47
4.7 ANALISIS SIFAT FISIKA BIODIESEL
Biodiesel yang dihasilkan dalam penelitian ini dianalisis sifat fisikanya yang meliputi densitas, viskositas kinematik, titik nyala, dan kemurniannya.
Berdasarkan data hasil biodiesel yang ditunjukkan Lampiran L2.3, kemurnian produk yang memenuhi standar adalah 7 run. Analisis densitas dan viskositas
kinematik dilakukan terhadap produk tersebut. Tabel 4.6 menunjukkan hasil analisis sifat fisika biodiesel dan perbandingannya dengan Standar Nasional
Indonesia SNI 7182:2015 [73].
Tabel 4.6 Hasil Analisis Densitas, Viskositas, dan Kadar Ester pada Biodiesel Katalis
Berat Suhu
°C Kadar
Ester Densitas
kgm
3
Viskositas Kinematik
cSt Keterangan
6 65
97,09 880
5,08 Memenuhi
7 65
98,72 940
5,31 Tidak Memenuhi
8 65
99,32 860
4,69 Memenuhi
9 60
96,79 860
4,83 Memenuhi
65 99,00
860 5,27
Memenuhi 10
60 97,14
860 5,48
Memenuhi 65
96,93 890
5,62 Memenuhi
Sifat fisika dari biodiesel dengan hasil terbaik yang diperoleh dalam penelitian ini,yaitu biodiesel dengan variabel proses rasio molar TWCO terhadap
metanol 1 : 12, berat katalis 8, suhu reaksi 65 °C, waktu reaksi 3 jam lalu dibandingkan dengan standar biodiesel di Indonesia SNI 7182:2015, Amerika
Serikat ASTM D-6751, dan Eropa EN 14214. Hasil perbandingan sifat fisika biodiesel dengan standar disajikan pada Tabel 4.7.
Universitas Sumatera Utara
48 Tabel 4.7 Perbandingan Sifat Fisika Biodiesel Hasil Penelitian dengan Standar
Biodiesel di Indonesia, Amerika Serikat, dan Eropa [22, 23, 73]
Seperti yang disajikan dalam Tabel 4.7, biodiesel pada run tersebut telah memenuhi sebagian dari standar yang telah ada. Produk biodiesel dapat
dibandingkan dengan kajian yang sudah dilakukan oleh Mahesh [5] tentang penggunaan katalis CaO yang diimpregnasi dengan larutan KBr. Yield maksimum
sebesar 80,30 dicapai dengan kondisi rasio molar alkohol terhadap minyak 12:1, berat katalis 3, suhu reaksi 65 °C, dan waktu reaksi 1,8 jam. Penggunaan
loaded catalyst dapat dilihat juga pada kajian Wu [14] mengenai penggunaan
paduan katalis CaO dan zeolit sintetik NaY dengan metode irradiasi, dimana yield terbaik sebesar 95 dapat dicapai dengan katalis sebanyak 3 terhadap berat
minyak kedelai, suhu reaksi 65 °C, waktu reaksi 3 jam, dan rasio molar metanol : minyak sebesar 9 : 1.
Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti dapat mencapai yield sebesar 87,40. Dengan suhu reaksi 65 °C, berat total katalis 8 dengan perbandingan
1:3, maka berat CaO sebesar 2, waktu reaksi 3 jam, dan rasio molar TWCO terhadap metanol 1 : 12. Selain itu, katalis yang digunakan dalam penelitian ini
cukup digabungkan secara konvensional dengan senyawa penyangga zeolit tanpa irradiasi ataupun impregnasi. Hal ini tentunya jauh lebih menguntungkan
dibandingkan dengan kajian yang sudah ada karena dapat mencapai yield yang lebih tinggi dengan persentase CaO yang lebih kecil, menggunakan loaded
Parameter Hasil
Penelitian SNI
7182:2015 ASTM
D-6751 EN
14214
Kadar Ester bb 99,32
≥96,5 -
≥96,5 Densitas kg m
-3
860 40
o
C 850-890
40
o
C -
860-900 15
o
C Titik Nyala °C
158 100
≥ 130 ≥120
Kandungan Monogliserida
0,4732 ≤0,80
- ≤0,80
Kandungan Digliserida
0,1222 -
- ≤0,20
Kandungan Trigliserida
0,0856 -
- ≤0,20
Total gliserol ≤0,24
≤0,24 ≤0,25
Viskositas Kinematik mm
2
s
-1
4,69 40
o
C 2,3-6,0
1,9 –6,0
40
o
C 3,5-5,0
40
o
C
Universitas Sumatera Utara
49 catalyst
terhadap zeolit alam tanpa aktivasi dengan metode konvensional yang jauh lebih mudah dan hemat. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa paduan katalis
CaO dari limbah cangkang telur ayam dan zeolit alam sebagai penyangga katalis dapat digunakan dalam produksi biodiesel dengan bahan baku minyak jelantah.
Universitas Sumatera Utara
50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN