Perkembangan Non Performing Loans NPLs Bank Umum

55 Posisi kredit berdasarkan lokasi proyek di Sulawesi Tenggara pada triwulan I-2009 tercatat sebesar Rp4.760,27 miliar, dimana sebesar Rp3.815,42 miliar 80,15 disalurkan oleh perbankan Sulawesi Tenggara. Sementara dari perbankan DKI Jakarta sebesar Rp767,98 miliar 16,13, perbankan Sulawesi Selatan sebesar Rp131,99 miliar 2,77 dan 0,94 nya dari perbankan daerah lainnya. Kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Sulawesi Tenggara sebagian besar dipergunakan untuk investasi dan modal kerja pada sektor pertambangan dan pertanian tabel 3.5. Tabel 3.5. Penyaluran Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek Dalam Jutaan Rp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Sulawesi Tenggara 76.789 12.344 54.589 49 196.755 1.167.000 17.295 150.096 21.937 2.118.569 3.815.423 DKI Jakarta 59.933 531.113 12.628 1.611 5.009 2.942 11.992 142.749 767.977 Sulawesi Selatan 1.285 2.137 34.256 6.218 22.636 43 65.419 131.994 Lampung 19.282 1 19.283 Jawa Timur 923 3.328 8.978 449 13.678 Sulawesi Utara 61 5.924 5.985 Lainya 40 256 6 5623 5.925 Total 138.047 543.457 76.008 49 243.639 1.176.069 25.632 184.652 33.978 2.338.734 4.760.265 Sektor Ekonomi 1. Pertanian 4 Gas, Listrik, Air 7 Angkutan 10 Lainnya 2. Pertambangan 5 Konstruksi 8 Jasa Dunia Usaha 3. Industri 6 Perdagangan 9 Jasa Sosial DATI Lokasi Bank Penyalur Sektor Ekonomi Dari data kredit lokasi proyek tersebut, terlihat bahwa sebenarnya terdapat peluang bagi perbankan di Sulawesi Tenggara untuk menyalurkan pembiayaan ke sektor-sektor yang masih dibiayai oleh perbankan di luar Sulawesi Tenggara. Namun hal ini nampaknya masih terkendala, antara lain terbatasnya kewenangan memutus kredit pimpinan bank serta adanya perusahaan yang berkantor pusat di luar Sulawesi Tenggara khususnya Jakarta, dimana proses pengajuan kredit umumnya dilakukan melalui kantor pusatnya.

3.2.6 Perkembangan Non Performing Loans NPLs Bank Umum

Meskipun sedikit mengalami kenaikan, kualitas kreditpembiayaan yang disalurkan bank umum Sulawesi Tenggara pada triwulan I-2009 masih berada pada level yang aman, sehingga risiko kredit yang mungkin timbul relatif kecil, hal ini terlihat pada NPLs gross pada triwulan I-2009 yang sebesar 3,29, sedikit lebih besar dibandingkan posisi triwulan IV-2008 yang sebesar 2,77. Selain itu, untuk memitigasi kemungkinan risiko yang timbul, perbankan telah membentuk cadangan yang cukup berupa pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produkti PPAP, yang terlihat pada rasio NPLs nett yang sebesar 1,92. 56 Secara sektoral, masih terdapat beberapa sektor usaha yang masih memiliki rasio NPLs relatif tinggi sehingga perlu mendapat perhatian dari manajemen bank, yakni sektor industri dan angkutan dengan NPLs masing-masing sebesar 37,29 dan 23,01 tabel 3.6. Tabel 3.6. Perkembangan NPLs Gross per Sektor Ekonomi 2009 Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Rasio NPLs gross 4,52 4,37 4,77 2,67 2,77 3,29 Pertanian 4,35 5,68 3,50 2,10 1,95 5,05 Pertambangan 0,00 0,88 0,00 0,00 0,13 8,56 Industri 5,08 4,73 44,51 4,92 37,45 37,29 Listrik, Gas Air 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Konstruksi 25,40 23,26 21,42 5,00 8,73 8,98 Perdagangan 4,24 4,57 4,31 3,88 2,66 3,21 Angkutan 35,23 34,81 34,45 35,58 28,54 23,01 Jasa Dunia Usaha 10,89 8,25 7,69 6,89 6,98 13,55 Jasa Sosial 1,98 1,64 5,85 1,31 5,38 0,55 Lainnya 1,33 1,22 1,28 1,03 0,86 0,97 2008 Sektor 2007 Sumber: LBU Sementara itu berdasarkan tujuan penggunaan, tingkat risiko pada kredit konsumsi jauh lebih kecil dibandingkan dengan kredit investasi dan modal kerja, hal ini terlihat pada NPLs pada triwulan laporan yang sebesar 0,92, sementara NPLs untuk tujuan investasi dan modal kerja lebih tinggi, yakni masing-masing sebesar 9,52 dan 5,20 table 3.7. Kecilnya risiko tersebut merupakan salah satu faktor pendorong besarnya pangsa kredit konsumsi pada struktur perkreditan perbankan Sulawesi Tenggara. Tabel 3.7. Perkembangan NPLs Gross berdasarkan Penggunaan 2009 Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Rasio NPLs gross 4,52 4,37 4,77 2,67 2,77 3,29 Modal Kerja 7,99 7,91 7,57 3,86 3,82 5,20 Investasi 7,80 7,57 12,21 5,88 9,95 9,52 Konsumsi 1,28 1,18 1,25 1,07 0,82 0,92 2008 Tujuan Penggunaan 2007 Sumber: LBU

3.2.7 Profitabilitas Usaha