E. Pengukuran Variabel
1. Pengembangan instrumen Pengukuran variabel kesehatan finansial dilakukan dengan analisa rasio
yang terdapat dalam Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100MBU2002 yang terdiri 8 delapan rasio keuangan. Sedangkan variabel yang lain yakni
harga pasar saham berdasarkan data yang tersedia di BEI. 2. Scaling
Pengukuran variabel menggunakan skala rasio, dimana skala tersebut didasarkan pada suatu perimbangan dalam perhitungannya.
F. Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berasal dari pihak eksternal yakni data keuangan tahunan berupa Neraca dan Laporan Laba - Rugi
dan harga pasar saham HPS yang tersedia di BEI selama tahun 2005 dan 2006, serta gambaran umum tentang profil perusahaan yang diteliti.
G. Pengumpulan Data
1. Populasi Penelitian ini merupakan penelitian populasi karena subyek penelitian
adalah seluruh BUMN go public non jasa keuangan bidang non infrastruktur yang berjumlah 9 sembilan perusahaan.
2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yakni
dengan mengambil data-data yang telah diolah pihak tertentu, berupa laporan keuangan konsolidasian atau gabungan antara perusahaan induk dan anak
perusahaan yakni Neraca Konsolidasi dan Laporan Laba - Rugi Konsolidasi serta data harga pasar saham.
H. Definisi Operasional
Berikut definisi operasional rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian sehingga memudahkan untuk memahami istilah- istilah yang ada :
a. Imbalan Kepada Pemegang Saham Return On EquityROE Return On Equity
membandingkan laba bersih dengan modal saham. Rasio ini digunakan untuk menghitung pengembalian yang diterima oleh
pemegang saham atas modal yang diserahkan ke perusahaan. Semakin tinggi return yang diperoleh, semakin baik kondisi perusahaan dan
kedudukan pemilik. Tinggi rendahnya tingkat ROE akan mempengaruhi permintaan saham di bursa dan harga saham.
b. Imbalan Investasi Return On InvestmentROI Return On Investment
mengukur tingkat pengembalian investasi yang dapat dilakukan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang
dimiliki atau menggambarkan kemampuan pihak manajemen mengelola dana perusahaan. Semakin tinggi ROI, semakin baik kondisi perusahaan
dimana dengan laba yang diperoleh, perusahaan mampu membayar hutang dan mengembangkan usahanya.
c. Rasio Kas Cash Ratio Cash Ratio
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi hutang jangka pendek dengan kas
yang tersedia dan efek yang dapat segera diuangkan. Semakin tinggi rasio kas, semakin baik perusahaan membayar hutang jangka pendeknya.
d. Rasio Lancar Current Ratio Current Ratio
menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancar dengan aset yang dimiliki atau aktiva
lancar perusahaan. Makin tinggi rasio, makin baik dan mampu perusahaan karena jumlah uang yang ada di dalam pos aktiva me ncukupi untuk
pembayaran kewajiban finansial jangka pendeknya yang jatuh tempo. e. Collection PeriodsCP
Collection Periods berhubungan dengan pengelolaan piutang suatu
perusahaan dan menunjukkan seberapa lama dana tertanam dalam piutang yang dapat ditagih. Pengumpulan piutang dikatakan baik dan efektif bila
tidak lebih dari 60 hari. Kolom perbaikan dimaksud untuk menilai perbandingan pengumpulan piutang tahun sebelumnya. Semakin singkat
CP, semakin baik atau efisien pengelolaan piutang perusahaan. f. Perputaran PersediaanPP Inventory Turn OverITO
Rasio ini digunakan untuk mengukur kecepatan persediaan barang dagangan berubah menjadi piutang atau kas melalui penjualan tunai.
Perbaikan dimaksud untuk menilai perbandingan perputaran persediaan tahun yang dianalisis dan tahun sebelumnya. Semakin tinggi perputaran,
semakin cepat persediaan menjadi piutang atau kas selama satu periode 1 tahun.
g. Perputaran Total Asset Total Asset Turn OverTATO Rasio ini memberikan indikasi atas harta yang dimiliki perusahaan dan
mengukur perputaran semua aktiva. TATO menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat dicapai perusahaan atas penggunaan total aktiva
yang dimilikinya. Semakin besar perputaran, semakin efisien perusahaan menggunakan aktivanya. Perbaikan dimaksud untuk menilai perbandingan
TATO tahun yang dianalisis dengan tahun sebelumnya. h. Rasio Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset TMS thd TA
Rasio ini menunjukkan seberapa besar total modal sendiri digunakan untuk mengadakan total aktiva perusahaan serta menunjukkan pentingnya
sumber modal pinjaman dan tingkat keamanan yang dimiliki kreditor. Semakin tinggi rasio semakin kecil jumlah modal pinjaman digunakan
untuk membiayai aktiva perusahaan.
