30
Dari fungsi-fungsi pendampingan yang sudah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa pendampingan berfungsi untuk membantu orang
yang didampingi untuk dapat hidup secara mandiri dengan menerima segala kekurangan maupun kelebihan dirinya secara apa adanya, dan
mau menerima kondisi sekarang dengan tidak hanya pasrah namun bertanggung jawab akan hidupnya dan mau serta tertantang untuk
mengembangkan hidupnya dan berfungsi dengan keadaan yang baru.
D. Dinamika Perbedaan Penerimaan Diri Kondisi Fisik Penderita
Paraplegia Korban Gempa yang Mendapatkan Pendampingan Dengan yang Tidak Mendapatkan Pendampingan
Gempa yang terjadi pada pertengahan bulan di tahun 2006 telah membawa derita bagi sebagian masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.
Banyak orang yang menjadi korban meninggal dan luka-luka, banyak juga diantara mereka yang menjadi cacat. Kecacatannyapun beraneka ragam
dari yang amputasi kaki, ataupun tangan, luka memar dan patah tulang dibagian anggota tubuh, bahkan sampai ada yang mengalami luka terparah
yaitu kelumpuhan atau disebut sebagai paraplegia. Para korban gempa bumi tahun 2006 yang silam yang menjadi
penderita paraplegia sebagian besar adalah orang-orang biasa yang tidak mengalami kecacatan yang berarti, tidak cacat, sehingga ketika sekarang
mereka menjadi penderita paraplegia, mereka banyak yang merasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
depresi, menjadi kurang percaya diri, malu, memiliki perasaan inferioritas dan merasa menjadi orang yang tidak berguna, gagal dan merasa selalu
butuh bantuan orang lain. Paraplegia
adalah kelumpuhan kedua anggota tubuh bagian bawah yang disebabkan kerusakan syaraf pada tulang belakang, sehingga
menyebabkan kontak dari otak terputus, dengan demikian anggota tubuh tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Penderita paraplegia pada umumnya memiliki organ tubuh yang lengkap, namun karena rusaknya susunan saraf pusat pada sumsum tulang
belakang mengakibatkan fungsi gerak tubuh pada bagian bawah menjadi lumpuh. Fungsi perasa pada bagian bawah tubuh dibawah luka juga tidak
mampu merasakan rangsangan-rangsangan yang ada. Sering mengalami kekejangan otot atau kaki terkulai. Kontrol terhadap organ pencernaan
tubuh pada bagian pembuangan, misalnya BAB dan BAK, menjadi tidak berfungsi atau terganggu. Bahkan kemampuan seksual penderitanyapun
juga ikut terganggu. Kondisi tersebut berpengaruh pada kondisi mental para korban
bencana ketika berhadapan pada kenyataan hidup saat ini yang mereka alami yang tidak ada satupun dari mereka menginginkannya, yaitu menjadi
cacat, paraplegia. Masalah penerimaan diri akan kondisi kecacatan ini menjadi hal yang penting untuk diperhatikan mengingat bahwa mereka
yang menjadi penderita paraplegia adalah mereka yang dulunya bukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
penyandang cacat sehingga kemampuan dan pengetahuan akan penerimaan diri mereka akan kondisi fisik yang baru, cacat, juga sangat
minim. Penerimaan diri akan kondisi fisik ditandai dengan sikap yang
mencerminkan rasa senang dan puas akan perubahan yang terjadi pada kondisi dirinya, tidak diikuti oleh perasaan malu, rendah diri, maupun rasa
bersalah, serta mengenal kelebihan maupun kekurangannya untuk digunakan secara efektif tanpa harus menyembunyikan siapa dirinya.
