B. Analisis Data
1. Analisis Komposisi Kebutuhan Pokok asal Indonesia versus asal
Malaysia.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa 95 produk kebutuhan pokok yang ada di perbatasan Badau didominasi oleh produk
kebutuhan pokok dari Malaysia. Hal ini dikarenakan daerah Badau memiliki letak geografis yang lebih dekat ke Malaysia dibandingkan ke
Putussibau. Sehingga, permintaan masyarakat Badau akan kebutuhan pokok dapat terpenuhi lebih cepat dari Malaysia. Alasan lain dikarenakan
distribusi produk yang buruk terkait dengan jarak yang jauh dan jalan yang rusak. Sehingga, tidak jarang produk kebutuhan pokok yang datang dari
Putussibau banyak mengalami kerusakan Sedangkan produk kebutuhan made in Indonesia hanya mendapat tempat sebesar 5 di pasar perbatasan
Badau. Adapun produk made in Indonesia yang ada di perbatasan Badau merupakan produk yang memiliki jangka waktu yang tahan lama.
Sehingga, tingkat resiko kerusakan produk yang datang ke perbatasan Badau kemungkinan terjadi sangat minim. Dibawah ini merupakan uraian
dari pernyataan diatas yang dapat disimak sebagai berikut:
a. Mayoritas produk kebutuhan pokok made in Malaysia
mendominasi pasar di perbatasan Badau.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, maka diketahui mayoritas produk kebutuhan pokok yang
dikonsumsi oleh masyarakat Badau merupakan produk kebutuhan
Pokok yang berasal dari Malaysia yang artinya bahwa produk Malaysia Produk Indonesia. Adapun jenis produk kebutuhan pokok
asal Malaysia yang banyak dikonsumsi masyarakat Badau di perbatasan berupa : Daging kemasan, makanan kemasan, minyak
goreng, bawang putih dan bawang merah, gas, garam, gula, beras serta telur. Hal ini dibenarkan oleh beberapa informan yang dapat
dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut:
“Campur, ada yang dari Indon ada yang dari Malaysia, banyak Malaysia” Ibu Neneng, Pedagang, 120112
” Macam-macam sih Gula, telor, minyak goreng, beras, sarden, bawang putih, bawang merah, daging, gas.” Erni, Pedagang,
812012 ”Beras, tapi jarang sih beras, gula, garam, telur, minyak goreng,
bensin, solar. Kalo kayak minyak goreng ada dari Indon ada dari Malaysia, sama-sama.” .” Ibu Whyla, Pedagang, 10112
Setelah peneliti melakukan wawancara, untuk memastikan bahwa mayoritas produk kebutuhan pokok yang dikonsumsi
masyarakat Badau memang berasal dari Malaysia, maka dilakukan observasi . Dari hasil observasi, peneliti menemukan memang benar
bahwa mayoritas produk kebutuhan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat Badau merupakan produk kebutuhan pokok dari
Malaysia. Hal ini dapat dilihat dari hasil dokumentasi sebagai berikut:
Gambar 1.1 Produk Kebutuhan Pokok Made In Malaysia yang Terdapat
Di Perbatasan Badau
1
2
3
4 Keterangan :
1 daging sapi 2 daging ayam
3 telur 4 gula
Lanjutan Gambar 1.1 Produk Kebutuhan Pokok Made In Malaysia yang Terdapat
Di Perbatasan Badau
5 6
7 8
Keterangan: 5 sarden
6 gas 7 bawang putih
8 bawang merah
Lanjutan Gambar 1.1 Produk Kebutuhan Pokok Made In Malaysia yang Terdapat
Di Perbatasan Badau
9 10
11 12
Keterangan 9 garam
10 nugget 11 minyak goreng
12 beras
Dapat dilihat dari gambar 1-12, sebagian besar produk kebutuhan pokok masyarakat Badau merupakan produk yang
memiliki tingkat resiko kerusakan yang tinggi seperti telur, bawang, dan daging. Kondisi jalan yang rusak dan jarak yang jauh dari
Putussibau ke Badau seringkali membuat produk telur dan daging yang datang ke Badau sudah dalam keadaan pecah atau busuk.
Peluang terbesar untuk mendapatkan produk kebutuhan pokok yang terjamin dari resiko rusak dan murah membuat masyarakat Badau
tertarik untuk belanja ke Malaysia. Hal ini didukung oleh letak geografis yang lebih dekat dan Infrastruktur jalan yang lebih baik dari
Badau ke Malaysia. Sehingga, mayoritas produk daging, bawang dan telur yang ada di Badau merupakan produk kebutuhan yang diambil
dari Malaysia. Dari gambar diatas, dapat pula dilihat bahwa kemasan produk
kebutuhan pokok dari Malaysia seperti kemasan pada produk gula dan minyak goreng sesuai dengan standar pengemasan produk. Artinya
kemasan memiliki informasi jangka waktu kadaluarsa,asal pembuatan, dan nama perusahaan yang memproduksi produk tersebut.
Berbeda dengan kemasan produk gula dan minyak goreng made in Indonesia, dimana produk gula hanya dikemas dengan karung goni
dan produk minyak goreng hanya dikemas ke dalam sebuah galon. Sehingga, tidak jarang produk gula dan minyak goreng yang
didatangkan dari Pontianak ke Badau sudah dalam keadaan basah atau
kotor. Hal tersebut yang menjadi alasan masyarakat Badau lebih memilih produk gula dan minyak goreng dari Malaysia.
b. Minoritas produk kebutuhan pokok made in Indonesia yang ada