I. Analisis Data
Kedua masalah terdahulu dapat dijawab dengan cara sebagai berikut: 1. Menentukan nilai kesehatan finansial perusahaan tahun 2005 dan 2006.
Langkah- langkah yang perlu dilakukan untuk menjawab masalah pertama yaitu mengukur rasio-rasio keuangan dan menentukan skor per komponen
BUMN non infrastruktur. Hasil rasio keuangan dimasukkan dalam daftar sesuai dengan indikatornya untuk mendapatkan nilai skor.
Berikut ini tabel daftar skor untuk menentukan bobot tiap rasio keuangan: a. Daftar Skor Penilaian Tingkat ROE
Tabel III. 1.Daftar Skor Penilaian Tingkat ROE
Skor ROE
Non Infra 15 ROE
20 13 ROE = 15
18 11 ROE = 13
16 9 ROE = 11
14 7,5 ROE = 9
12 6,6 ROE = 7,5
10 5,3 ROE = 6,6
8,5 4 ROE = 5,3
7 2,5 ROE = 4
5,5 1 ROE = 2,5
4 ROE = 1
2 ROE = 0
Sumber: Tabel 2, SK Menteri BUMN No. Kep-100MBU2002
Apabila tingkat ROE perusahaan di atas atau lebih besar dari 15, maka memperoleh skor tertinggi yakni 20. Ini berarti perusahaan
mampu menghasilkan laba sehingga dapat melakukan pengembalian atau pembayaran kewajiban atas modal yang diserahkan kepada
perusahaan. Tingkat rasio terendah 0 tidak mendapatkan skor 0. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Daftar Skor Penilaian Tingkat ROI
Tabel III. 2. Daftar Skor Penilaian Tingkat ROI
Skor ROI
Non Infra 18 ROI
15 15 ROI = 18
13,5 13 ROI = 15
12 12 ROI = 13
10,5 10,5 ROI = 12
9 9 ROI = 10,5
7,5 7 ROI = 9
6 5 ROI = 7
5 3 ROI = 5
4 2 ROI = 3
3 0 ROI = 2
2 ROI = 0
1
Sumber: Tabel 3, SK Menteri BUMN No. Kep -100MBU2002
Apabila tingkat ROI di atas atau lebih besar dari 18, maka mendapatkan skor tertinggi 15. Ini berarti perusahaan mampu
mengembalikan investasi dengan seluruh aktiva yang dimiliki dan semakin mampu manajemen dalam
mengelola dana untuk mengembangkan usahanya. Imbalan investasi terendah atau rasio 0
tidak mendapatkan skor 0. c. Daftar Skor Penilaian Tingkat Cash Ratio
Tabel III. 3. Daftar Skor Penilaian Tingkat Cash Ratio
Skor Cash Ratio
= X Non Infra
X = 35 5
25 = X = 35 4
15 = X = 25 3
10 = X = 15 2
5 = X = 10 1
0 = X = 5
Sumber: Tabel 4, SK Menteri BUMN No. Kep -100MBU2002
Apabila rasio lebih dari atau sama dengan 35, maka memperoleh skor tertinggi 5. Tingkat rasio 0 sampai dengan 5 tidak
mendapatkan skor 0. Semakin tinggi rasio, semakin baik perusahaan membayar hutang jangka pendek dengan kas dan efek yang dapat
segara diuangkan. d. Daftar Skor Penilaian Tingkat Current Ratio
Tabel III. 4. Daftar Skor Penilaian Tingkat Current Ratio
Skor Current Ratio
= X Non Infra
X = 35 5
25 = X = 35 4
15 = X = 25 3
10 = X = 15 2
5 = X = 10 1
0 = X = 5
Sumber: Tabel 5, SK Menteri BUMN No. Kep -100MBU2002
Besarnya persentase maupun skor penilaian tingkat Current Ratio sama dengan tingkat Cash Ratio. Apabila tingkat rasio lancar lebih
dari atau sama dengan 35, maka perusahaan mendapatkan skor tertinggi yakni 5. Ini berarti perusahaan mampu membayar hutang
lancar atau kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo dengan aktiva lancar yang dimiliki.