Bertanggung jawab dan mandiri dalam mencapai kebutuhan sehari-hari. Penerimaan diri penyandang cacat paraplegia harus dicapai
melalui proses dan pengalaman yang terjadi dalam hidupnya. Jersild dalam Hurlock, 2002 menyebutkan bahwa penerimaan diri adalah
sebagai suatu proses bertahan dan mempunyai tingkatan. Mereka yang mengalami kecacatan bukan dari sejak lahir atau karena kecelakaan
biasanya sulit untuk bisa menerima kondisi dirinya secara langsung, mereka cenderung mengalami perasaan inferioritas, yaitu kecenderungan
merasa diri kekurangan, tidak mampu dan gagal Dianawati, dkk. 2005. Kondisi ini dipertegas dengan informasi dan pengetahuan yang kurang
akan penyandang cacat penderita paraplegia, sehingga yang muncul kemudian adalah penolakan dan sikap inferioritas terhadap diri dan
masyarakat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Individu yang menerima dirinya sendiri akan lebih mengenali potensi-potensi yang ada pada dirinya Skinner, dalam Maramis 1994.
Selain itu, individu yang menerima dirinya akan lebih mengenali kelebihan maupun kekurangan dirinya sehingga individu tersebut dapat
memanfaatkan potensi, kelemahan dan kekurangan dirinya secara optimal, tepat guna dan terintergrasi.
Masalah maupun keterbatasan yang dihadapi oleh penyandang cacat penderita paraplegia sangat kompleks, dari masalah kondisi fisik
kecacatannya sampai pada kondisi psikologisnya. Mereka cenderung tidak dapat menerima kondisi dirinya secara realistis dan cenderung
menganggap dirinya tidak berharga. Kondisi penderita paraplegia yang mengalami kelumpuhan pada bagian tubuh bawah dan kesulitan bergerak
yang berakibat pada mobilitas yang terbatas menuntut mereka untuk selalu membutuhkan alat bantu ataupun orang lain untuk membantu dalam
mobilitas gerak dalam berkegiatan. Mereka membutuhkan pendampingan dari orang lain supaya mereka dapat bertahan dalam menjalani dan
memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap orang pasti membutuhkan bantuan, terutama bagi mereka
yang telah menjadi cacat. Bantuan yang diberikanpun bisa bermacam- macam, dapat berupa bantuan secara materiil maupun secara moril.
Bantuan materiil biasanya dapat berupa barang-barang atau sesuatu yang dapat membantu meringankan penderitanya, seperti rumah dan alat-alat
kesehatan. Bantuan moril, dapat berupa bantuan atau dukungan, perhatian, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
kedekatan, bimbingan dan segala sesuatu yang membuat seseorang menjadi nyaman secara psikologis.
Salah satu bantuan secara moriil yang diperlukan bagi mereka yang menjadi paraplegia adalah pendampingan psikologis yang diberikan untuk
membantu seseorang supaya dapat berfungsi secara penuh, bisa mandiri dan dapat menerima kondisi dirinya. Pendampingan ini diberikan kepada
mereka yang mengalami suatu kejadian yang diakibatkan kejadian tertentu untuk membuat mereka mampu beradaptasi dan menerima diri akan
kondisinya tersebut. Pendampingan psikologis bertujuan untuk membantu seseorang
dalam permasalahan psikologisnya seperti menghilangkan tingkah laku disfungsional, yaitu tingkah laku yang ditunjukkan dengan rasa malu
dengan kondisi dirinya yang menjadi cacat, seperti mengurung diri dikamar, prasangka yang berlebihan dan malu bertemu orang. Perasaan
menolak atau tidak menerima akan segala sesuatu yang menimpa dirinya, dengan adanya pendampingan maka diharapkan mereka akan mampu
menerima kenyataan yang ada, bukannya larut dalam harapan-harapan palsu, namun harus kuat menghadapinya.
