commit to user
24 C dengan kelembaban udaranya lebih dari 90. Hal ini berbeda dengan
teori yang dikemukakan oleh Nazaruddin dan Paimin bahwa suhu yang digunakan selama proses penggilingan berkisar 27-32
C dan kelembaban ruangan sekitar 95 . Tetapi dengan pengaturan suhu di ruang penggilingan
di UP Tambi antara 20-24 C dengan kelembaban udaranya lebih dari 90
dapat dihasilkan bubuk hasil penggilingan yang sudah cukup bagus karena aktivitas enzim sudah berjalan maksimal. Lama waktu penggilingan di UP
Tambi berkisar 40-45 menit. Jika dibandingkan dengan teori yang dikemukakan oleh Bambang, Kustamiyati dkk yang menjelaskan bahwa
lama penggilingan di dataran rendah berkisar 25-40 menit dan dataran tinggi berkisar 40-70 menit, maka dapat disimpulkan bahwa kenyataan di pabrik
dengan teori yang ada adalah sama.
3. Sortasi Basah
Pada proses penggilingan diikuti dengan tahap sortasi basah yang bertujuan untuk memperoleh bubuk seragam, memecahkan gumpalan,
mendinginkan bubuk, memudahkan sortasi kering dan memudahkan dalam pengeringan Bambang, Kustamiyati dkk, 1994.
Mesin sortasi bubuk basah yang dipakai di UP Tambi adalah Rotary Roll Breaker
RRB yang berjumlah dua unit dan Ghoogi. Menurut Bambang, Kustamiyati dkk 1994, pemasangan ayakan dengan mesh nomor
yang tepat sangat membantu diperolehnya grade yang diinginkan. Untuk memperoleh grades kecil bubuk disarankan memakai mesh nomor 7,7,7
atau 6,6,7. Proses sortasi bubuk basah di UP Tambi selalu berkaitan dengan
proses penggilingan untuk bisa menghasilkan bubuk basah sesuai dengan standar yang diinginkan perusahaan.
Proses penggilingan dan sortasi basah di Unit Perkebunan Tambi tampak pada Gambar 4.7
commit to user
Bubuk II Bubuk III
Bubuk IV Badag
Gambar 4.7 Skema Proses Penggilingan dan Sortasi Basah Gambar diatas merupakan skema proses penggilingan yang diikuti
dengan proses sortasi basah. Dari proses ini dihasilkan bubuk II, bubuk III, bubuk IV dan badag.
Berdasarkan skema diatas, bubuk basah hasil penggilingan di OTR dipotong di Rotorvane RV 1 dan kemudian diayak di Rotary Roll Breaker
I RRB I dengan menggunakan ukuran mesh 7-7-8 atau disesuaikan dengan grade yang diinginkan dan permintaan pasar. Bubuk yang diayak di
RRB terjadi proses sortasi basah. Bubuk yang lolos disebut bubuk II dan segera ditampung pada baki. Ketebalan hamparan baki adalah 5-7 cm.
Bubuk yang tidak lolos di RRB I akan dipotong lagi di RV II selanjutnya diayak di RRB II dengan menggunakan ukuran mesh 6-6-8 sehingga
menghasilkan bubuk III. Bubuk yang telah lolos diperlakukan sama halnya seperti bubuk sebelumnya. Bubuk yang tidak lolos di RRB II dipotong
kembali di Rotorvane Cones RV Cones kemudian diayak di Ghoogi. Ghoogi
sejenis mesin ayakan seperti RRB yang bentuknya lebih besar menyerupai tong. Bubuk yang lolos pada ghoogi merupakan bubuk IV dan
yang tidak lolos merupakan badag. Badag terdiri dari serat daun dan tangkai teh. Bubuk dan badag yang dihasilkan di tampung dalam baki-baki
RRB I RV I
RV Cones RV II
Ghoogi RRB II
Bubuk basah hasil penggilingan
commit to user
aluminium, kemudian diangkut menggunakan troli menuju ruang oksidasi enzimatis.
Berdasarkan uraian hasil pada tahap sortasi basah di UP Tambi dapat disimpulkan bahwa sortasi basah yang dilakukan di UP Tambi hampir sama
dengan teori yang dikemukakan oleh Bambang, Kustamiyati dkk. Hal ini dapat diketahui bahwa di UP Tambi menggunakan ukuran mesh 7-7-8 yang
digunakan pada RRB I dan ukuran mesh 6-6-8 yang digunakan pada RRB II. Dengan ukuran mesh tersebut dapat menghasilkan bubuk dengan ukuran
kecil. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Bambang, Kustamiyati dkk bahwa pemasangan ayakan dengan mesh nomor yang tepat
sangat membantu diperolehnya grade yang diinginkan. Untuk memperoleh grades kecil bubuk disarankan memakai mesh nomor 7,7,7 atau 6,6,7.
4. Oksidasi Enzimatis Fermentasi