e. Daftar Skor Penilaian Tingkat Collection Periods
Tabel III. 5. Daftar Skor Penilaian Tingkat Collection Periods
Skor CP = X hari
Perbaikan = X hari
Non Infra X = 60
X = 35 5
60 X = 90 30 X = 35
4,5 90 X = 120
25 X = 30 4
120 X = 150 20 X = 25
3,5 150 X = 180
15 X = 20 3
180 X = 210 10 X = 15
2,4 210 X = 240
6 X = 10 1,8
240 X = 270 3 X = 6
1,2 270 X = 300
1 X = 3 0,6
300 X 0 X = 1
Sumber: Tabel 6, SK Menteri BUMN No. Kep -100MBU2002
Collection Periods atau pengumpulan piutang dikatakan baik dan efektif bila tidak lebih dari 60 hari dan diberi skor tertinggi 5.
Perbaikan dipakai jika CP tahun yang dianalisis mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dan perbaikan dikatakan baik jika
lebih besar dari 35 hari. Skor yang dipilih adalah skor yang terbaik dari kedua skor tersebut.
Sebagai contoh, CP non infrastruktur yang dianalisis 120 hari dan CP tahun sebelumnya 155 hari. Berarti CP mengalami perbaikan atau
peningkatan selama 35 hari. Berdasar tabel, adanya perbaikan CP lebih besar atau sama dengan 35 hari diberi skor 5, sedang CP tahun yang
dianalisis yaitu 120 hari diberi skor 4. Dengan demikian, skor yang dipilih adalah skor yang lebih besar yakni 5.
f. Daftar Skor Penilaian Tingkat ITO
Tabel III. 6. Daftar Skor Penilaian Tingkat ITO
Skor ITO = X hari
Perbaikan = X hari
Non Infra X = 60
X = 35 5
60 X = 90 30 X = 35
4,5 90 X = 120
25 X = 30 4
120 X = 150 20 X = 25
3,5 150 X = 180
15 X = 20 3
180 X = 210 10 X = 15
2,4 210 X = 240
6 X = 10 1,8
240 X = 270 3 X = 6
1,2 270 X = 300
1 X = 3 0,6
300 X 0 X = 1
Sumber: Tabel 7, SK Menteri BUMN No. Kep -100MBU2002
Daftar skor penilaian perputaran persediaan sama dengan daftar pengumpulan piutang. Tingkat perputaran persediaan dikatakan baik
jika tidak lebih dari 60 hari. Perbaikan ITO dikatakan baik jika lebih besar dari 35 hari mendapat skor 5. Misal, ITO tahun yang dianalisis
180 hari dan tahun sebelumnya 220 hari, maka ada peningkatan atau perbaikan 40 hari. Berdasar tabel, perbaikan ITO yang lebih besar dari
35 hari diberi skor 5, sedangkan ITO tahun yang dianalisis yakni 180 hari diberi skor 3. Dengan demikian, dipilih skor terbesar yakni 5.
g. Daftar Skor Penilaian Tingkat TATO
Tabel III. 7. Daftar Skor Penilaian Tingkat TATO
Skor TATO = X
Perbaikan = X hari
Non Infra 120 X
20 X 5
105 X = 120 15 X = 20
4,5 90 X = 105
10 X = 15 4
75 X = 90 5 X = 10
3,5 60 X = 75
0 X = 5 3
40 X = 60 X = 0
2,5 20 X = 40
X = 0 2
X = 20 X = 0
1,5
Sumber: Tabel 8, SK Menteri BUMN No. Kep-100MBU2002
Semakin tinggi nilai TATO, maka pengelolaan aktiva semakin baik. Dikatakan baik jika TATO mencapai lebih dari 120. Perbaikan
rasio ini dipakai jika TATO mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Perbaikan TATO lebih baik jika lebih besar dari 20 hari.
Skor yang digunakan adalah 1,5 sampai dengan 5. Misalnya, TATO non infrastruktur tahun yang dianalisis sebesar
80 dan tahun sebelumnya 50. Berarti terdapat peningkatan atau perbaikan sebesar 30. Berdasar tabel, adanya perbaikan TATO lebih
besar dari 20 mendapat skor 5, sedang TATO tahun yang dianalisis yaitu 80 diberi skor 3, 5. Dengan demikian, dip ilih skor yang lebih
besar yakni 5. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
h. Daftar Skor Penilaian Tingkat TMS thd TA
Tabel III. 8. Daftar Skor Penilaian Tingkat TMS thd TA
Skor TMS thd TA = X
Non Infra X = 0
0 X = 10 4
10 X = 20 6
20 X = 30 7,25
30 X = 40 10
40 X = 50 9
50 X = 60 8,5
60 X = 70 8
70 X = 80 7,5
80 X = 90 7
90 X = 100 6,5
Sumber: Tabel 9, SK Menteri BUMN No. Kep-100MBU2002
Rasio ini menunjukkan pentingnya sumber modal pinjaman dan tingkat keamanan yang dimiliki kreditor. Jika rasionya 40 berarti
60 aktiva perusahaan dibiayai dari pinjaman atau modal asing. Rasio sebesar 30 - 40 dianggap baik dan diberi skor tertinggi yakni 10.
