Tinjauan Pustaka .1 Auditing Bagi Praktisi

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Auditing Menurut Arens 2008 definisi auditing adalah “proses pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai suatu informasi untuk menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriterianya, auditing hendaknya dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen”. Sekalipun auditor seorang ahli, tetapi apabila dia tidak mempunyai sikap independen dalam pengumpulan informasi, maka informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan dianggap bias. Tujuan audit adalah hasil yang hendak dicapai dari suatu audit. Tujuan audit mempengaruhi jenis audit yang dilakukan. Secara umum audit dilakukan untuk menentukan apakah informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, risiko yang dihadapi telah diidentifikasi, peraturan ekstern dan kebijakan intern telah dipatuhi, kriteria operasi telah tercapai, serta sumber daya telah digunakan secara efisien dan diperoleh secara ekonomis. Auditing merupakan jasa atestasi yang diberikan oleh seorang akuntan publik yang independen. Atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam semua hal yang material, dengan Universitas Sumatera Utara 12 kriteria yang telah ditetapkan. Jasa Audit mencakup pemrolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas tersebut. Berdasarkan audit yang dilaksanakan terhadap laporan keuangan historis suatu entitas, auditor menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha entitas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum Mulyadi, 2002. Auditing merupakan jasa yang diberikan oleh orang yang independen untuk memberikan keyakinan yang memadai kepada pengguna jasa dengan memberikan opini atas laporan keuangan historis yang mendasar melalui bukti – bukti yang diperoleh dan dinilai. Jasa audit merupakan jasa yang penting sehingga kaulitas audit yang tinggi diperlukan agar opini yang dikeluarkan auditor bisa memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar.

2.1.2 Kualitas Audit

De Angelo 1981 dalam Sinaga dan Ghazali 2012 mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien. Temuan pelanggaran mengukur kualitas audit berkaitan dengan pengetahuan dan keahlian auditor, sedangkan pelaporan pelanggaran tergantung kepada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran Universitas Sumatera Utara 13 tersebut. Dorongan ini akan tergantung pada independensi yang dimiliki auditor tersebut. Berikut ini pernyataan Harom 2012 dalam sinaga dan Ghazali 2012. Istilah kualitas audit dapat memiliki makna yang berbeda tergantung dari sudut pandang penerima atau pemberi jasa audit. Entitas pemilik maupun pihak pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas audit terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji material atau kecurangan fraud dalam laporan keuangan auditan. Sedangkan para auditor memandang kualitas audit terjadi apabila mereka berkerja sesuai standar profesional yang ada, dapat menilai resiko bisnis audit dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko litigasi dan meghindari kajatuhan reputasi auditor. Menurut Rosnidah 2011 dalam Wulandari, dkk 2014 kualitas audit adalah pelaksanaan audit yang dilakukan sesuai dengan standar sehingga mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan klien. Kualitas audit menurut Standar Profesional Akuntan Publik SPAP menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Kualitas audit ini penting karena dengan kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Selain itu adanya kekhawatiran akan merebaknya skandal keuangan, dapat mengikis kepercayaan publik terhadap laporan keuangan auditan dan profesi akuntan publik. Milgroom and Roberts 1992 dalam Chen et all 2013 Universitas Sumatera Utara 14 menyatakan bahwa hal khusus yang paling penting dalam rekanan adalah kemampuan dan pengetahuan dari para auditor. Sumber daya manusia Kantor Akuntan Publik diwujudkan dalam keahlian dan pengalaman auditor dan merupakan hal penting dalam menentukan kualitas audit. Dari pendapat para peneliti diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit adalah pelaksanaan audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik SPAP dan Standar Auditing SA sehingga menemukan dan melaporkan pelanggaran yang terjadi pada sistem informasi akuntansi klien.

