meningkatkan kesehatannya, termasuk tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, dan sebagainya.
5.1.3 Pengaruh Pemeliharaan Gigi terhadap Pemanfaatan Ulang Pelayanan
Poli Gigi dan Mulut
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tentang pemeliharaan gigi sebanyak 48 orang 50,5 pada kategori tidak baik. Jawaban responden tentang
pemeliharaan gigi belum sepenuhnya sesuai dengan semestinya seperti cara mencegah gigi berlubang, cara menyikat gigi baik dan waktu terbaik menyikat gigi,
menggosok gigi setelah makan makanan manis, dan melakukan pergantian sikat gigi secara rutin. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden yang
memanfaatkan Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Dalu Sepuluh B perilakunya tentang pemeliharaan gigi belum sepenuhnya baik.
Hasil wawancara terhadap responden di wilayah kerja Puskesmas Dalu Sepuluh B sebagian besar mengungkapkan bahwa melakukan pemeliharaan gigi lebih
dari setahun yang lalu dan sebagian besar mengungkapkan belum pernah memeriksakan giginya karena tidak sakit. Hal ini juga yang menjadikan seseorang
lebih memilih untuk menahan rasa sakit dibandingkan memeriksakan giginya ke dokter gigi dan anggapan bahwa sakit gigi tidak menyebabkan kematian.
Menurut Situmorang 2004 prevalensi penyakit periodontal menunjukkan derajat kesehatan gigi yang akan mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas
kerja masyarakat. Kerusakan karies gigi dan jaringan pendukung gigi dapat menurunkan tingkat produktivitas kerja seseorang, karena dari aspek biologis
Universitas Sumatera Utara
dirasakan sakit, sehingga aktivitas dapat terganggu. Salah satu upaya untuk menurunkan prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal melalui peningkatan
program pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas. Menurut Nawawi 1992 penyakit jaringan periodontium secara garis besar
dari peradangan klinis adalah gingivitis dan periodontitis. Tanda awal dari kelainan jaringan periodontium adalah gingiva mudah berdarah apabila terkena tekanan
mekanis kemudian bila kondisi tersebut dibiarkan saja akan terlihat perubahan warna gingiva dalam berbagai tingkatan. Keradangan yang terjadi dapat menembus kedalam
struktur jaringan yang lebih dalam lagi melalui berbagai cara diantaranya dapat merusak apparatus epithelial gingival dengan ditandai migrasi perlekatan epithelial
periodontium yang merupakan tanda awal dari periodontitis. Berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai p=0,001p=0,05,
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang pemeliharaan gigi dengan pemanfaatan ulang Poli Gigi dan Mulut. Hasil uji statistik
multivariat dengan regresi logistik berganda pengetahuan tentang pemeliharaan gigi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan ulang Poli Gigi dan Mulut
dengan probabilitas p=0,042p=0,05. Hal ini berarti semakin baik tingkat pengetahuan pasien tentang pemeliharaan gigi maka semakin memanfaatkan Poli
Gigi dan Mulut. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitan Tampubolon 2011 yang
mengungkapkan bahwa pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit dengan probabilitas p0,05. Responden
Universitas Sumatera Utara
dalam penelitian sudah mengetahui tentang keberadaan Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit karena sebelumnya sudah pernah berkunjung dan sebagian besar
responden memiliki pengetahuan tidak baik dan belum optimal memanfaatkan Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit. Demikian juga dengan hasil penelitian Situmorang
2004, mengungkapkan bahwa persentase penduduk yang menyikat gigi pada waktu yang tepat, yaitu sesudah majan masih rendah. Namun hasil penelitian ini berbeda
dengan hasil penelitian Tjahja dan Lely 2005 yang mengungkapkan bahwa rata-rata pengetahuan dan sikap responden tentang kesehatan gigi cukup baik 97,5 di
beberapa Puskesmas di Provinsi Jawa Barat. Menurut Rogers dalam Notoatmodjo, 2005 seseorang sebelum memiliki
perilaku maka harus melewati tahapan-tahapan antara lain awareness, interest, evaluation, trial, dan adoption. Ketika seseorang diberikan informasi maka efek yang
timbul adalah kesadaran. Kesadaran merupakan tahap awal dalam mengadopsi sebuah perilaku. Dengan kesadaran ini akan memicu seseorang untuk berfikir lebih
lanjut tentang apa yang ia terima. Dalam hal ini responden akan mengetahui tentang kebersihan gigi termasuk masalah gigi dan cara perawatannya. Setelah responden
sadar akan pentingnya perawatan kesehatan gigi maka tahapan selanjutnya adalah ketertarikan. Pada tahap ini mulai sadar terhadap suatu stimulus berupa pengetahuan
tentang kesehatan gigi. Kemudian pada tahap ini pula sudah mulai melakukan suatu tindakan seperti cata menggosok gigi dengan benar.
Hal ini dapat dibuktikan bahwa masih sedikit responden yang melakukan pemeliharaan gigi. Menurut Alamsyah 2010 masyarakat Indonesia umumnya belum
Universitas Sumatera Utara
terbiasa mengunjungi dokter gigi disebabkan rasa takut dan biaya yang relatif mahal, sehingga lebih banyak datang ke dokter gigi jika gigi sudah sakit.
5.2 Pengaruh Sikap terhadap Pemanfaatan Ulang Pelayanan Poli Gigi dan