12
lintas. Sedangkan misi sekolah adalah 1 Menjadikan anak bertaqwa dan berbudi luhur, 2 mengembangkan kecerdasan intelektuan dan emosional secara optimal
sesuai tahap perkrmbangan jiwa anak, 3 mengupayakan anak terampil sesuai bakat dan minatnya 4 mengupayakan anak unggul dalam bidang yang diminati
sesuai program yang ada di sekolah, 5 mengembangkan etika budaya tertib berlalu lintas. Tidak hanya visi misi serta pendidikan di sekolah, namun
pendidikan yang ada dilingkungan juga menjadi pendukung sikap siswa.
2.1.2 Pendidikan Emansipatoris
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia, dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara bahasa pendidikan berasal dari kata didik yang diberi
awalan me- sehingga menjadi mendidik yang artinya memelihara atau memberi latihan. Pendidikan sebagai kata benda berarti proses perubahan sikap dan tingkah
laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan dalam pandangan Driyakara 1980:
32 Pendidikan merupakan gejala semesta dan berlangsung sepanjang hayat manusia, di manapun manusia berada. Dimana ada kehidupan manusia, disitu
pasti ada pendidikan. Pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Dalam lingkungan keluarga pendidikan didapat oleh anak melalui interaksi saat bersama orang tua. Interaksi pendidikan antara orang tua dengan anaknya
juga sering tidak disadari. Kerapkali pendidikan itu muncul saat orang tua bertemu, berdialog, dan melakukan aktivitas bersama anak-anaknya. Pada saat
demikian terkadang perilaku dan perlakuan yang diberikan orangtua terjadi secara spontan kepada anak, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan-kesalahan
13
mendidik besar sekali. Oleh karena itu orangtua harus lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan dan berbicara kepada anak.
Pendidikan dalam lingkungan masyarakat terjadi berbagai bentuk interaksi melalui masyarakat secara tidak langsung akan membuat anak belajar caranya
bersosialisasi kepada lingkungan. Pendidikan adalah suatu proses yang membantu manusia agar dapat berkembang sepenuhnya sesuai dengan bakat serta
kemampuan yang dimilikinya. Pendidikan yang didapat melalui masyarakat dapat mengajarkan anak untuk beradaptasi dan melatihnya sesuai lingkungannya.
Pendidikan di sekolah lebih bersifat formal, Guru sebagai pendidik di sekolah telah dipersiapkan untuk mendidik. Guru melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik dengan rencana dan perencanaan yang telah matang. Mereka mengajar dengan tujuan yang jelas, bahan-bahan yang telah disusun secara sistematis dan
rinci dengan cara dan media yang telah dipilih secara sistematis dengan cermat berdasarkan kurikulum yang berlaku. Karena yang memiliki rancangan dan
kurikulum formal dan tertulis adalah pendidikan di sekolah, maka dalam uraian- uraian selanjutnya yang dimaksud dengan pendidikan atau pengajaran biasanya itu
lebih banyak mengacu pada pendidikan di sekolah. Pendidikan dibutuhkan untuk menyiapkan seseorang demi menunjang peranannya dimasa yang akan datang.
Pedagogi ignasian merupakan salah satu bentuk pendidikan emansipatoris. W
inarti 2015:54 di dalam bukunya yang berjudul “Manusia Pembelajar di Dunia Tarik Ulur” Pendidikan emansipatoris menurut Giroux 2001 dipandang sebagai
pendidikan yang pergerakannya menekan perwujudan masyarakat yang adil dan demokratis.
14
Pendidikan emansipatoris
adalah pendidikan
yang bersifat
memberdayakan dan membebaskan, dengan kata lain pendidikan emansipatoris ini bertujuan untuk mewujudkan pribadi mandiri. Dalam pendidikan
emansipatoris, baik guru maupun siswa keduanya adalah pembelajar Winarti dan Anggadewi: 2015: 54. Proses pembelajaran siswa dan guru akan seperti teman
dalam belajar, walaupun memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing yang berbeda. Guru dan siswa diharapkan menjalin hubungan timbal balik karena
proses belajar akan lebih efektif jika terjadi dialog diantar keduanya. Ada tiga kata kunci pada model pendidikan emansipatoris, yaitu humanisasi, Kesadaran kritis
dan mempertanyakan sistem. Humanisasi adalah pendidikan yang memanusiakan manusia, dengan
demikian pendidikan benar-benar dituntut untuk menyelenggarakan praktik pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Humanisasi menurut
pendapat Nuri dan Sajjadi dalam Winarti dan Anggadewi. 2015 humanis dipahami sebagai memberdayakan pemahaman kritis antara kedua belah pihak
guru dan murid, dan mengembangkan kesadaran kritis critical awareness relasi dengan dunia.
Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis “2010: 189 pandangan Abdurahman Mas’ud tentang humanisme dalam pendidikan adalah
proses pendidikan yang lebih memerhatikan aspek potensi manusia sebagai makhluk
sosial, serta
setiap individu
diberikan kesempatan
untuk mengembangkan potensinya.
Pendidikan yang humanis itu memberikan kebebasan untuk berpikir kritis. Proses pembebasan ini melibatkan kesadaran alamiahnya sebagai manusia yang
dapat membangun kesadaran baru yang sanggup merasakan keberadaan dirinya.
15
Pendapat Suprijono 2016 bahwa pendidikan emansipatoris menekankan aktivitas yang berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa
mendorong berkembngnya kesadaran reflektif yang dimiliki siswa sebagai akibat dari kesadaran kritis.
. Kesadaran kritis tidak dapat dihasilkan manusia melalui pendidikan gaya bank. Paulo Freire mengungkapkan bahwa proses pembelajaran gaya bank
menggambarkan hubungan guru dan murid disemua kegiatan identik dengan watak bercerita. Murid lebih menyerupai bejana-bejana yang akan dituangkan air
ilmu oleh gurunya. Karenanya pendidikan seperti ini menjadi sebuah kegiatan menabung dimana murid menjadi celengan dan guru yang menjadi penabung.
Oleh karena itu pendidikan dengan gaya bank akan membuat anak menjadi pasif yang penurut dan sebagai anak teoritis yang tidak berkesadaran. Pendidikan
menjadi bersifat negatif karena guru memberikan ilmu atau informasi yang ditelan oleh murid, yang wajib diingat dan dihapalkan.
Menjadi manusia pemikir yang kritis, perlu ada dialog alam bentuk mempertanyakan system untuk menemukan realitas Winarti dan Anggadewi,
2015:53. Oleh karena itu seseorang mempunyai kesadaran kritis akan memiliki sikap, yaitu kemandirian untuk membentuk kesimpulan, keingintahuan terhadap
apa yang dijumpai, kerendahan hati bahwa pendapat diri sendiri belum tentu benar, dan menghargai pendapat orang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kesadaran kritis dapat dilakukan melalui pembelajaran secara langsung dan nyata oleh siswa sehingga menemukan suatu pengetahuan baru.
Dalam pendidikan emansipatoris, baik guru maupun siswa keduanya adalah pembelajar. Ketika terjadi dialog di antara keduanya, maka pemahaman
16
dan pengalaman akan realitas dari kedua belah pihak pun berkembang Winarti dan Anggadewi, 2015: 54.
2.1.3 Paradigma Pedagogi Reflektif PPR