2.1.3 Peer Review

Peer review adalah telaah terhadap Kantor Akuntan Publik KAP yang dilakukan oleh rekan KAP lainnya yang ditunjuk oleh organisasi profesi akuntan publik di Indonesia yaitu IAPI. Menurut SPM no. 1 IAPI paragraf 12 poin d menyatakan bahwa peer review adalah suatu proses yang dirancang untuk memberikan evaluasi yang objektif pada atau sebelum tanggal laporan perikatan, atas pertimbangan signifikan yang dibuat oleh tim perikatan dan kesimpulan yang dihasilkan dalam menyusun laporannya. Proses penelaahan pengendalian mutu perikatan berlaku bagi audit atas laporan keuangan Emiten dan perikatan lain, jika ada, yang berdasarkan pertimbangan KAP mengharuskan dilakukannya penelaahan pegendalian mutu pekerjaan. Di Indonesia, penelaahan atau Peer Review telah diatur dalam Pasal 44 ayat 1 d UU Akuntan Publik No 5 Tahun 2011 dan Pasal 51 Universitas Sumatera Utara 15 Anggaran Rumah Tangga ART IAPI Tahun 2013. Ada beberapa alasan mengapa review mutu harus dilakukan yaitu : 1. Public interest dan public trust. 2. Standar profesi Standar Profesional Akuntan Publik, Kode Etik Profesi Akuntan Publik 3. Hakekat asosiasi profesi UU AP dan persyaratan IFAC Casterella et al 2009 menyatakan bahwa agar peer review berdampak pada kualitas audit, peer review harus mengidentifikasi secara efektif kelemahan – kelemahan dalam KAP dan mengkomunikasikan informasi ini dalam laporan. Tanpa ini, tindakan koreksi tidak bisa dibuat dan tekanan pasar terkait tidak bisa ditanggung. Anantharaman 2007 “menyatakan bahwa Peer Review mengarah pada pengujian sistem pengendalian mutu dengan menguji sebuah sampel dari perikatan audit dan akuntansi KAP”. Sepp 1983 dalam Anantharaman 2007 mengatakan bahwa review terutama berorientasi pada sistem, yaitu sistem pengendalian mutu, dokumentasi, dan prosedur KAP yang direview Dari uraian mengenai peer review dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa peer review sangat penting untuk menjaga kualitas audit dari KAP. Peer review merupakan telaah terhadap standar mutu pengendalian KAP serta kepatuhan auditor dan KAP terhadap Universitas Sumatera Utara 16 prinsip – prinsip dan peraturan yang berlaku yang dilakukan oleh rekan KAP lainnya.

2.1.4 Audit Tenure

Audit Tenure adalah masa perikatan KAP dalam memberikan jasa audit dengan auditee-nya. Masa perikatan yang terjalin antara KAP dengan auditee dibatasi oleh peraturan kementrian keuangan. Masa perikatan yang terlalu lama antara KAP dengan auditee bisa menimbulkan adanya hubungan yang lebih dekat antara auditor dengan klien. Hal ini dapat menyebabkan auditor yang tidak independen sehingga auditor tersebut tidak mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi pada perusahaan auditee. Sebuah Kebijakan rotasi penugasan partner audit kepada klien menjadi suatu hal yang mempengaruhi peningkatan kualitas audit dan juga peningkatan kualitas terhadap tujuan umum laporan keuangan. Dasar dari adanya kebijakan rotasi KAP adalah bahwa adanya penurunan dalam kualitas audit yang melebihi masa perikatan dengan KAP. Sebagaimana sebuah kebijakan menganggap bahwa kualitas audit cukup tinggi diperoleh bertahun – tahun hingga direkomendasikannya rotasi. Hal ini menyimpulkan bahwa setelah masa tenure yang panjang, hubungan yang berlanjut bisa mempengaruhi waktu dan indpendensi auditor yang bisa mengikis kemampuan auditor dalam penilaian kritis Carey and Simnett, 2006. Universitas Sumatera Utara 17 Berlawanan dengan rotasi penugasan auditor, Johnson et al 2002 dalam Kramer et al 2011 menemukan bahwa tenure KAP yang pendek 2-3 tahun dibandingkan dengan masa tenure KAP menengah 4-8 tahun memiliki kualitas laporan audit yang lebih rendah. Imhoff 2003 dalam Kramer et al 2011 menyatakan bahwa rotasi penugasan KAP akan mengurangi kecenderungan dari auditor untuk tidak melaporkan isu – isu khusus, karena KAP lainnya akan segera mengambil alih audit dan menemukan kelalaian dari audit yang dilakukan KAP sebelumnya. Di Indonesia, masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan klien sudah diatur pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Pasal 3 No. 17PMK.012008 tentang Jasa Akuntan Publik menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 huruf a dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut. Berikut ini pernyataan Pertiwi 2012 dalam Wulandari, dkk 2014. Penugasan audit yang terlalu lama kemungkinan dapat mendorong akuntan publik kehilangan independensinya karena akuntan publik tersebut merasa puas, kurang inovasi, dan kurang ketat dalam melaksanakan prosedur audit. Sebaliknya, penugasan audit yang lama kemungkinan dapat pula meningkatkan independensi karena akuntan publik sudah familiar, pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien dan lebih tahan terhadap tekanan klien Berikut ini pernyataan dalam penelitian Flint 1988 dalam Nasser et al. 2006 dalam Sinaga dan Ghazali 2013. Universitas Sumatera Utara 18 Independensi akan hilang jika auditor terlibat dalam hubungan pribadi dengan klien, karena hal ini dapat mempengaruhi sikap mental dan opini mereka. Salah satu ancaman yang berpengaruh adalah audit tenure yang panjang. Dia berpendapat bahwa audit tenure yang panjang dapat menyebabkan auditor untuk mengembangkan “hubungan yang lebih nyaman” serta kesetiaan yang kuat atau hubungan emosional dengan klien mereka, yang dapat mencapai tahap dimana independensi auditor terancam.

