Kerangka Konseptual Bagi Praktisi

26 besar kemungkinan besar menerbitkan laporan going concern. Bersamaan dengan itu, hasil menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan dalam kualitas audit dari perbedaan ukuran KAP, dengan KAP yang lebih besar memberikan kualitas audit yang lebih tinggi. Septriani 2012 meneliti kompetensi auditor dengan menggunnakan subvariabel pengetahuan auditor sebagai proxy untuk mengukur pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit pada KAP di Sumatera Barat. Penelitiannya menyimpulkan bahwa kompetensi auditor berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Indah 2010 yang meneliti pengaruh kompetensi dan independensi terhadapa kualitas audit pada KAP di Semarang. Penelitian ini menyimpulkan hasil yang sama dengan septriani 2012 bahwa kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Perbedaan dari dua penelitian tersebut terletak pada subvariable yang menjadi proxynya. Pada penelitian Septriani 2012 hanya menggunakan proxy pengetahuan sedangkan Indah 2010 menambahkan proxy pengalaman untuk mengukur pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit.

2.3 Kerangka Konseptual

Menurut Erlina 2011, Kerangka Konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor – faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel – variabel penelitian, yaitu antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam peneliian ini, variabel Universitas Sumatera Utara 27 independennnya adalah peer review, audit tenure, ukuran KAP,dan Kompetensi auditor sedangkan variabel dependen adalah kualitas audit memberikan gambran konseptual seperti dibawah ini. Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa penelitian ini menggunakan kualitas audit sebagai variabel dependen Y dan peer review X 1 , audit tenure X 2 , ukuran KAP X 3 , pengetahuan X 4 serta pengalaman auditor X 5 sebagai variabel independen X. Penjelasan dari kerangka tersebut adalah sebagai berikut. 2.3.1 Hubungan Peer Review Terhadap kualitas audit Tujuan utama dari peer review adalah untuk memberikan keyakinan memadai kepada khalayak umum atau publik bahwa KAP yang mengaudit auditee mempunyai sistem pengendalian mutu yang efektif. Peer Review mengarah pada pengujian sistem pengendalian mutu dengan Audit Tenure X 2 Peer Review X 1 Ukuran KAP X 3 Kualitas Audit Y Kompetensi Auditor Pengetahuan X 4 Pengalaman X 5 Universitas Sumatera Utara 28 menguji sebuah sampel dari perikatan audit dan akuntansi KAP Anantharaman , 2007. Hillary and Lennox 2005 dalam Anantharaman 2007 menyimpulkan bahwa opini peer review dapat diterima sebagai indikator terpercaya kualitas KAP dalam pasar auditing, dengan menunjukkan bahwa KAP memperoleh kontrak dari klien setelah menerima laporan peer review positif dan kehilangan klien setelah menerima laporan peer review negatif. Oleh karena itu, peer review merupakan indikator objektif terhadap kualitas audit dan sebab itu menjadi informasi yang berguna. Peer Review membantu memenuhi standar pengendalian mutu KAP, yang selanjutnya menguntungkan profesi melalui peningkatan kinerja praktisi dan peningkatan kualitas audit. Peer review akan meningkatkan efektifitas dan reputasi KAP dan memperkecil resiko litigasi jika peer review tersebut dapat meningkatkan praktik dan mutu KAP. KAP yang memperoleh laporan peer review yang baik mengindikasikan bahwa KAP tersebut telah melaksanakan pengendalian mutu terhadap perikatan. Standar mutu yang dilaksanakan akan meningkatkan kualitas audit terhadap laporan keuangan klien. Berdasarkan hal tersebut, semakin sering suatu KAP direview maka semakin tinggi kualitas audit dari suatu KAP. Universitas Sumatera Utara 29

2.3.2 Hubungan Audit Tenure Terhadap Kualitas Audit

Masa perikatan KAP dengan Klien dibatasi oleh Peraturan Menteri Keuangan selama 5 tahun, sedangkan untuk auditor selama 3 tahun. Pembatasan hubungan perikatan tersebut untuk mencegah hilangnya independensi auditor ketika melaksanakan tugas audit. Jika independensi auditor hilang maka kualitas audit pun buruk karena opini audit yang dikeluarkan oleh auditor merupakan pengaruh dari pihak manajemen sehingga menghasilkan informasi yang bias akan laporan keuangan klien yang diaudit. Al-Thuneibat et al 2011 dalam Sinaga dan Ghazali 2012 berpendapat bahwa hubungan yang lama antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit. Setelah beberapa tahun, rasa kekeluargaan yang berlebihan dapat berakibat pada berkurangnya kualitas laporan keuangan. Berdasarkan pendapat peneliti diatas bahwa semakin lama masa perikatan akuntan publik dengan kliennya maka semakin rendah kualitas audit dari suatu KAP.

