BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Desain kerja membahas tentang aspek teknis dan aspek sosial dari pekerjaan. Aspek teknis mengacu kepada proses, yaitu berupa kumpulan tugas
yang harus dilakukan dan memiliki sarana berupa teknologi, prosedur, dan peralatan. Aspek sosial mengacu pada pekerjanya, yaitu berhubungan dengan
kemampuan dan sikap serta jabatan yang menentukan peran dan tanggung jawab mereka. Kolodny, 1985.
Selain itu, desain kerja menggambarkan bagaimana pekerjaan, tugas, dan peran yang terstruktur ditetapkan dan dimodifikasi, serta dampaknya pada
individu, kelompok, dan hasil organisasi. Pekerjaan dapat didesain ulang oleh organisasi atau para pekerja untuk mengubah struktur dan isi dari pekerjaan
dengan tujuan meningkatkan outcomes seperti motivasi karyawan, kinerja, dan kesejahteraan. Adam M. Grant, 2009.
Tujuan dari desain kerja yang baik adalah untuk meningkatkan produktivitas dan profit perusahaan. Manfaat dari desain kerja yang baik adalah dapat
menurunkan potensi bahaya bagi para pekerja yaitu mulai dari cedera, penyakit, sampai kematian. Selain itu dapat meningkatkan inovasi, kualitas dan efisiensi
melalui efektivitas dan continuous improvement. Kerugian apabila tidak memperhatikan desain kerja adalah perusahaan harus mengeluarkan uang
tunjangan kesehatan untuk pekerja yang mengalami bahaya cedera, penyakit, dan
Universitas Sumatera Utara
kematian, proses produksi menjadi lebih lama dan perusahaan bisa saja tidak dapat memenuhi pesanan dengan tepat waktu.
Gambaran umum untuk perbaikan desain kerja sendiri meliputi beberapa aspek yang harus diperbaiki seperti metode kerja yang berhubungan dengan mesin
dan peralatan, kondisi lingkungan kerja fisik, layout, metode kerja, kebijakan organisasi, dan pekerja.
PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat adalah industri yang bergerak dalam produksi karet khususnya RSS Ribbed Smoke Sheet. Proses
produksi RSS meliputi pengenceran lateks, penggumpalan campuran lateks, penggilingan koagulan, pengasapan lembaran-lembaran koagulan yang telah
digiling, kemudian dilakukan sortasi sesuai kualitas RSS yang telah jadi dan dilakukan pengepakan
. Berdasarkan hasil pengamatan awal diketahui bahwa terdapat stasiun kerja
yang memiliki aspek-aspek desain kerja yang perlu diperbaiki, seperti mesin guthrie sheeter yang sering mengalami breakdown atau rusak 43 kali di tahun
2016, dengan downtime 98 jam, peralatan yang berserakan, suhu ruangan yang panas 34
° C-35
° C di semua stasiun kerja dan bau, kurangnya kesadaran pekerja
dalam mematuhi aturan yang dibuat perusahaan, serta terdapat 4 kasus keterlambatan pengiriman RSS di tahun 2016. Setelah dilakukan analisis terhadap
permasalahan diatas, dipilihlah pendekatan ergonomi makro sebagai penyelesaian yang paling tepat untuk semua permasalahan tersebut.
Penelitian tentang sistem kerja pernah dilakukan oleh Stephanie Mayang di Jurusan Teknik Industri UNTIRTA yang bertujuan untuk mengevaluasi hasil
Universitas Sumatera Utara
tracer study dengan pendekatan ergonomi makro. Dalam mendisain beberapa sosioteknikal sistem dalam kaitannya dengan “manusia-organisasi” dan
“teknologi” maka dibutuhkan suatu pendekatan khusus yaitu ergonomi makro. Sosioteknikal sistem dalam pengembangan organisasi adalah suatu pendekatan
untuk desain kerja organisasi yang kompleks yang mengakui interaksi antara manusia dan teknologi di tempat kerja. Menurut Hendrick dan Kleiner 2002,
ergonomi makro merupakan suatu pendekatan sosioteknik dari tingkat atas ke bawah yang diterapkan pada perancangan sistem kerja secara keseluruhan pada
berbagai level interaksi ergonomi mikro seperti manusia-pekerjaan, manusia- mesin dan manusia-perangkat lunak dengan tujuan mengoptimalkan desain sistem
kerja dan memastikan sistem kerja tersebut berjalan dengan harmonis. Ergonomi makro berperan dalam mendesain beberapa sosioteknikal sistem dalam kaitannya
dengan manusia-organisasi” dan “teknologi”. Stephanie Mayang, 2013 Penelitian lain tentang perbaikan desain kerja pernah dilakukan oleh Imam
Fadhilah Mukti di perusahaan manufaktur pembuatan spare part dan perakitan mesin screw press dan digester yang digunakan pada pabrik kelapa sawit. Pada
proses pembuatan produk tersebut telah terjadi paparan panas di lantai produksi dan mengakibatkan ketidaknyamanan operator dalam bekerja. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Pada metode kualitatif digunakan kuesioner sensasi termal dan efek paparan panas terhadap kinerja operator.
Sedangkan pada metode kuantitatif, kondisi fisik termal seperti temperatur, kelembaban, dan kecepatan angin diukur menggunakan instrumen pengukuran.
Hasil pengukuran temperatur menunjukkan bahwa lingkungan kerja operator
Universitas Sumatera Utara
terpapar panas dengan nilai HSI sebesar 92,4. Desain perbaikan paparan panas dilakukan dengan penggunaan turbin ventilator sebanyak 5 unit. Imam Fadhilah
Mukti, 2013 Dalam penelitian ini akan dilakukan perbaikan desain kerja pada PT.
Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut maka akan dilakukan perbaikan dengan pendekatan
ergonomi makro.
1.2. Rumusan Masalah