2.1.5 Ukuran KAP

Kantor Akuntan Publik KAP adalah sebuah organisasi jasa profesional yang memberikan jasa ke perusahaan – perusahaan dengan profesional auditornya. Menurut Wibowo dkk. dalam penelitian Hamid 2013 yang berjudul “Pengaruh Tenur dan Ukuran KAP terhadap Kualitas Audit” ada empat penentu ukuran KAP, yaitu: 1. Besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP, 2. Banyaknya ragam jasa yang ditawarkan, 3. Luasnya cakupan geografis, termasuk afiliasi internasional, dan 4. Banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP. Secara praktik, semakin besar perusahaan, semakin komplek struktur organisasi, semakin tinggi internal agency cost. Oleh karena itu, perusahaan meminta KAP yang lebih besar untuk mengaudit laporan keuangan mereka untuk mengurangi agency cost Simunic and Stein, 1996;Francis et al., 1999 dalam Chen et al 2013. KAP yang lebih besar mempunyai dorongan untuk menawarkan kualitas jasa audit yang lebih tinggi kepada sejumlah klien khusus DeAngelo, 1981. Universitas Sumatera Utara 19 Dalam penelitian tentang hubungan ukuran kantor audit dengan kualitas audit dan audit pricing, Choi et al. 2010 menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara ukuran perusahaan audit KAP terhadap kualitas audit. Hasil analisis mereka mendukung pandangan yang menyatakan bahwa kantor audit yang lebih besar menyediakan audit yang lebih berkualitas dibandingkan dengan kantor audit yang berukuran kecil. Berikut ini pernyataan hasil penelitian Dong yu 2007 dalam Sinaga dan Ghazali 2012. Terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan audit KAP dengan kualitas audit. Dia berpendapat bahwa kantor akuntan yang besar secara sistematis pasti akan menghasilkan audit yang berkualitas lebih tinggi. Dia mendasarkan penelitiannya atas dua argumen yang dibuatnya berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya. Pertama, auditor yang berkerja di perusahaan yang lebih besar memiliki pengalaman pertemuan yang lebih banyak dengan klien yang berbeda - beda, dan membuat mereka memiliki pengalaman yang kolektif sehingga mereka mampu untuk menyediakan audit yang lebih berkualitas. Kedua, ketergantungan ekonomi dapat mengancam objektivitas dan independensi auditor. Dong Yu 2007 menghubungkan ukuran KAP ke penghasilan, yang mana di dalamnya termasuk kualitas akrual dan penghasilan yang dibandingkan dengan perilaku, dan opini going concern. Peneliti menemukan bahwa klien yang diaudit KAP besar cenderung mempunyai lower accruals yang tidak normal, dan kemungkinan besar menemukan target penghasilan benchmark dari laba kecil dan penghasilan kecil yang meningkat. Peneliti juga menemukan bahwa kap yang besar kemungkinan Universitas Sumatera Utara 20 besar menerbitkan laporan going concern. Bersamaan dengan itu, hasil menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan dalam kualitas audit dari perbedaan ukuran KAP, dengan KAP yang lebih besar memberikan kualitas audit yang lebih tinggi. 2.1.6 Kompetensi Auditor Menurut Novrizah 2010 Kompetensi merupakan suatu karakteristik dan keterampilan individu yang mencerminkan kemampuan potensialnya dalam melakukan suatu pekerjaan superior. Karakteristik dan keterampilan individu dapat dimiliki sebagai hasil dari menempuh jalur pendidikan formal maupun non formal, serta ujian sertifikasi, maupun keikutsertaan dalam seminar, pelatihan, lokakarya dan lain – lain. Standar umum pertama SA seksi 210 dalam SPAP, 2015 menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga SA seksi 230 dalam SPAP, 2015 menyebutkan bahwa auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama dalam pelaksanaan audit terhadap laporan keuangan kliennya. Oleh karena itu, maka setiap auditor wajib memiliki dan memelihara kemahiran profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor. Berikut ini pernyataan mengenai komptensi auditor dalam prinsip etika profesi Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik IAI – KAP. Universitas Sumatera Utara 21 Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi dua fase yang terpisah, yaitu pencapaian kompetensi profesional dan pemeliharaan Kompetensi Profesional. Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subyek – subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembanngan normal bagi anggota. Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan melakukan peningkatan profesional secara berkesinambungan selama kehidupan profesional anggota. Kekuatan sumber daya manusia pada kualitas audit di KAP berpengaruh signifikan berbeda dengan KAP lainnya Chen et al , 2009. DeAngelo 1981 Francis and Wilson 1988 and Defond 1922 dalam Chen et al 2013, meyakini bahwa kualitas auditor akan meningkat dengan pendidikan, pengalaman dan pelatihan dalam KAP. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang auditor untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan.

2.2 Penelitian Terdahulu