2.3.3. Hubungan Ukuran KAP Terhadap Kualitas Audit

KAP yang lebih besar memiliki struktur organisasi yang kompleks serta terdapat pembagian tugas yang terstruktur. KAP yang lebih besar juga cenderung mengaudit perusahaan besar yang berskala multinasional Universitas Sumatera Utara 30 sehingga menuntut KAP besar untuk membuat standar tinggi untuk mutu dan kompetensi dari auditornya. Semakin besar sebuah KAP maka KAP tersebut akan lebih sedikit memberikan opini going concern. Kecenderungan KAP yang berafiliasi dengan Big 4 memberikan opini going concern lebih kecil dibandingkan dengan KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4 Sinaga dan Ghazali, 2012. De Angelo 1981 dalam Sinaga dan Ghazali 2012 menganalisis bahwa KAP besar dengan jumlah klien yang besar membuat mereka memberikan kualitas audit yang lebih tinggi agar menjaga kontrak dengan klien mereka. Sebaliknya, KAP yang lebih kecil dengan klien yang lebih sedikit cenderung menjadi lemah dan membuat laporan yang baik untuk mempertahankan klien. KAP yang besar mempunyai kemampuan untuk menawarkan pelayanan kualitas audit dengan tingkat yang lebih tinggi kepada sejumlah klien. KAP besar identik dengan KAP bereputasi tinggi. Hasil penelitian menunjukkan ukuran perusahaan mempengaruhi kualitas audit. Ukuran KAP yang besar menjelaskan kemampuan auditor untuk bersikap independen dan profesional terhadap klien, sebab kurang tergantung pada klien berharga. Klien kurang dapat mempengaruhi opini yang akan diberikan oleh auditor Efraim Giri, 2010. Berdasarkan beberapa pendapat diatas menjelaskan hubungan ukuran KAP dengan kualitas audit yaitu semakin besar ukuran suatu KAP maka semakin tinggi kualitas audit. Universitas Sumatera Utara 31

2.3.4 Hubungan Pengetahuan Auditor Terhadap Kualitas Audit

Auditor dalam melaksanakan audit harus menggunakan kompetensi yang dimilikinya. Kompetensi tersebut diperoleh melalui pendidikan yang akan membentuk pengetahuan auditor dan harus dipelihara melalui pelatihan – pelatihan auditor. Auditor harus mempunyai pengetahuan yang baik di bidang akuntansi, auditing, sistem, analisis dan pengetahuan yang berkaitan dengan bisnis klien. Auditor yang memilki pengetahuan yang tinggi cenderung lebih cepat memahami lingkungan bisnis klien. Auditor yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pandangan yang lebih luas mengenai berbagai hal. Auditor akan semakin mempunyai banyak pengetahuan mengenai bidang yang digelutinya, sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam selain itu dengan ilmu pengetahuan yang cukup luas, auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks. Analisis audit yang kompleks membutuhkan spektrum yang luas mengenai keahlian, pengetahuan dan pengalaman Meinhard et al, 1987 dalam Harhinto 2004 dalam Indah 2010. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa pengetahuan dengan kualitas audit memiliki hubungan positif yaitu semakin tinggi tingkat pengetahuan auditor maka semakin tinggi kualitas auditnya. 2.3.5 Hubungan Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit Selain pengetahuan, pengalaman juga mempengaruhi kompetensi auditor dalam melaksanakan audit. Auditor yang berpengalaman Universitas Sumatera Utara 32 mempunyai pemahaman yang baik atas laporan keuangan. Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki audit akan memudahkan audit dalam menemukan kesalahan - kesalahan dalam laporan keuangan dan memudahkan auditor untuk memberikan penjelasan, penyesuaian, rekomendasi serta menentukan opini. Auditor yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang tinggi dengan mudah memecahkan masalah kompleks yang ditemui dalam proses audit. Hal ini dikarenakan, auditor tersebut sudah sering menghadapi masalah yang hampir sama atau sama kompleksnya selama menjadi auditor. Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang yang pernah ditangani Suraida, 2005 dalam septriani 2012 . Libby dan Frederick 1990 dalam Suraida 2005, dalam septriani 2012 menemukan bahwa semakin banyak pengalamannya, auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Abdolmohammadi dan Wright 1987 dalam Indah 2010 yang menyatakan bahwa pengalaman mungkin penting bagi keputusan yang kompleks tetapi tidak untuk keputusan yang sifatnya rutin dan tersturktur. Universitas Sumatera Utara 33 Pengaruh pengalaman akan, signifikan ketika tugas yang dilakukan semakin kompleks. Pengalaman membuat auditor memiki pengetahuan yang lebih luas yang tidak didapatkan secara pendidikan formal maupun pelatihan namun langsung praktik lapangan sehingga auditor yang memiliki pengalaman lebih mudah dalam memecahkan masalah yang kompleks di dalam proses pelaksanaan audit. Pernyataan – pernyataan diatas menyatakan hubungan positif antara pengalaman auditor dengan kualitas audit dimana semakin tinggi pengalaman auditor maka semakin tinggi kualitas audit.

2.4 Hipotesis Penelitian