Salah satu fungsi pendampingan adalah memberdayakan, baik dari potensi yang dimiliki oleh individu maupun dengan melibatkan potensi-
potensi yang ada disekelilingnya. Menjadi cacat adalah kondisi dimana seseorang merasa terbatasi oleh keadaannya sehingga perlu adanya
35
bantuan atau alat bantu, namun kesulitan dan ketidaktahuan dalam mempergunakan fasilitas tersebut secara maksimal menjadi kendala ketika
bagi mereka yang diberi bantuan. Seseorang tidak atau jarang menggunakan kursi roda untuk keluar
rumah hanya karena alasan malu, takut jatuh dan tidak percaya diri jika bertemu orang lain. Rumah dengan fasilitas pendukung untuk penyandang
cacat yang dibuat agar penyandang cacat menggunakannya dalam berkegiatan sehari-hari, namun jarang atau tidak terpakai sebagaimana
mestinya, dikarenakan kekurangtahuan akan cara penggunaan sehingga masih selalu tergantung orang lain ataupun merasa malu jika orang-orang
melihat kecacatannnya. Penggunaan alat bantu meyakinkan seseorang terhadap keterbatasan orang yang menggunakannya tersebut. Selain itu,
tidak bisa merawat luka sendiri atas alasan kesehatan adalah bukti bahwa mereka masih terlalu tergantung orang lain dan tidak bertanggung jawab
akan kesehatan dirinya sendiri. Fasilitas yang diberikan jika tidak digunakan sebagaimana
mestinya akan menjadi sia-sia. Fasilitas yang ada sangat baik jika digunakan untuk perkembangan diri, seperti bersosialisasi maupun untuk
perkembangan diri. Seseorang yang mau bangkit dari keterpurukan dan tidak kalah akan kondisi kecacatannya, misalnya menjadi lumpuh, adalah
seseorang yang menerima dirinya, dan dengan dukungan alat dan fasilitas yang ada akan semakin meningkatkan perbaikan dalam diri, baik fisik
maupun psikis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Pendampingan ini diberikan oleh mereka yang sudah dipersiapkan baik dari segi pengetahuan dan pengalaman dalam bidang psikologis
dalam membantu para korban yang membutuhkan bantuan secara psikologis, serta menggunakan faktor fisik guna mendukung kesembuhan
pasien dari segi fisik maupun psikologis. Dukungan berupa perhatian, bimbingan, dukungan selalu ada untuk orang yang membutuhkan dapat
dilakukan oleh semua orang, namun pendampingan psikologi ini lebih terarah pada pemulihan atau penyembuhan kondisi psikologis seseorang
yang telah mengalami peristiwa yang mengejutkan dengan pengalaman dan faktor fisik yang tersedia, supaya sesorang menjadi sembuh seperti
sedia kala atau mendekati kondisi semula. Banyak dari penderita yang tidak mendapatkan pendampingan
secara profesional, kebanyakan dari mereka mendapatkan pendampingan hanya terbatas oleh keluarga maupun masyarakat sekitar. Hal tersebut
tidaklah buruk, namun kebanyakan dari masyarakat umum tidak mengetahui akan kebutuhan penyandang cacat secara psikologis, hal
tersebut berpengaruh juga pada penerimaan diri akan kecacatannya. Survey dilapangan terlihat bahwa keluarga, sebagai pendamping
dari penderita, biasanya hanya menopang dari segi fisiknya saja seperti rawat luka, memenuhi kebutuhan sandang dan pangan saja. Secara
informal, stigma yang muncul dimasyarakat adalah bahwa mereka kadang mengucilkan para penyandang cacat. Hal ini terjadi dikarenakan
37
masyarakat menganggap kecacatan sebagai suatu aib bagi desa mereka. Para penyandang kecacatan dianggap tidak mampu Affrida, 2007.
Tindakan masyarakat maupun dari pihak keluarga yang kurang mendukung dapat berdampak pada perkembangan psikologi penderita
yang menuju kearah negatif. Dampak psikologi yang muncul, seperti rendahnya konsep diri, persepsi diri yang rendah terutama kaitannya
dengan bagaimana individu memandang dirinya dan pendampilannya sendiri, penerimaan diri yang rendah, munculnya reaksi penolakan,
keadaan depresif, bahkan sampai dengan menarik diri dari pergaulan sosial sehari-hari LivnehAntonak, 2005.
E. HIPOTESIS