terbiasa mengunjungi dokter gigi disebabkan rasa takut dan biaya yang relatif mahal, sehingga lebih banyak datang ke dokter gigi jika gigi sudah sakit.
5.2 Pengaruh Sikap terhadap Pemanfaatan Ulang Pelayanan Poli Gigi dan
Mulut di Puskesmas Dalu Sepuluh B Kecamatan Tanjung Morawa
Sikap dalam penelitian ini adalah sikap tentang; a sakit gigi dan pencegahannya, b kerentanan penyakit yang dirasakan, c keseriusan penyakit yang
dirasakan dan d pelayanan puskesmas. Pembahasan hasil penelitian secara rinci sebagai berikut :
5.2.1 Pengaruh Sakit Gigi dan Pencegahannya terhadap Pemanfaatan Ulang
Pelayanan Poli Gigi dan Mulut
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap tentang sakit gigi dan pencegahannya sebanyak 52 orang 54,7 pada kategori tidak baik. Jawaban
responden tentang sakit gigi dan pencegahannya mayoritas kurang setuju. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden yang memanfaatkan Poli
Gigi dan Mulut Puskesmas Dalu Sepuluh B belum sepenuhnya merespon tentang sakit gigi dan pencegahannya dengan baik.
Hasil wawancara terhadap responden di wilayah kerja Puskesmas Dalu Sepuluh B mengungkapkan bahwa sakit gigi dan pencegahannya belum sepenuhnya
dilakukan walaupun mengalami sakit gigi dengan alasan belum mengganggu aktivitas sehari-hari dan penyakit gigi bukan merupakan penyakit yang berbahaya dan sampai
menyebabkan kematian. Hal ini juga terkait dengan tingkat pendidikan responden sebagian besar, yaitu sebanyak 72 orang 75,8 responden tamat SD dan SLTP,
mereka menyikapi hal tersebut adalah sesuatu yang biasa saja dan tidak perlu
Universitas Sumatera Utara
dikhawatirkan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Alamsyah 2010 di Kelurahan Sari Rejo mengungkapkan bahwa ada kecenderungan responden untuk tidak mau
melakukan perawatan gigi jika belum parah dan jika sudah parah lebih baik dicabut saja. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat lebih membutuhkan perawatan kuratif
daripada tindakan pencegahan. Pernyataan ini dipertegas oleh penelitian Farenne 2005 yang dilaporkan pada buletin WHO tahun 2005 di Burkina Faso bahwa alasan
masyarakat terbanyak menerima pelayanan perawatan gigi adalah karena rasa sakit. Berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai p=0,000p=0,05,
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sikap tentang sakit gigi dan pencegahannya dengan pemanfaatan ulang Poli Gigi dan Mulut. Hasil uji statistik
multivariat dengan regresi logistik berganda sikap tentang sakit gigi dan pencegahannya berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan ulang Poli
Gigi dan Mulut dengan probabilitas p=0,027p=0,05. Hal ini berarti semakin baik sikap tentang sakit gigi dan pencegahannya maka semakin memanfaatkan Poli Gigi
dan Mulut. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Tjahja dan Lely 2005 di
beberapa Puskesmas di Provinsi Jawa Barat yang mengungkapkan bahwa pengetahuan dan sikap responden berhubungan dengan kebersihan gigi dan mulut dan
rata-rata pengetahuan dan sikap responden tentang kesehatan gigi baik. Hal ini didukung oleh pendapat Situmorang 2004 persentase penduduk yang
meyakini semua orang akan mengalami karies gigi, tanggalnya gigi pada usia lanjut, kesembuhan gigi tanpa perawatan dokter, dan penyakit gigi tidak berbahaya atau
Universitas Sumatera Utara
perawatan gigi dapat menimbulkan rasa sakit. Keyakinan ini akan berpengaruh buruk pada tindakan pemeliharaan dan pencegahan gigi.
Hasil penelitan ini sejalan dengan teori perilaku menurut Bloom dalam Notoatmodjo, 2003, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
5.2.2 Pengaruh Kerentanan Penyakit yang Dirasakan terhadap Pemanfaatan