merasa aman dan yakin karena kebutuhan kesejahteraan sosialnya dapat terpenuhi oleh organisasi atau perusahaan tempat bekerjanya.
”Kesejahteraan sosial” social welfare memiliki arti berwayuh wajah. Kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai pendekatan atau
kegiatan terorganisir dalam bidang pembangunan sosial Suharto, 2007.
Menurut Ravianto dan Martoyo 2000, menyatakan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja diantaranya
adalah atasan atau pimpinan, rekan kerja, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang dan non uang, jenis pekerjaan dan
tantangan. Motivasi individu untuk bekerja dipengaruhi oleh sistem kebutuhannya.
2.2.4. Unsur-unsur Penggerak Motivasi Kerja
Motivasi kerja karyawan akan ditentukan oleh perangsangnya, perangsang yang dimaksud merupakan mesin penggerak motivasi karyawan
sehingga menimbulkan pengaruh perilaku karyawan yang bersangkutan. Menurut Sagir 1985 dalam Siswanto 2002, mengemukakan unsur-
unsur penggerak motivasi antara lain : 1.
Keinginan Berkinerja Achievement Seseorang memiliki keinginan berkinerja sebagai suatu kebutuhan
yang dapat mendorong menuju tujuan atau sasaran. Dalam teori “Tiga Kebutuhan” yang dikemukakan oleh Mc Cleland menjelaskan bahwa
tingkat needs of achievement telah menjadi naluri kedua yang
merupakan keberhasilan seseorang, dan biasanya juga dikaitkan dengan sikap positif, keberanian mengambil resiko yang
diperhitungkan untuk mencapai suatu sasaran yang telah ditentukan. 2.
Penghargaan Recognition Penghargaan, pengakuan atas suatu kinerja yang telah dicapai
seseorang akan merupakan perangsang yang kuat. Pengakuan atas suatu kinerja akan memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi
daripada penghargaan dalam bentuk materi atau hadiah 3.
Tantangan Challenge Adanya tantangan yang dihadapi merupakan perangsang kuat bagi
manusia untuk mengatasinya. Suatu sasaran yang tidak menentang atau dengan mudah dapat dicapai biasanya tidak mampu menjadi
perangsang bahkan cenderung menjadi kegiatan rutin. Tantangan demi tantangan biasanya akan menumbuhkan kegairahan untuk
mengatasinya. 4.
Tanggung Jawab Responsibility Adanya rasa ikut memiliki akan menimbulkan motivasi untuk ikut
merasa tanggung jawab. 5.
Pengembangan Development Pengembangan kemampuan seseorang baik dari pengalaman kerja
seseorang atau kesempatan untuk maju, dapat merupakan perangsang kuat bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih giat atau lebih bergairah.
Apalagi jika pengembangan perusahaan selalu dikaitkan dengan kinerja atau produktivitas tenaga kerja.
6. Keterlibatan Involvement
Rasa ikut terlibat atau involvement dalam suatu proses pengambilan keputusan atau bentuknya, atau dapat kotak saran dari tenaga kerja
atau karyawan yang dapat dijadikan masukan untuk manajemen perusahaan, merupakan perangsang yang cukup kuat untuk tenaga
kerja atau karyawan. 7.
Kesempatan Opportunity Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karier yang terbuka,
dari tingkat bawah sampai tingkat manajemen puncak merupakan perangsang yang cukup kuat bagi tenaga kerja. Bekerja tanpa harapan
atau kesempatan untuk meraih kemajuan atau perbaikan nasib, tidak akan merupakan perangsang berkinerja atau bekerja produktif.
2.2.5. Bentuk-bentuk Motivasi Kerja