Hal ini diasumsikan bahwa modal pinjaman sebesar 60 - 70 sebagai sumber modal masih dianggap relatif aman bagi perusahaan.
Selanjutnya, nilai skor untuk setiap tahun dijumlahkan untuk mendapatkan Total Bobot TB dan menentukan tingkat kesehatan
perusahaan. Karena dalam penelitian ini hanya mengukur kesehatan finansialnya sehingga aspek non finansial tidak diperhitungkan, maka
tingkat kesehatan yang telah digolongkan berdasar SK Menteri BUMN pun mengalami perubaha n sesuai dengan indikator bobot penilaian dalam
aspek finansial. Total Bobot untuk BUMN non infrastruktur adalah 70 Berikut daftar rasio dan masing- masing bobot aspek finansial:
Tabel III. 9. Daftar Indikator dan Bobot Aspek Keuangan
Bobot Indikator
Non infra 1. Imbalan Kepada Pemegang Saham ROE
20 2. Imbalan Investasi ROI
15 3. Rasio Kas
5 4. Rasio Lancar
5 5. Collection Periods
5 6. Perputaran Persediaan ITO
5 7. Perputaran Total Aset TATO
5 8. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset
10 Total Bobot
70
Sumber: Tabel 1, SK Menteri BUMN No. Kep-100MBU2002
Perhitungan proporsi khusus aspek finansial dilakukan dengan cara Total Bobot Keuangan TBK dibagi Total Bobot TB dikalikan bobot
yang telah ditetapkan sehingga diperoleh Total Bobot Sesungguhnya TBS. Formulasinya yakni =
100 70
? = 0,7 ? untuk badan usaha non infrastruktur. Berikut penggolongan tingkat kesehatan finansial BUMN
non infrastruktur yang telah disesuaikan: a. SEHAT, yang terdiri dari:
AAA apabila total skor TS 95 x 0,7 AA apabila 0,7 x 80 TS = 0,7 x 95
A apabila 0,7 x 65 TS = 0,7 x 80 b. KURANG SEHAT, yang terdiri dari:
BBB apabila 0,7 x 50 TS = 0,7 x 65 BB apabila 0,7 x 40 TS = 0,7 x 50
B apabila 0,7 x 30 TS = 0,7 x 40 c. TIDAK SEHAT, yang terdiri dari:
CCC apabila 0,7 x 20 TS = 0,7 x 30 CC apabila 0,7 x 10 TS = 0,7 x 20
C apabila TS = 0,7 x 10 Apabila disederhanakan, maka tingkat kesehatan finansial adalah sebagai
berikut: a. SEHAT, apabila 45,5 TBK = 70
b. KURANG SEHAT, apabila 21 TBK = 45,5 c. TIDAK SEHAT, apabila 0 = TBK = 21
2. Adapun permasalahan kedua yang bertujuan mengetahui kuat tidaknya hubungan kesehatan finansial dengan harga pasar saham dilakukan dengan
metode Spearman Rank Correlation. Koefisien korelasi peringkat Spearman dalam perhitungannya diberi notasi ?
s
untuk parameternya, sedang untuk statistiknya diberi notasi r
s
. Penggunaan r
s
dikarenakan ukuran populasi yang kecil dan persyaratan data yang tidak harus
berdistribusi normal sehingga normalitas data tidak perlu diuji. Berikut langkah-langkah untuk menjawab masalah kedua, antara lain:
1 Menyusun peringkat data Dari total skor rasio keuangan dan harga pasar saham tiap BUMN
disusun berdasarkan urutan dari nilai tertinggi sampai nilai terendah. Peringkat pertama diberikan kepada badan usaha tahun tertentu yang
memiliki skor tertinggi; dan seterusnya sampai dengan peringkat terakhir yaitu badan usaha tahun tertentu yang memiliki skor terendah.
Sama halnya dengan harga pasar saham untuk tiap-tiap badan usaha. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peringkat data dapat disederhanakan dalam tabel berikut ini:
Tabel III. 10. Tabel Penolong Korelasi Spearman Rank
n Peringkat TBS
Peringkat HPS d
d
2
1 2
… Dst.
