Latar Belakang Bagi Praktisi

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia mengharuskan manajemen perusahaan yang go public memberikan informasi yang memadai kepada pihak pemakai laporan keuangan. Informasi yang meyakinkan dan memadai penting bagi pemakai laporan keuangan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan sehingga pengauditan perlu dilakukan oleh akuntan publik. Akuntan publik melakukan audit terhadap perusahaan untuk memeriksa bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan telah disajikan secara wajar sehingga laporan keuangan tersebut memberikan keyakinan yang memadai. Pentingnya kualitas informasi yang disajikan dalam laporan keuangan mengharuskan akuntan publik memberikan jasa audit dengan kualitas audit yang tinggi terhadap perusahaan – perusahaan yang diaudit. Rosnidah 2011 dalam Wulandari, dkk 2014 mendefinisikan bahwa kualitas audit adalah pelaksanaan audit yang dilakukan sesuai dengan standar sehingga mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan klien. Kualitas audit menurut Standar Profesional Akuntan Publik SPAP menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Harom 2012 dalam Sinaga dan Ghazali 2012 menyatakan bahwa para auditor memandang kualitas audit terjadi apabila mereka berkerja sesuai standar Universitas Sumatera Utara 2 profesional yang ada, dapat menilai resiko bisnis audit dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko litigasi dan meghindari kajatuhan reputasi auditor Harom, 2012 dalam sinaga dan Ghazali 2012. Berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Profil Kantor Akuntan Publik KAP dan Akuntan Publik AP tahun 2013 dan 2014 bahwa pada tahun 2013 telah terjadi pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik SPAP yang dilakukan oleh 1 orang Akuntan Publik. Pada tahun 2014 terjadi peningkatan sebanyak 10 Akuntan Publik melakukan pelanggaran SPAP dalam melaksanakan audit dengan jumlah pelanggaran sebanyak 95 pelanggaran. Fenomena penurunan kualitas audit tersebut juga dikuatkan dari pernyataan Pakar audit forensik dari Universitas Indonesia UI, Theodorus M. Tuanakotta 2012 dalam Nugrahanti 2013, mengatakan akuntan publik mewaspadai audit failures yaitu seorang akuntan publik bisa saja memberikan pendapat atau opini yang keliru. Hal itu disebabkan karena KAP menerima klien dari industri yang tidak dikuasainya dan tidak ada upaya untuk memahami industri tersebut merupakan salah satu contoh dari benih-benih kegagalan audit, sehingga melemahkan kualitas audit. Ketua Umum IAPI. Tia Adityasih 2011 dalam Nugrahanti 2013, mengatakan pergantian KAP dimulai sejak 2002 dengan alasan untuk menjaga independensi dan kualitas audit, namum pergantian KAP tidak efektif. Dampaknya banyak KAP yang namanya berubah- ubah dengan mengganti partner untuk menjadikan entitas yang baru, dan ketika KAP itu benar-benar baru dalam mengaudit klien, sebenarnya menunjukkan sebuah kemunduran dari sebuah kualitas pekerjaan, menyebabkan kualitas audit menurun. Universitas Sumatera Utara 3 Data dan pernyataan tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan kualitas audit akhir – akhir ini sehingga mempengaruhi persepsi masyarakat, khususnya pemakai laporan keuangan atas kualitas audit bukan hanya pada KAP yang melakukan kesalahan namun seluruh KAP yang ada. Penurunan kualitas audit tersebut disebabkan turunnya independensi dari auditor dan kompetensi auditor. Banyak faktor yang menjadi dasar turunnya independensi sehingga menyebabkan kualitas audit menurun beberapa diantaranya peer review dan audit tenure. Untuk mencegah terjadinya kekurangan independensi dan meningkatkan praktik audit maka perlu dilakukannya peer review oleh sesama rekan auditor. Peer review tersebut menelaah pengendalian mutu Kantor Akuntan Publik serta ketaatan kantor akuntan publik terhadap peraturan – peraturan yang berlaku sehingga mengurangi resiko litigasi kantor akuntan publik. Tujuan dari peer review KAP adalah mengevaluasi keadaan kantor dan dampak terhadap kinerja anggota, Sistem administrasi, pemeliharaan arsip, SDM seperti rekruitmen, struktur organisasi dan sebagainya, Evaluasi atas pedoman pengendalian mutu dan daya terapannya, Penelaahan atas pedoman pengendalian atas ketaatan pada kewajiban kantor, antara lain peraturan keprofesian serta Jasa yang telah diatur dalam standar profesi Agoes, 2004. Anantharaman 2007 meneliti mengenai kefektifan dari peer review yang dilakukan organisasi profesi akuntan publik yaitu AICPA American Institute of Certified Public Accountant sebagai indikator objektif dari kualitas audit. Penelitian ini membandingkan peer review AICPA American Institute of Universitas Sumatera Utara 4 Certified Public Accountant dengan peer review PCAOB Public Company Accounting Oversight Board untuk mengetahui kefektifannya sebagai indikator objektif dari kualitas audit. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa peer review AICPA American Institute of Certified Public Accountant tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini dikarenakan KAP diziinkan untuk memilih reviewer yang akan memberikan konflik kepentingan, dan kurangnya independensi dimana KAP mungkin memilih reviewer yang “ramah”. KAP yang mana KAP itu sendiri mereview KAP lain cenderung secara konsistensi menerima opini peer review yang lebih rendah kualitas laporan peer review-nya daripada pemeriksaan yang dilakukan oleh PCAOB Public Company Accounting Oversight Board. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Casterella et al 2009 yang menyatakan bahwa peer review dibawah program AICPA American Institute of Certified Public Accountant yaitu voluntary peer review tidak efektif sebagai indikator objektif kualitas audit dibandingkan dengan mandatory peer review dibawah PCAOB Public Company Accounting Oversight Board. Mandatory peer review mempunyai tujuan berbeda, mempunyai independensi yang tinggi, bersifat universal, dan pengujian yang jauh lebih mendalam terhadap yang potensial. Berbanding terbalik dengan hasil penelitian wulandari, dkk. 2014 dan Indah 2010 yang menyatakan bahwa peer review berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Peer review sebagai mekanisme monitoring dipersiapkan oleh auditor dapat meningkatkan kualitas jasa akuntansi dan audit. Peer review Universitas Sumatera Utara 5 dirasakan memberikan manfaat baik bagi klien, Kantor Akuntan Publik yang di- review dan auditor yang terlibat dalam tim peer review. Manfaat yang diperoleh dari peer review yaitu mengurangi resiko litigation, memberikan pengalaman positif, mempertinggi moral pekerja, memberikan competitive edge dan lebih meyakinkan klien atas kualitas jasa yang diberikan. Hasil penelitian Hillary and Lennox 2005 dalam Anantharaman 2007 juga mendukung hasil penelitian Wulandari, dkk 2014 dan Indah 2010 bahwa opini peer review dapat diterima sebagai indikator terpercaya kualitas audit dalam pasar auditing, dengan menunjukkan bahwa KAP memperoleh kontrak dari klien setelah menerima laporan peer review positif dan kehilangan klien setelah menerima laporan peer review negatif. Oleh karena itu, peer review merupakan indikator objektif terhadap kualitas audit dan sebab itu menjadi informasi yang berguna. Milgrom and Roberts 1992 dalam Chen et al. 2013 juga menyatakan bahwa “sumber daya manusia kantor akuntan publik keahlian dan kemampuan auditor menjadi sebuah input bagi penentu kualitas audit”. S tandar umum auditing pertama yang menjadi syarat pengauditan juga mengharuskan audit dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang memadai. Indah 2010 menyatakan bahwa “meskipun independensi sangat penting auditor juga harus memiliki kompetensi yang memadai dalam melakukan audit dalam artian memiliki pengetahuankeahlian dan pengalaman memadai dalam bidang auditing dan akuntansi seperti yang diatur dalam standar umum auditing”. Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Indah 2010 , wulandari, dkk 2014, Universitas Sumatera Utara 6 Septriani 2012 dalam meneliti pengaruh kompetensi auditor juga menyatakan bahwa kompetensi auditor mempengaruhi kualitas jasa audit yang diberikan oleh auditor kepada auditee. Hasil penelitian tersebut menjadi tidak konsisten bila dibandingkan dengan hasil penelitian oleh Irawati 2011 yang menyatakan bahwa Kompetensi Auditor tidak berpengaruh terhadap Kualitas Audit. Auditor sebisa mungkin untuk tidak menunjukkan kurangnya pengetahuan dan pengalaman kerja kepada auditee karena akan mengurangi kepercayaan auditee terhadap kualitas jasa yang diberikan auditor. Seorang auditor yang memiliki kompetensi yang tinggi baik itu pengetahuan maupun pengalaman akan mampu menyelesaikan permasalahan – permasalahan kompleks yang mereka temui dalam pelaksanaan audit sehingga meningkatkan kualitas jasa audit. Seorang auditor yang memiliki kompetensi tinggi belum tentu bisa menghasilkan jasa audit dengan kualitas tinggi. Hal ini dikarenakan terdapat faktor independensi yang mempengaruhi kualitas audit. Auditor harus memiliki independensi sebagaimana telah diatur dalam Standar umum kedua menyebutkan bahwa “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor“ SA seksi 220 dalam SPAP, 2015. Sikap independensi yang dimaksud adalah dalam pelaksanaan audit auditor tidak dipengaruhi oleh kepentingan – kepentingan dari pihak klien ataupun hubungan dengan klien. De