perawatan gigi dapat menimbulkan rasa sakit. Keyakinan ini akan berpengaruh buruk pada tindakan pemeliharaan dan pencegahan gigi.
Hasil penelitan ini sejalan dengan teori perilaku menurut Bloom dalam Notoatmodjo, 2003, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
5.2.2 Pengaruh Kerentanan Penyakit yang Dirasakan terhadap Pemanfaatan
Ulang Pelayanan Poli Gigi dan Mulut
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap tentang kerentanan penyakit yang dirasakan sebanyak 49 orang 51,6 pada kategori tidak baik. Jawaban responden
tentang kerentanan penyakit yang dirasakan mayoritas kurang setuju. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden yang memanfaatkan Poli
Gigi dan Mulut Puskesmas Dalu Sepuluh B belum sepenuhnya menyikapi dengan baik penyakit gigi.
Hasil wawancara terhadap responden di wilayah kerja Puskesmas Dalu Sepuluh B tentang kerentanan penyakit yang dirasakan dapat disimpulkan bahwa
penyakit gigi dan mulut yang diderita belum mengganggu aktivitas sehari-hari dan penyakit gigi yang diderita ditahankan dulu merasa bahwa ia tidak rentan terhadap
Universitas Sumatera Utara
penyakit tersebut karena menurut mereka penyakit gigi bukan merupakan penyakit yang berbahaya dan sampai menyebabkan kematian, sehingga mereka datang berobat
ke dokter gigi ketika rasa sakit gigi sudah parah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kristanti 2002, mengungkapkan bahwa penyebab rendahnya kesadaran
masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi adalah adanya persepsi mengenai penyakit gigi bukan merupakan penyakit yang berbahaya atau penyebab kematian.
Konsep sakit antara pasien dan petugas kesehatan berbeda, disebabkan konsep sehat-sakit tidak sejalan atau bertentangan dengan konsep sehat-sakit yang diberikan
oleh pihak penyelenggara pelayanan kesehatan. Menurut Notoatmodjo 2005, sakit dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu; 1 seseorang tidak mempunyai atau
menderita penyakit dan juga tidak merasa sakit no disease and no illness dalam keadaan ini orang tersebut sehat menurut konsep petugas kesehatan, 2 secara klinis
seseorang itu mendapat serangan penyakit namun orang itu tidak merasakan sakit disease but no illness, oleh karena itu mereka tetap menjalankan kegiatannya sehari-
hari sebagaimana orang sehat, kenyataannya kondisi seperti ini paling yang sering terjadi pada masyarakat. Konsep sehat menurut masyarakat bila seseorang masih
dapat melakukan aktivitas dan dikatakan sakit ketika tidak dapat bangkit dari tempat tidur sampai tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, 3 tidak ada penyakit pada
seseorang tetapi orang tersebut merasa sakit illness but no disease, pada kenyataannya kondisi seperti ini jarang ditemui pada masyarakat dan 4 seseorang
memang menderita sakit dan iapun merasa sakit juga illness with disease. Kondisi inilah sebenarnya yang dikatakan bahwa orang tersebut benar-benar sakit dan dalam
Universitas Sumatera Utara
kondisi ini seseorang baru datang berobat atau mencari pengobatan. Persepsi pasien tentang konsep sakit seperti inilah akan memengaruhi perilaku mereka tentang
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai p=0,054p=0,05,
menunjukkan ada hubungan yang tidak signifikan antara sikap tentang kerentanan penyakit yang dirasakan dengan pemanfaatan ulang Poli Gigi dan Mulut. Hasil uji
statistik multivariat dengan regresi logistik berganda sikap tentang kerentanan penyakit yang dirasakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan
ulang Poli Gigi dan Mulut dengan probabilitas p=0,033p=0,05. Hal ini berarti semakin baik sikap pasien tentang kerentanan penyakit yang dirasakan maka semakin
memanfaatkan Poli Gigi dan Mulut. Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Tampubolon 2011 yang
mengungkapkan persepsi tentang penyakit berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit dengan probabilitas
p=0,0020,05, nilai ExpB= 63,701. Hal ini berarti responden yang memiliki persepsi baik tentang penyakit mempunyai peluang 64 kali memanfaatkan Poli Gigi
dan Mulut Puskesmas Buhit. Demikain juga hasil penelitian Sinaga 2008 yang mengungkapkan bahwa persepsi pasien berhubungan dengan pemanfaatan ulang
poliklinik gigi RSU Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar dan didukung hasil penelitian Manurung 2008, yang mengungkapkan bahwa tingkat kesakitan dan
kebutuhan yang dirasakan perceived need berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat di Kota Pematang Siantar.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Donabedian dalam Notoatmodjo 2003, menyatakan pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan interaksi antara
konsumen dengan provider. Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen berhubungan langsung dengan pengunaan atau permintaan terhadap
pelayanan kesehatan. Kebutuhan, terdiri atas kebutuhan yang dirasakan perceived need dan diagnosa klinis evaluated need. Perceived need ini dipengaruhi oleh
faktor sosiodemografis dan faktor sosiopsikologis.
5.2.3 Pengaruh Keseriusan Penyakit yang Dirasakan terhadap Pemanfaatan