4 Penawaran penjualan sale prone, keadaan dimana konsumen
menanggapi tawaran pembelian yang melibatkan pengurangan harga sementara.
5 Maven harga price mavens, keadaan dimana konsumen menjadi sumber
informasi bagi orang lain tentang harga di pasar bisnis. Dalam peran positif, harga digunakan untuk mempengaruhi konsumen
pada dua jenis keadaan: 1
Hubungan harga-mutu, adalah keadaan dimana konsumen menggunakan harga sebagai indikator mutu.
2 Sensitivitas prestise, adalah keadaan dimana konsumen membentuk
persepsi atribut harga yang menguntungkan berdasarkan sensitivitasnya terhadap persepsi orang lain dari tanda-tanda status dengan harga yang
lebih mahal.
G. Saluran distribusi
Saluran distribusi merupakan seperangkat organisasi yang saling bergantung satu sama lain, yang dilibatkan dalam proses penyediaan suatu
produk atau jasa, untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumenatau pengguna bisnis Kotler dan Armstrong, 2001 : 7.
Setiap lapisan perantara pemasaran yang melakukan beberapa kegiatan untuk membawa produk dan kepemilikannya lebih dekat ke pembeli
akhir disebut tingkatan distribusi. Tingkatan distibusi dibagi menjadi dua
saluran yaitu saluran pemasaran langsung dan saluran pemasaran tidak langsung. Tingkatan distribusi tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Saluran pemasaran langsung
Dalam saluran ini, satu perusahaan menjual langsung ke konsumen tanpa perantara. Misalnya Tupperware menjual produknya dari pintu ke pintu
atau melalui pesta rumah dan kantor. 2.
Saluran pemasaran tidak langsung Pada pasar konsumen, tingkatan ini adalah pengecer. Misalnya produsen
televisi, kamera, ban, furniture, perabotan utama dan berbagai produk lainnya yang selanjutnya akan dijual ulang ke konsumen akhir.
H. Penelitian Terdahulu
Husnadi berpendapat dalam skripsinya yang berjudul ” Menuju Model Pengembangan Kawasan Perbatasan Daratan antar Negara” :
studi kasus Kecamatan Paloh dan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Daerah perbatasan seperti daerah Kecamatan Paloh dan
Sajinan Besar PALSA merupakan daerah yang strategis dengan kekayaan alam berupa hutan dan panorama yang indah namun sampai saat ini masih
kurang mendapatkan perhatian dari Pemerintah Daerah. Dari hasil studi yang telah dilakukannya dapat disimpulkan bahwa daerah perbatasan memiliki
sumber daya yang melimpah dan letak geografis yang strategis, akan tetapi kekayaan alam yang dimiliki serta letak yang strategis tidak dapat mengubah
kondisi perekonomian penduduk daerah perbatasan yang miskin dan
tertinggal secara langsung kepada kehidupan yang lebih baik. Hal ini disebabkan iklim pembangunan yang ada di Indonesia belum sepenuhnya
menganggap kawasan perbatasan sebagai kawasan prioritas. Pada kenyataannya yang terjadi selama ini berupa maraknya illegal
logging yang menyebabkan degradasi lingkungan hutan yang semakin parah. Pengawasan dan penegakan hukum yang lemah membuat banyak pihak
tertentu menggunakan kesempatan ini untuk keuntungannya sendiri. Selain itu, diketahui juga bahwa masyarakat perbatasan di kecamatan Paloh dan
Sajingan Besar sering melakukan transaksi perdagangan lintas batas dengan masyarakat Biawak, namun cenderung sepihak karena harga komoditas yang
dijual masyarakat perbatasan sudah ditentukan oleh pedagang pengumpul di Biawak Sarawak. Adanya Cukai tidak yang mengharuskan masyarakat
perbatasan membayar pajak sehingga keuntungan dari penjualan komoditinya berkurang. Meskipun kondisi seperti ini sering terjadi, masyarakat kecamatan
Paloh dan Sajingan Besar tetap menjual hasil komoditinya dikarenakan akses ke kota Sambas sangat sulit yang disebabkan jalan yang tidak memadai.
Melihat situasi dan kondisi ini maka direkomendasikan suatu model pengembangan kawasan perbatasan di Kecamatan Paloh dan Sajingan besar
menggunakan Model Agropolitan yaitu dengan mengintegrasikan prasarana dan sarana transportasi secara internal dan eksternal jalan lintas negara,
pelabuhan, air port, komunikasi, air bersih dan energi, serta dibutuhkan fasilitas CIQS Customs, Imigration, Quarantine, Security. Fungsi ini
umumnya diletakkan pada Pos Pemeriksaan Lintas Batas PPLB. Disamping
itu, perlu pula ditempatkan pos militer setingkat kompi SSK disekitar garis perbatasan untuk menjaga kedaulatan dan integritas wilayah NKRI serta
dilkukan pengembangan sumberdaya manusia dalam bidang pertanian yang
responsif terhadap teknologi dan informasi.
I. Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah dan didukung dengan landasan teori, dapat digambarkan keadaan masyarakat perbatasan khususnya yang ada
di Badau mengalami kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok terutama buatan dalam negeri. Berdasarkan penelusuran Media Indonesia Aries
MunandarN-2 hal ini dipengaruhi oleh infrastruktur dasar yang minim sehingga distribusi produk untuk kebutuhan pokok buatan dalam negeri
tersendat ke wilayah Badau. Kondisi distribusi yang kurang baik ini membuat masyarakat Badau jarang merasakan produk kebutuhan pokok asal
Indonesia. Kalaupun produk kebutuhan pokok tersedia harganya sangat mahal, sehingga tidak ada pilihan lain yaitu dengan mendatangkan produk
kebutuhan dari Malaysia. Hal ini didukung letak geografis sangat dekat dan keadaan jalan yang baik dari Badau ke Malaysia, sehingga distribusi produk
kebutuhan pokok asal Malaysia lebih cepat dan terjamin. Selain distribusi yang lancar, harga yang relatif lebih terjangkau juga mendukung sikap positif
masyarakat Badau dalam memilih produk kebutuhan pokok dari Malaysia. Selain kedua faktor tersebut, kebudayaan merupakan faktor yang juga
mempengaruhi perilaku pembelian masyarakat Badau. Adanya persamaan
suku di Malaysia dengan suku yang ada di Badau yaitu mayoritas Dayak Iban membuat batas Negara menjadi buram di daerah Badau. Kesamaan ini
mendorong masyarakat Badau untuk selalu berinteraksi sampai pada akhirnya menjadi ketergantungan terutama dalam ekonominya, sehingga secara tidak
langsung ini memicu kegiatan illegal berupa produk kebutuhan pokok, kendaraan motor dan mobil, dan ketenagakerjaan.
Keluarga juga sangat mempengaruhi pembelian produk Malaysia. Kebanyakan dari masyarakat Badau dengan tingkat pendidikan yang rendah
mencari pekerjaan ke Malaysia Sibu, Sarawak, dan Miri dimana mereka melakukan transmigrasi tanpa surat-menyurat yang resmi. Hampir sebagian
besar Warga Indonesia asal Badau yang bekerja di Malaysia menetap tinggal di Malaysia karena ikatan pernikahan dengan warga Malaysia. Keberadaan
keluarga di Malaysia seringkali mempengaruhi keluarga lainnya yang masih tinggal di Badau untuk pergi dan berbelanja di Malaysia.
Meskipun masyarakat Badau sangat bergantung pada kebutuhan pokok dan kendaraan asal Malaysia, tidak begitu dengan Fashion atau cara
berpakaian dari Masyarakat Badau. Kesamaan budaya dan pengaruh keluarga mungkin saja mempengaruhi jenis aliran musik mereka yaitu aliran musik
bernuansa etnik Dayak Iban kombinasi melayu. Namun untuk selera berpakaian mereka mengikuti trend pakaian terbaru dari Indonesia. Hal ini
terlihat dari toko pakaian yang ada di Badau maupun di Lanjak yang menjual model-model pakaian asal Indonesia yang didapatkan dari Jakarta dan
Bandung atas dasar permintaan dari konsumen yaitu Masyarakat Badau.
Semua faktor tersebut didukung oleh informasi yang diperoleh masyarakat Badau melalui media Indonesia seperti program televisi Sinetron atau
Infotament. Dari uraian diatas, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. H1 = Masyarakat Badau cenderung bersikap positif terhadap produk
kebutuhan pokok Made In Malaysia dibandingkan produk kebutuhan pokok Made In Indonesia
2. H2 = Masyarakat Badau cenderung bersikap positif terhadap produk
fashion made in Indonesia dibandingkan produk fashion made in Malaysia
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan penulis di daerah Badau dengan menggunakan penelitian eksploratif dan deskriptif. Adapun subjek dari penelitian
ini adalah masyarakat Badau dengan variabel penelitian berupa kualitas, harga, dan proses distribusi, dan pengemasan untuk produk kebutuhan pokok Made In
Malaysia, sedangkan untuk variable penelitian fashion didaerah perbatasan berupa Harga, model pakaian yang sesuai trend, dan tingkat kenyamanan pemakaian.
Penulis menggunakan sumber data primer untuk mengetahui opini dari masyarakat Badau mengenai perbandingan antara produk kebutuhan pokok asal
Malaysia dengan produk kebutuhan pokok asal Indonesia dan data sekunder untuk mengetahui gambaran umum daerah Badau di perbatasan berupa infrastruktur
jalan dan proses distribusi. Pengumpulan data sekunder dan primer dilakukan penulis menggunakan dua tahap yaitu tahap wawancara dan observasi.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksploratif dan deskriptif. Jenis penelitian deksriptif eksploratif digunakan oleh penulis
untuk menjawab dan mengetahui secara lebih mendalam mengenai keempat rumusan masalah yaitu faktor yang mempengaruhi masyarakat Badau di
perbatasan lebih memilih produk kebutuhan pokok dan produk kebutuhan fashion dari Indonesia atau dari Malaysia, serta komposisi produk kebutuhan
30