14 digunakan. Menurut Kheang [45] adsorben yang terbaik adalah silica gel, namun
harganya relatif mahal. Sedangkan, karbon aktif terletak di urutan kedua, dimana terjadi penurunan kadar FFA dari 1,3 menjadi 0,5 dan lebih mudah
diperoleh secara komersil. Pada pemurnian biodiesel, karbon aktif dapat diregenerasi dan digunakan kembali untuk fungsi pemurnian, dan hasilnya lebih
baik dibandingkan penggunaan silica gel yang diregenerasi dan digunakan kembali [49].
2.3.2 Transesterifikasi
Ragam metode untuk menghasilkan biodiesel dari berbagai jenis bahan baku telah dikembangkan. Metode ini diklasifikasikan atas penggunaanpencampuran
minyak secara langsung dengan bahan bakar diesel, pirolisis, mikro-emulsi, dan transesterifikasi. Metode yang paling sering digunakan dalam menghasilkan
biodiesel adalah reaksi transesterifikasi minyak nabati dengan alkohol rantai pendek, biasanya menggunakan metanol [7]. Berikut ini merupakan skema reaksi
transesterifikasi katalitik dari minyak nabati:
Gambar 2.2 Skema Reaksi Transesterifikasi dengan Menggunakan Metanol [7] Transesterifikasi juga dikenal sebagai reaksi alkoholisis, dimana terjadi
penggantian alkohol suatu ester oleh alkohol yang lain, proses ini mirip dengan hidrolisis, perbedaannya terletak pada molekul yang terlibat pada hidrolisis adalah
molekul air, bukan molekul alkohol. Reaksi transesterifikasi awalnya merupakan metode yang digunakan untuk membentuk gliserin dalam pembuatan sabun.
Produk samping dari proses tersebut adalah mono-alkil ester yang merupakan konstituen biodiesel [51]. Tahapan reaksi transesterifikasi adalah sebagai berikut:
Triglycerides Methanol
Catalyst
Methyl Esters Glycerol
Universitas Sumatera Utara
15 Gambar 2.3 Tahapan Reaksi Transesterifikasi [50]
Ketidaklarutan lemak minyak terhadap alkohol berpengaruh pada konversi yang rendah dari trigliserida menjadi produk biodiesel. Sehingga, untuk
meningkatkan laju reaksi dan mencapai rendemen yang lebih baik, digunakan katalis pada reaksi. Pada metode konvensional, biasanya digunakan katalis
homogen seperti katalis basa NaOH, KOH, CH
3
ONA, CH
3
OK, dan lain – lain
serta katalis asam asam sulfat, asam klorida, asam fosfat, dan lain – lain dalam
pembuatan biodiesel. Untuk pembuatan biodiesel secara komersial, banyak menggunakan katalis basa [7].
Reaksi transesterifikasi dengan menggunakan katalis homogen yang bersifat basa memiliki keuntungan, yaitu laju reksi yang sangat cepat 4000 kali lebih
cepat daripada transesterifikasi dengan katalis asam, reaksi dalam fasa cair dan membutuhkan konsumsi energi yang lebih sedikit, dan katalisnya mudah
diperoleh dengan biaya yang murah. Namun, reaksi ini sensitif terhadap kandungan asam lemak bebas pada minyak [50]. Jika kadar asam lemak bebas
pada minyak lebih besar daripada 0,5, maka akan terjadi saponifikasi yang mengganggu proses pemisahan ester dan gliserin [2]. Pembentukan sabun yang
berlebihan akan menurunkan konversi dan rendemen, sehingga membutuhkan air dalam jumlah yang besar untuk pemurnian produk [50].
Triglycerides Methanol
Catalyst
Methyl Esters Diglyceride
Diglyceride Monoglyceride
Monoglyceride Glycerol
Methyl Esters
Methyl Esters Methanol
Methanol Catalyst
Catalyst
Universitas Sumatera Utara
16
2.3.3 Pemurnian Biodiesel