ZEOLIT ALAM Pembuatan Biodiesel dari Treated Waste Cooking Oil (TWCO) dengan Katalis Zeolit Alam dan CaO yang Berasal dari Cangkang Telur Ayam: Pengaruh Berat Katalis dan Suhu Reaksi

36 Dari Tabel 4.3 dan Gambar 4.1, dapat dilihat bahwa abu cangkang telur yang dihasilkan dari kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1.000 °C selama 2 jam memiliki ukuran partikel 2 – 4 μm, mengandung kadar CaO sebesar 60,08, dengan kadar air sebesar 0,1. Dengan demikian, abu hasil kalsinasi cangkang telur ayam dapat digunakan sebagai katalis heterogen dalam pembuatan biodiesel.

4.4 ZEOLIT ALAM

Dalam penelitian ini, zeolit alam digunakan sebagai penyangga senyawa CaO dari abu cangkang telur yang diperoleh dari kalsinasi. Zeolit merupakan senyawa mesoporous yang mengandung ragam logam oksida serta dapat digunakan untuk menyangga basa dan logam transisi [18, 39]. Morfologi zeolit alam dapat dilihat melalui analisis SEM yang disajikan pada Gambar 4.2. Gambar 4.2 Hasil Analisis SEM pada Zeolit Alam dengan Perbesaran 1.000 Kali Gambar 4.2 menunjukkan morfologi zeolit alam yang berpori dan memiliki sisi – sisi yang tajam peak dan bentuk yang tidak beraturan. Hal ini dapat menandakan kandungan logammineral yang tinggi. Dalam penelitian ini, dilakukan pula aktivasi pada zeolit alam secara termal menggunakan furnace pada suhu 300 °C selama 3 jam [12] untuk membandingkan fungsi penyangga zeolit alam. Analisis FTIR Fourier Transform Infrared Spectroscopy terhadap kedua jenis zeolit alam, yakni zeolit alam tanpa aktivasi dan zeolit alam teraktivasi yang disajikan dalam Gambar 4.3. Universitas Sumatera Utara 37 Gambar 4.3 Hasil Analisis FTIR Zeolit Alam Tanpa Aktivasi dan Zeolit Alam Teraktivasi Dari Gambar 4.3, hasil analisis FTIR zeolit alam tanpa aktivasi dapat dilihat pada spektrum berwarna hitam, sedangkan hasil analisis FTIR zeolit alam teraktivasi dapat dilihat pada spektrum berwarna abu-abu. Kedua jenis sampel mengandung gugus fungsi C-H Alkena yang muncul pada bilangan gelombang 675 – 995 cm -1 . Kedua jenis sampel mengandung gugus fungsi C-H cincin aromatik yang muncul pada bilangan gelombang 690 – 900 cm -1 . Kedua jenis sampel mengandung gugus C-H Alkana yang muncul pada angka gelombang 1.340 – 1.470 cm -1 . Kedua jenis sampel mengandung gugus C=C Alkena yang muncul pada angka gelombang 1.610 – 1.680 cm -1 . Kedua jenis sampel mengandung gugus O-H monomer asam karboksilat yang muncul pada angka gelombang 3.500 – 3.650 cm -1 . Kedua jenis sampel mengandung gugus O-H monomer alkoholfenol yang muncul pada angka gelombang 3.590 – 3.650 cm -1 . Dari perbandingan spektrum kedua sampel, dapat dilihat perbedaan intensitas peak pada gugus C-H Alkena, O-H monomer asam karboksilat, dan O-H monomer alkohol fenol cenderung lebih tinggi pada zeolit alam tanpa aktivasi bila dibandingkan dengan zeolit alam teraktivasi. Dari Lampiran D, dapat 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 400 900 1400 1900 2400 2900 3400 3900 T ra ns m it ta nce Wavenumber cm -1 Zeolit Alam Tanpa Aktivasi Zeolit Alam Teraktivasi 4 2 8 ,2 4 8 9 ,2 5 5 1 ,6 4 5 7 8 ,6 4 5 9 2 ,1 5 7 9 6 ,6 7 1 5 ,5 9 8 7 9 ,5 4 1 8 7 ,8 5 1 1 1 ,3 5 1 6 2 ,2 1 3 2 7 ,6 2 3 2 3 2 ,7 2 3 2 7 1 ,2 7 3 3 4 ,0 6 3 3 4 6 ,5 3 3 6 3 ,8 6 3 5 8 3 ,7 4 3 4 8 3 ,4 4 3 4 5 6 ,4 4 4 2 8 ,2 5 9 ,2 2 7 1 3 ,6 6 7 9 6 ,6 8 7 9 ,5 4 1 6 2 2 ,1 3 1 7 9 5 ,7 3 3 6 2 6 ,1 7 3 5 8 3 ,7 4 3 3 4 8 ,4 2 3 2 4 6 ,2 Universitas Sumatera Utara 38 dilihat bahwa zeolit alam tanpa aktivasi memiliki peak dan intensitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan zeolit alam teraktivasi. Sumbu Y pada spektrum menunjukkan persentase transmisi, yang dapat diubah menjadi absorbansi Absorbansi = -log Transmisi . Absorbansi lalu dapat dihubungkan dengan konsentrasi komponen melalui Hukum Beer – Lambert, dimana konsentrasi komponen berbanding lurus dengan absorbansi [67]. Dengan kata lain, jika selisih transmisi semakin besar, absorbansi semakin besar, dan konsentrasi komponen juga semakin besar. Dari spektrum pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan selisih transmisi pada spektrum zeolit alam teraktivasi. Hal ini menandakan terdapat komponen yang menghilang ataupun berkurang selama proses aktivasi. Namun, dari spektrum tersebut, belum dapat ditentukan zeolit alam yang optimal untuk digunakan sebagai penyangga CaO. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kedua jenis zeolit alam pada variabel rasio molar TWCO terhadap metanol sebesar 1 : 12, suhu reaksi 65 °C, waktu reaksi 3 jam, berat katalis sebesar 8, dan perbandingan CaO terhadap zeolit alam sebesar 1 : 3. Perbandingan hasil transesterifikasi dengan menggunakan zeolit alam tanpa aktivasi dan zeolit alam teraktivasi dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Perbandingan Karakteristik Komponen Biodiesel Menggunakan Zeolit Alam Tanpa Aktivasi dan Zeolit Alam Teraktivasi Run Komponen Metil Ester Monogliserida Digliserida Trigliserida Teraktivasi 56,3216 8,8399 15,1943 16,4315 Tanpa Aktivasi 99,319 0,4732 0,1222 0,0856 Tabel 4.4 menunjukkan perbedaan signifikan antara kadar metil ester antara penelitian yang menggunakan zeolit alam tanpa aktivasi dan zeolit alam teraktivasi, dimana paduan katalis yang menggunakan zeolit alam tanpa aktivasi memiliki kadar ester yang jauh lebih tinggi, yaitu 99,319 bila dibandingkan dengan zeolit alam teraktivasi. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penelitian dapat dilakukan dengan baik menggunakan zeolit alam tanpa aktivasi sebagai Universitas Sumatera Utara 39 penyangga CaO yang berasal dari limbah cangkang telur ayam sebagai paduan katalis dalam pembuatan biodiesel dari TWCO.

4.5 PADUAN KATALIS ZEOLIT ALAMCaO

Dokumen yang terkait

Pengaruh Suhu Reaksi Dan Jumlah Katalis Pada Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Lemak Sapi Dengan Menggunakan Katalis Heterogen CaO Dari Limbah Kulit Telur Ayam

1 10 91

Pembuatan Biodiesel dari Treated Waste Cooking Oil (TWCO) dengan Katalis Zeolit Alam dan CaO yang Berasal dari Cangkang Telur Ayam: Pengaruh Rasio Molar Reaktan, Waktu Reaksi, dan Perbandingan Komposisi Katalis

0 13 83

Pengaruh Suhu Reaksi Dan Jumlah Katalis Pada Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Lemak Sapi Dengan Menggunakan Katalis Heterogen CaO Dari Limbah Kulit Telur Ayam

0 0 20

Pengaruh Suhu Reaksi Dan Jumlah Katalis Pada Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Lemak Sapi Dengan Menggunakan Katalis Heterogen CaO Dari Limbah Kulit Telur Ayam

0 0 6

Pembuatan Biodiesel dari Treated Waste Cooking Oil (TWCO) dengan Katalis Zeolit Alam dan CaO yang Berasal dari Cangkang Telur Ayam: Pengaruh Berat Katalis dan Suhu Reaksi

0 0 20

Pembuatan Biodiesel dari Treated Waste Cooking Oil (TWCO) dengan Katalis Zeolit Alam dan CaO yang Berasal dari Cangkang Telur Ayam: Pengaruh Berat Katalis dan Suhu Reaksi

0 0 2

Pembuatan Biodiesel dari Treated Waste Cooking Oil (TWCO) dengan Katalis Zeolit Alam dan CaO yang Berasal dari Cangkang Telur Ayam: Pengaruh Berat Katalis dan Suhu Reaksi

0 0 7

Pembuatan Biodiesel dari Treated Waste Cooking Oil (TWCO) dengan Katalis Zeolit Alam dan CaO yang Berasal dari Cangkang Telur Ayam: Pengaruh Berat Katalis dan Suhu Reaksi

0 0 13

Pembuatan Biodiesel dari Treated Waste Cooking Oil (TWCO) dengan Katalis Zeolit Alam dan CaO yang Berasal dari Cangkang Telur Ayam: Pengaruh Berat Katalis dan Suhu Reaksi

0 1 8

Pembuatan Biodiesel dari Treated Waste Cooking Oil (TWCO) dengan Katalis Zeolit Alam dan CaO yang Berasal dari Cangkang Telur Ayam: Pengaruh Berat Katalis dan Suhu Reaksi

0 0 16