Jumlah Keterangan tabel:
n : banyaknya data, Spearman menetapkan minimal 5 dan maksimal 30
Peringkat TBS : peringkat Total Bobot Sesungguhnya Peringkat HPS: peringkat Harga Pasar Saham
d : perbedaaan peringkat atau selisih antara peringkat variabel yang satu dengan variabel yang lain
d
2
: kuadrat perbedaan peringkat 2 Menghitung koefisien Spearman Rank Correlation r
s
Nilai r
s
dapat dihitung bila tabel penolong di atas sudah terisi. Bila koefisien korelasi:
r = 1 hubungan variabel satu dengan variabel lain sempurna dan positif
r = -1 hubungan antarvariabel bersifat sempurna dan negatif r = 0 hubungan variabel satu dengan variabel lain sangat lemah
atau tidak ada hubungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0 r 1: kedua variabel berkorelasi dengan keeratan relatif. Semakin mendekati 1 satu, maka keeratan atau keandalan
korelasi semakin tinggi. Berikut tabel tingkat interval koefisien dan keeratan hubungan:
Tabel III. 11. Tingkat Interval Koefisien dan Keeratan Hubungan
Interval koefisien Keeratan hubungan
0,00 r 0,20 Sangat rendah
0,20 = r 0,40 Rendah
0,40 = r 0,60 Sedang
0,60 = r 0,80 Kuat
0,80 = r 1,00 Sangat kuat
Formula untuk menghitung koefisien Spearman Rank Correlation yaitu:
r
s
= 1 - 1
6
2 2
−
∑
n n
d
Dimana: r
s
: koefisien Korelasi Peringkat Spearman n : banyaknya data
d : selisih antara angka rangking variabel yang satu dengan variabel yang lain
3 Menguji hipotesis tingkat keeratan hubungan antarvariabel Setelah koefisien korelasi diketahui, maka hipotesis tingkat
keeratan hubungan 2 dua variabel yakni kesehatan finansial dengan harga pasar saham dapat diuji. Prosedur pengujian yang dilakukan
adalah sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Menyusun kembali hipotesis penelitian Hipotesis penelitian yang telah dikembangkan sebelumnya yaitu:
H : ?
s
= 0; hubungan kesehatan finansial tidak signifikan kuat dengan harga pasar saham, dan
H
1
: ?
s
? 0; hubungan kesehatan finansial signifikan kuat dengan harga pasar saham.
Kriteria penerimaan H yaitu bila harga koefisien korelasi hasil
perhitungan atau ?
hitung
r
s
lebih kecil dari harga tabel koefisien korelasi Spearman atau ?
tabel
r
t
, maka H diterima. Sebaliknya, H
ditolak bila harga ?
hitung
r
s
lebih besar dari ?
tabel
r
t
. b. Menentukan daerah kritis
Taraf signifikansi a yang digunakan untuk penelitian ini adalah 5. Ini berarti peneliti yakin bahwa 95 keputusan yang diambil
adalah benar. Penggunaan taraf signifikansi a = 5 dikarenakan pada kebiasaan yang banyak dipakai dalam analisis korelasi
peringkat Spearman, selain 1. c. Melakukan pengujian Statistik Uji t
Pengujian ini dilakukan karena jumlah data yang dianalisis cukup besar mendekati 30 dengan derajat kebebasan d. f. = n – 2.
Formula yang digunakan adalah: t
h
= r
s
2
1 2
s
r n
− −
Dimana: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
t
h
: t hitung atau harga t statistik r
s
: koefisien korelasi peringkat Spearman n : banyaknya data
d. Menyesuaikan dengan kriteria penerimaan atau penolakan H Kriteria penerimaan atau penolakan H
adalah sebagai berikut: -t
a 2; n-2
t
hitung
t
a 2; n-2
maka H diterima
t
hitung
t
a 2; n-2
dan t
hitung
t
a 2; n-2
maka H ditolak
Berikut gambar daerah penerimaan atau penolakan H :
Daerah Daerah
penolakan H penolakan H
Daerah penerimaan
H
- t
a 2; n-2
t
a 2; n-2
Gambar III. Kurva Hipotesis
e. Menarik kesimpulan Kesimpulan dapat dibuat dengan kriteria sebagai berikut:
apabila H ditolak berarti hubungan kesehatan finansial signifikan
kuat dengan harga pasar saham; dan sebaliknya, bila H diterima
berarti hubungan kesehatan finansial tidak signifikan kuat dengan harga pasar saham.
54
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN