56 Secara sektoral, masih terdapat beberapa sektor usaha yang masih memiliki rasio NPLs
relatif tinggi sehingga perlu mendapat perhatian dari manajemen bank, yakni sektor industri dan angkutan dengan NPLs masing-masing sebesar 37,29 dan 23,01 tabel 3.6.
Tabel 3.6. Perkembangan NPLs Gross per Sektor Ekonomi
2009 Tw IV
Tw I Tw II
Tw III Tw IV
Tw I Rasio NPLs gross
4,52 4,37
4,77 2,67
2,77 3,29
Pertanian 4,35
5,68 3,50
2,10 1,95
5,05 Pertambangan
0,00 0,88
0,00 0,00
0,13 8,56
Industri 5,08
4,73 44,51
4,92 37,45
37,29 Listrik, Gas Air
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
Konstruksi 25,40
23,26 21,42
5,00 8,73
8,98 Perdagangan
4,24 4,57
4,31 3,88
2,66 3,21
Angkutan 35,23
34,81 34,45
35,58 28,54
23,01 Jasa Dunia Usaha
10,89 8,25
7,69 6,89
6,98 13,55
Jasa Sosial 1,98
1,64 5,85
1,31 5,38
0,55 Lainnya
1,33 1,22
1,28 1,03
0,86 0,97
2008 Sektor
2007
Sumber: LBU
Sementara itu berdasarkan tujuan penggunaan, tingkat risiko pada kredit konsumsi jauh lebih kecil dibandingkan dengan kredit investasi dan modal kerja, hal ini terlihat pada
NPLs pada triwulan laporan yang sebesar 0,92, sementara NPLs untuk tujuan investasi dan modal kerja lebih tinggi, yakni masing-masing sebesar 9,52 dan 5,20 table 3.7.
Kecilnya risiko tersebut merupakan salah satu faktor pendorong besarnya pangsa kredit konsumsi pada struktur perkreditan perbankan Sulawesi Tenggara.
Tabel 3.7. Perkembangan NPLs Gross berdasarkan Penggunaan
2009 Tw IV
Tw I Tw II
Tw III Tw IV
Tw I Rasio NPLs gross
4,52 4,37
4,77 2,67
2,77 3,29
Modal Kerja 7,99
7,91 7,57
3,86 3,82
5,20 Investasi
7,80 7,57
12,21 5,88
9,95 9,52
Konsumsi 1,28
1,18 1,25
1,07 0,82
0,92 2008
Tujuan Penggunaan 2007
Sumber: LBU
3.2.7 Profitabilitas Usaha
Sejalan dengan kondusifnya iklim usaha di Sulawesi Tenggara, serta semakin efisiennya opersional perbankan telah mendorong perbankan untuk lebih mengoptimalkan
pengelolan aktiva produktifnya sehingga mampu meningkatkan laba usaha. Pada triwulan I- 2009 perbankan telah membukukan laba usaha sebelum pajak sebesar Rp94,32 miliar,
57
2009 Tw IV
Tw I Tw II
Tw III Tw IV
Tw I
Pendapatan Operasional 568.810
153.742 326.642 519.764 715.119 194.743 Beban Operasional
371.884 97.418 234.337 352.941 455.867 128.962
Rasio BOPO 65,38
63,36 71,74
67,90 63,75
66,22
2008 Indikator
2007
meningkat sebesar 25,95 dibandingkan posisi triwulan I-2008 yang sebesar Rp74,87 miliar y-o-y.
Peningkatan laba usaha tersebut antara lain didorong oleh meningkatnya pendapatan operasional, dimana pada akhir triwulan I-2009 mencapai Rp194,74 miliar. Sebagian besar
dari pendapatan operasional tersebut diperoleh dari dari pendapatan bunga dengan pangsa sebesar 90,40, diikuti pendapatan provisiskomisi 7,07, pendapatan lainnya 2,42
dan keuntungan dari transaksi valas 0,10. Peningkatan perolehan bungabagi hasil, telah mendorong peningkatan rasio Net
Interest Margin NIM
7
perbankan Sulawesi Tenggara. Pada triwulan I-2009 NIM tercatat sebesar 1,51 lebih besar dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar
1,41, sementara Return on Assets ROA
6
tercatat sebesar 2,10 tabel 3.8.
Tabel 3.8. Perkembangan ROA NIM
2009 Tw IV
Tw I Tw II
Tw III Tw IV
Tw I
ROA 5,47
1,41 2,22
3,70 5,57
1,51 NIM
7,35 1,85
3,90 6,93
8,37 2,10
2008 Indikator
2007
Sumber: LBU
3.2.8 Efisiensi Usaha
Pelaksanaan good corporate governance terutama dalam penerapan efisiensi nampaknya sudah dilakukan secara konsisten oleh manajemen dan sumber daya perbankan,
hal ini terlihat dari rasio antara beban operasional dan pendapatan operasional BOPO yang cukup baik meskipun mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya, dimana pada triwulan I-2009 BOPO tercatat sebesar 66,22 sementara pada triwulan IV-2008 tercatat sebesar 63,75 table 3.9. Peningkatan beban
operasional terutama didorong oleh meningkatnya biaya bunga dan tenaga kerja.
Tabel 3.9. Perkembangan Pendapatan Beban Operasional Dalam Jutaan Rupiah
7 Net Interest Margin adalah perbandingan Net Interest pendapatan bunga-beban bunga dengan rata-rata jumlah aset dalam satu periode
6 Return On Assets ROA adalah perbandingan laba bersih dengan rata-rata jumlah aset dalam satu periode
Sumber: LBU
58
3.3 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat BPR