Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa

1 Mengucapkan baik, bagus dan seterusnya bila peserta didik menjawabmengajukan pertanyaan. 2 Memuji dan memberi dorongan, dengan senyuman, anggukan dan pandangan yang simpatik atas partisipasi siswa.Memberi tuntunan kepada siswa agar dapat memberikan jawaban yang benar. 3 Memberi pengarahan sederhana agar siswa memberi jawaban yang benar. Minat belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah minat belajar model ARCS Attention, Relenvace, Confidence, Satisfaction. Dengan kuesioner yang terdiri dari empat komponen model ARCS menurut Jhon, Keller, guru mampu merancang suatu pembelajaran yang dapat mengungkapkan dan menumbuhkan minat belajar siswa. Tujuannya adalah agar memperoleh peningkatan keberhasilan yang optimal dalam proses pembelajaran berbasis blog.

E. Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa

Suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil apabila tujuan intruksional pembelajaran dapat tercapai. Tujuan pembelajaran adalah pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tercapainya tujuan intruksional sama halnya dengan keberhasilan dalam pembelajaran Djamarah dan Zain, 2010. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional, maka guru perlu mangadakan tes prestasi untuk memberikan penilaian terhadap proses belajar siswa. Tes prestasi bertujuan untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu proses belajar mengajar Djamarah dan Zain, 2010. Proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang sering dihadapi adalah sampai ditingkat mana prestasi hasil belajar telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses belajar mengajar dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Menurut Djamarah dan Zain 2010 tingkatan keberhasilan adalah sebagai berikut: 1. Istimewamaksimal: Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dukuasai oleh siswa. 2. Baik sekalioptimal: Apabila sebagian besar 76 s.d. 99 bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. 3. Baikminimal: Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60 s.d. 75 saja dikuasai oleh siswa. 4. Kurang: Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60 diuasai oleh siswa. Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran instruksional, pengalaman proses belajar-mengajar dan hasil belajar. Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan dalam bagan sebagai berikut Nana Sudjana, 1989: 2 : Bagan 2. Hubungan tiga unsur dalam belajar dan mengajar Garis a menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan pengalaman belajar, garis b menunjukkan hubungan antara pengalaman belajar dengan hasil belajar, dan garis c menunjukkan hubungan tujuan instruksional dan hasil belajar. Dari diagram di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan penilaian dinyatakan oleh garis c, yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman belajar poses belajar- mengajar. Sedangkan garis b merupakan kegiatan penilaian untuk mengetahui keefektifan pengalaman belajar dalam mencapai hasil yang optimal. Tujuan instruksional pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa. Oleh sebab itu, dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Nana Sudjana, 1989: 2 Penilaian hasil belajar menurut Nana Sudjana 1989: 3 adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilainya adalah a Tujuan instruksional Pengalaman belajar proses belajar- mengajar Hasil Belajar b c hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris. Nana Sudjana 1989: 22 menyatakan bahwa dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni: 1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan kedua aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni a gerakan refleks, b keterampilan gerakan dasar, c kemampuan perseptual, d keharmonisan atau ketepatan, e gerakan keterampilan kompelks, dan f gerakan ekspresif dan interpretatif . Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Maka dalam penelitian ini hasil belajar dilihat dari ranah kognitif berupa nilai tes pre-test dan post-test. Menurut Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana 1989: 22, aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan, yaitu: 1. Tipe hasil belajar: Pengetahuan knowledge Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge . Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat, sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan di samping pengetahuan hafalan atau untuk diliingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, nama tokoh. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya. 2. Tipe hasil belajar: Pemahaman comprehension Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan. namun tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat memahami perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal. Pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan suatu pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali sesuatu yang telah ia dengar dengan kata-kata sendiri. 3. Tipe hasil belajar: Penerapan aplication Penerapan adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut merupakan ide, teori atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang- ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah. Kecuali itu, ada satu unsur lagi yang perlu masuk, yaitu abstraksi tersebut perlu berupa prinsip atau generalisasi, yakni sesuatu yang umum sifatnya untuk ditetapkan pada situasi khusus. 4. Tipe hasil belajar: Analisis analysis Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain memahami cara bekerjanya, untuk hal lain lagi memahami sistematikanya. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif. 5. Tipe hasil belajar: Sintesis synthesis Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir berdasarkan pengetahuan hafalan, bepikir pemahaman, berpikir aplikasi dan berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah daripada berpikir divergen. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Dalam berpikir divergen, pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan. 6. Tipe hasil belajar: Evaluasi evaluation Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang memungkinkan dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi dengan menggunakan kriteria tertentu. Dari uraian beberapa tingkatan dalam ranah kognitif, maka dalam penelitian ini, soal pre-test dan post-test yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa, mengacu pada keenam tingkatan dalam ranah kognitif tersebut serta membantu siswa untuk mencapai ketuntasan belajar. Keberhasilan belajar diukur dengan cara membandingkan hasil dari pre -test dan post-test, persentase ketuntasan terhadap KKM serta persentase klasifikasi keberhasilan belajar siswa.

F. FLUIDA STATIS UNTUK SMK

Dokumen yang terkait

Pembangunan Media Pembelajaran Simulasi Teknik Kendaraan Ringan Untuk Kelas XI Di SMKN 8 Bandung

0 14 84

STRATEGI ADAPTASI SISWA PEREMPUAN DI JURUSAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN (TKR) (Studi Kasus SMK NEGERI 04 KENDAL)

0 6 78

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KESIAPAN BELAJAR, PELAKSANAAN PRAKERIN DAN PENCAPAIAN KOMPETENSI MATA PELAJARAN PRODUKTIF TEKNIK KENDARAAN RINGAN KELAS XI: PENELITIAN PADA SISWA KELAS XI TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK NEGERI 1 JATIBARANG, KABUPATEN IN

2 5 71

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SISTEM EFI PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN (PKKR) KELAS XII JURUSAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN (TKR) DI SMK NEGERI 1 SEYEGAN SLEMAN.

4 14 224

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF SISTEM PENGISIAN UNTUK SISWA KELAS XI TEKNIK KENDARAAN RINGAN DI SMK NASIONAL NASIONAL BERBAH.

0 1 212

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI SISTEM LISTRIK OTOMOTIF KELAS XI PADA JURUSAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN DI SMK PIRI 1 YOGYAKARTA.

0 1 191

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PEMBELAJARAN DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI DI JURUSAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK LEONARDO KLATEN TAHUN 2012/2013.

0 0 150

KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII JURUSAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN DI SMK MUHAMADIYAH 2 SLEMAN.

0 1 139

PENGARUH MINAT SISWA DALAM MEMILIH PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X JURUSAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK PIRI 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 1 148

Kesiapan dan minat siswa terhadap pembelajaran dengan media berbasis blog serta tingkat keberhasilan dalam pembelajaran fluida statisdi kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMK Negeri 1 Sintang Kalimantan Barat - USD Repository

0 1 275