Angelo 1981 dalam Sinaga dan Ghazali 2012 mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien. Temuan pelanggaran Universitas Sumatera Utara 7 mengukur kualitas audit berkaitan dengan pengetahuan dan keahlian auditor, sedangkan pelaporan pelanggaran tergantung kepada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut. Dorongan ini akan tergantung pada independensi yang dimiliki auditor tersebut. Auditor diharuskan melaporkan segala temuan kesalahan yang dilakukan klien tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditor dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas laporan auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditor. Salah satu faktor yang mempengaruhi independensi tersebut adalah jangka waktu dimana auditor memberikan jasa kepada klien audit tenure. Dalam keputusan Menteri Keuangan No. 423KMK.022008 tentang jasa Akuntan Publik menyatakan bahwa masa kerja auditor yang paling lama 3 tahun untuk klien yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik KAP boleh sampai 5 tahun. Pembatasan ini dimaksudkan agar mencegah terjadinya skandal akuntansi. Johnson et al 2002 menemukan bahwa tenure KAP yang pendek 2-3 tahun dibandingkan dengan masa tenure KAP menengah 4-8 tahun memiliki kualitas laporan audit yang lebih rendah Kramer et al, 2013. Pada masa perikatan KAP yang pendek, auditor memerlukan waktu untuk memahami bisnis klien sehingga ada kemungkinan auditor tidak menemukan salah saji material, sedangkan masa perikatan menengah 4-8 tahun auditor akan memahami lingkungan bisnis klien dan sistem akuntansinya sehingga ada kemungkinan menemukan salah saji material. Semakin lama masa kerja dapat membuat auditor Universitas Sumatera Utara 8 menjadi terlalu nyaman dengan klien dan tidak menyesuaikan prosedur audit agar mencerminkan perubahan bisnis dan resiko yang terkait. Auditor menjadi kurang skeptis dan kurang waspada dalam hal mendapatkan bukti . Hasil penelitian Giri 2010 dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Tenur dan Reputasi KAP terhadap kualitas aduit menyatakan bahwa variabel tenur berpengaruh signifikan negatif terhadap kualitas audit, sedangkan penelitian Carey and Simnett 2006 menyatakan bahwa audit tenure berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit yang diukur dengan opini going concern dan earning management. Berikut ini hasil penelitian Dong yu 2007 dalam sinaga dan Ghazali 2012. Terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan audit KAP dengan kualitas audit. Dia berpendapat bahwa kantor akuntan yang besar secara sistematis pasti akan menghasilkan audit yang berkualitas lebih tinggi. Dia mendasarkan penelitiannya atas dua argumen yang dibuatnya berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya. Pertama, auditor yang berkerja di perusahaan yang lebih besar memiliki pengalaman pertemuan yang lebih banyak dengan klien yang berbeda - beda, dan membuat mereka memiliki pengalaman yang kolektif sehingga mereka mampu untuk menyediakan audit yang lebih berkualitas. Kedua, ketergantungan ekonomi dapat mengancam objektivitas dan independensi auditor. KAP yang lebih besar memiliki struktur organisasi yang kompleks serta terdapat pembagian tugas yang terstruktur. Selain itu, KAP yang lebih besar juga cenderung mengaudit perusahaan besar yang berskala multinasional sehingga menuntut KAP besar untuk membuat standar tinggi untuk mutu dan kompetensi dari auditornya. “KAP besar identik dengan KAP bereputasi tinggi. Hasil penelitian menunjukkan ukuran perusahaan mempengaruhi kualitas audit. Ukuran Universitas Sumatera Utara 9 KAP yang besar menjelaskan kemampuan auditor untuk bersikap independen dan profesional terhadap klien, sebab kurang tergantung pada klien berharga. Klien kurang dapat mempengaruhi opini yang akan diberikan oleh auditor“ Giri, 2010. Berbeda dengan hasil penelitian Sinaga dan Ghazali 2013 yang menyatakan bahwa Ukuran KAP memliki pengaruh negatif signifikan terhadap kualitas audit yang diproksikan dengan opini going concern. Semakin besar sebuah KAP maka KAP tersebut akan lebih sedikit memberikan opini going concern. Kecenderungan KAP yang berafiliasi dengan Big 4 memberikan opini going concern lebih kecil dibandingkan dengan KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4. Berdasarkan kasus KAP diatas yang mempengaruhi kualitas audit serta ketidakkonsistenan hasil penelitian dari beberapa penelitian maka peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut dalam skripsi saya yang berjudul ‘’Analisis Pengaruh Peer Review, Audit Tenure, Ukuran KAP dan Kompetensi Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik KAP di Medan ”.

1.2 Rumusan Masalah