21
bumi, dimana banyak dari mereka yang menjadi cacat bukan dari sejak lahir.
4. Kondisi Fisik Penyandang Cacat Penderita Paraplegia
Kondisi fisik merupakan salah satu faktor penunjang penampilan diri seseorang. Penampilan fisik tersebut secara tidak langsung dapat
mempengaruhi penerimaan diri seseorang, sebagaimana dikemukakan oleh Dwiamalia 2002 mengenai penerimaan diri terhadap
penampilan fisik adalah perasaan yang dimiliki seseorang yang meliputi gambaran dan penilaian beserta sikap-sikapnya terhadap
tubuhnya yang dapat dilihat pada tingkat kepuasannya terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara menyeluruh.
Menurut ilmu kedokteran, penyandang cacat adalah seseorang yang dinyatakan mempunyai kelainan baik fisik maupun mental yang
oleh karenanya dapat merupakan rintangan atau hambatan untuk melakukan kegiatan secara layak PP no.36, thn. 1980, tentang Usaha
Kesejahteraan Sosial bagi Penyandang Cacat. Berdasarkan keadaan kelumpuhan itu sendiri, paraplegia dapat
digolongkan menjadi dua jenis Werner, 2002 yaitu : a. Paraplegia Complete, yaitu paraplegia yang terjadi karena tulang
belakang rusak secara menyeluruh, dimana pesan tidak dapat disampaikan melalui saraf sama sekali, sehingga perasaan dan
22
kontrol dari gerakan di bawah tingkat kerusakan sumsum tulang belakang hilang secara permanen dan menyeluruh.
b. Paraplegia Incomplete, yaitu paraplegia yang terjadi karena tulang belakang rusak sebagian dimana perasaan dan gerakan mungkin
masih ada sebagian atau mungkin perasaan dan gerakan mungkin akan kembali membaik sedikit demi sedikit selama beberapa bulan.
Pada penderita paraplegia incompletemungkin pada beberapa bagian tubuh mempunyai perasaan dan kemampuan gerakan yang
lebih sedikit jika dibandingkan bagian yang lain. Pada Laporan Penelitian Sosial 1970 dijelaskan bahwa penderita paraplegia
incomplete dimana kelumpuhan tidak total, kadang masih dapat
berjalan sendiri dengan bantuan kruek, brace atau tongkat. Sensasi tidak hilang, hanya kadang-kadang sensivitasnya agak berkurang.
Secara fisik, penderita paraplegia memiliki organ yang lengkap hanya perbedaannya walaupun organ tubuhnya lengkap, ada beberapa
bagian tubuh yang tidak dapat dipergunakan kembali dikarenakan rusaknya sumsum saraf pusat pada tulang belakang. Hal tersebut dapat
berpengaruh terhadap mobilitas ketika melakukan kegiatan dan berperilaku. Cacat paraplegia bersifat permanen sehingga dapat
mempengaruhi perilakunya Brown, dkk. 1999. Kondisi fisik penderita paraplegia sangat rentan terhadap
munculnya luka baru. Kondisi kecacatan yang berakibat pada lumpuh atau layuhnya sebagian tubuh akan menghambat mobilitasnya
23
sehingga berakibat pada sulitnya untuk bergerak bebas dan hilangnya fungsi perasa pada bagian tubuh tertentu, bisanya terlalu lama pada
posisi yang sama, misal duduk atau tidur yang terlalu lama, hal ini berakibat pada bagian tertentu dari tubuh yang terkena tekanan terlalu
lama hingga timbul luka tekan, atau disebut decubitus. Luka decubitus merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita cedera
tulang belakang Dijk, dkk. 1999.
5. Akibat Paraplegia