Pengaruh Penyakit Gigi terhadap Pemanfaatan Ulang Pelayanan Poli

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Ulang Pelayanan Poli Gigi

dan Mulut di Puskesmas Dalu Sepuluh B Kecamatan Tanjung Morawa Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dalam penelitian ini pengetahuan tentang; a penyakit gigi, b pemeriksaan gigi, c pemeliharaan gigi. Pembahasan hasil penelitian secara rinci sebagai berikut :

5.1.1 Pengaruh Penyakit Gigi terhadap Pemanfaatan Ulang Pelayanan Poli

Gigi dan Mulut Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tentang penyakit gigi sebanyak 66 orang 69,5 pada kategori tidak baik. Jawaban responden tentang penyakit gigi dan mulut belum sepenuhnya sesuai dengan semestinya seperti pengertian karies gigi sebanyak 65,3 responden menjawab gigi nyeri dan gigi tinggal akar. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden yang memanfaatkan Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Dalu Sepuluh B perilakunya tentang penyakit gigi dan mulut belum sepenuhnya terbentuk dengan baik. Hal ini terkait dengan tingkat pendidikan yang rendah, yaitu sebanyak 72 orang 75,8 responden tamat SD dan SLTP. Hal ini didukung hasil penelitian Pintauli 2004 tentang hubungan tingkat berpendidikan dan skor DMF-T di Kecamatan Medan Tuntungan mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan rendah kemungkinan akan memiliki pengetahuan yang kurang mengenai kesehatan gigi dan tidak mengetahui bahaya penyakit gigi dan menyebabkan seseorang tidak Universitas Sumatera Utara memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi. Hal ini sesuai dengan teori Anderson dalam Notoatmodjo 2003 yang menyatakan bahwa karakter predisposisi, yaitu tingkat pendidikan merupakan faktor yang memengaruhi perilaku dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulang kali. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behavior. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Kebiasaan sebagai bentuk perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan memengaruhi baik atau buruknya pengetahuan seseorang tentang penyakit. Menurut Notoadmojo 2005, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pendapat di atas didukung teori Green dalam Notoatmodjo Universitas Sumatera Utara 2005 yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan bagian dari faktor predisposisi yang sangat menentukan dalam membentuk perilaku seseorang . Berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai p=0,001p=0,05, menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang penyakit gigi dengan pemanfaatan ulang Poli Gigi dan Mulut. Hasil uji statistik multivariat dengan regresi logistik berganda pengetahuan tentang penyakit gigi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan ulang Poli Gigi dan Mulut dengan probabilitas p=0,049p=0,05. Hal ini berarti semakin baik tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit gigi maka semakin memanfaatkan Poli Gigi dan Mulut. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sinaga 2008 yang mengungkapkan bahwa belum optimalnya kunjungan ulang pasien gigi di Poliklinik RSU Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar dipengaruhi oleh ketidaktahuan individu akan kebutuhan perawatan giginya secara objektif, sehingga perlu dilakukan penyuluhan kesehatan gigi pada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dalam pemeliharaan kesehatan gigi, sehingga pasien mengetahui kebutuhan perawatan gigi berdasarkan hasil pemeriksaan dokter gigi dan menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan pasien berhubungan dengan kunjungan ulang pasien. Hasil penelitian Utami dkk. 2011 menyimpulkan bahwa pengetahuan rata- rata tentang penyakit periodontal pada buruh di PT. Basirih Industrial Corporation Banjarmasin termasuk kategori kurang baik, tingkat keparahan kondisi penyakit jaringan periodontal pada buruh sebagian termasuk parah, terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang penyakit periodontal dengan kondisi penyakit jaringan Universitas Sumatera Utara periodontal. Demikian pula menurut hasil penelitian Manurung 2008, yang mengungkapkan bahwa tingkat kesakitan dan kebutuhan yang dirasakan perceived need berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat di Kota Pematang Siantar.

5.1.2 Pengaruh Pemeriksaan Gigi terhadap Pemanfaatan Ulang Pelayanan