat mempengaruhi dari kualitas pengelolaan program tersebut.
4.1.1.15. Kualitas Dokumentasi
Sedangkan kualitas dokumentasi diperoleh rata-rata prosentase sebesar 76,06% yang dapat digolongkan kriteria baik merupakan bukti bahwa dokumentasi media pembelajaran yang berupa nilai tugas individu maupun kelompok dapat terkoordinir lebih baik. Sesuai dengan hasil perhitungan yang diperoleh bahwa kualitas dokumentasinya sebesar 75,39% dengan kriteria baik oleh SMA N 2 Semarang, sebesar 77,73% dengan kriteria baik oleh SMA N 5 Semarang, berikutnya diperoleh sebesar 75,37% dengan kriteria baik oleh SMA N 6
(1)
(2)
Lampiran 11
HASIL ANALISIS DATA ANGKET DESKRIPTIF PRESENTASE EVALUASI KUALITAS MEDIA DI SMA NEGERI SE KOTA SEMARANG
SMA NEGERI 5 SEMARANG
NO SUB INDIKATOR
PEROLEHAN KRITERIA JAWABAN RESPON
SKOR HASIL TOTAL
PRESENTASE KRITERIA SANGAT
BAIK BAIK CUKUP
SANGAT KURANG
SANGAT KURANG
1 kualitas isi dan tujuan 0 26 6 0 0 33,3 75,7 Baik 2 kualitas pembelajaran 0 27 5 0 0 41,41 73,93 Baik 3 kualitas teknik 1 29 2 0 0 40,53 77,94 Baik
KUALITAS MEDIA SMA N 5 SEMARANG 38,4133333 75,85666667 Baik
HASIL ANALISIS DATA ANGKET DESKRIPTIF PRESENTASE EVALUASI KUALITAS MEDIA DI SMA NEGERI SE KOTA SEMARANG
SMA NEGERI 2 SEMARANG
NO SUB INDIKATOR
PEROLEHAN KRITERIA JAWABAN RESPON
SKOR HASIL TOTAL
PRESENTASE KRITERIA SANGAT
BAIK BAIK CUKUP
SANGAT KURANG
SANGAT KURANG
1 kualitas isi dan tujuan 0 14 18 0 0 31,3 71,2 Baik 2 kualitas pembelajaran 0 25 7 0 0 40,63 72,54 Baik 3 kualitas teknik 1 29 2 0 0 39,72 76,38 Baik
KUALITAS MEDIA SMA N 2 SEMARANG 37,2166667 73,37333333 Baik
HASIL ANALISIS DATA ANGKET DESKRIPTIF PRESENTASE EVALUASI KUALITAS MEDIA DI SMA NEGERI SE KOTA SEMARANG
SMA NEGERI 6 SEMARANG
NO SUB INDIKATOR
PEROLEHAN KRITERIA JAWABAN RESPON
SKOR HASIL TOTAL
PRESENTASE KRITERIA SANGAT
BAIK BAIK CUKUP
SANGAT KURANG
SANGAT KURANG
1 kualitas isi dan tujuan 0 15 19 0 0 31,5 70,5 Cukup 2 kualitas pembelajaran 0 16 18 0 0 48,8 71,1 Baik 3 kualitas teknik 0 34 0 0 0 38,8 74,77 Baik
KUALITAS MEDIA SMA N 6 SEMARANG 39,7 72,12333333 Baik
HASIL ANALISIS DATA ANGKET DESKRIPTIF PRESENTASE EVALUASI KUALITAS MEDIA DI SMA NEGERI SE KOTA SEMARANG
SMA NEGERI 12 SEMARANG
NO SUB INDIKATOR
PEROLEHAN KRITERIA JAWABAN RESPON
SKOR HASIL TOTAL
PRESENTASE KRITERIA SANGAT
BAIK BAIK KURANG
SANGAT KURANG
SANGAT KURANG
1 kualitas isi dan tujuan 0 18 15 0 0 31,03 70,5 Cukup 2 kualitas pembelajaran 0 18 15 0 0 39,75 71 Cukup 3 kualitas teknik 0 25 8 0 0 37,72 72,55 Baik
KUALITAS MEDIA SMA N 12 SEMARANG 36,1666667 71,35 Baik
Kualitas Media SMA N Kota Semarang SEKOLAH PRESENTASE KRITERIA SMAN 2 Semarang 75,86 Baik SMAN 5 Semarang 73,37 Baik SMAN 6 Semarang 72,12 baik SMAN 12 semarang 71,53 Baik
(3)
(4)
(5)
(6)