bergapten, isopimpinellin, imperatorin, isobergapten, kaempferol, myricetin, rutin, β-sitosterol Shalaby, 2011.
4. Manfaat tanaman
Jeruk nipis ini sering digunakan masyarakat, baik untuk kesehatan maupun kecantikan, antara lain digunakan sebagai obat batuk, mengobati sembelit,
ambeien, suara serak, menambah nafsu makan, mencegah rambut rontok, ketombe, amandel dan juga mimisan Nala, 2003.
Selain itu Citrus aurantifolia memiliki manfaat lain, seperti ekstrak kulit dan daun dari kulit jeruk nipis bermanfaat sebagai antifungal karena adanya
kandungan senyawa alkaloid dan fenolik yang tinggi Okwu, Awurum, dan Okoronkwo, 2007.
B. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang sangat reaktif dengan elektron yang tidak memiliki pasangan. Radikal bebas mencari reaksi-reaksi agar
dapat memperoleh kembali elektron pasangannya. Setelah itu radikal bebas dapat mengalami tubrukan dengan molekul lain dan merusak ikatan di dalam molekul
tersebut. Pada akhirnya radikal dapat merusak membran sel, retikulum endoplasma, atau DNA sel yang rentan Corwin, 2009.
Senyawa radikal sangat aktif menyerang molekul penting yang berada di sekelilingnya, baik itu senyawa lipid, protein, lipoprotein, maupun karbohidrat.
Meskipun demikian, keberadaan radikal bebas juga bermanfaat bagi tubuh, misalnya dalam proses sintesis organik kompleks, polimerisasi, komponen
dinding sel, detoksifikasi bahan kimia xenobiotik, dan sistem pertahanan tubuh terhadap patogen. Oleh karena itu, perlu dikontrol dan diatur potensi radikal bebas
tersebut Winarsi, 2007. Radikal dapat terbentuk secara endogen terbentuk dalam tubuh melalui proses metabolisme normal dan juga secara eksogen
berasal dari bahan pencemar yang masuk ke tubuh Subeki, 1998. Secara umum, tahapan reaksi pembentukan radikal bebas mirip dengan
rancidity oxidative, yaitu melalui 3 tahapan reaksi berikut.
1. Tahap inisiasi, yaitu awal pembentukan radikal bebas, misalnya :
Fe
2+
+ H
2
O
2
Fe
3+
+ OH
-
+ •OH 1
R
1
- H + •OH
R
1
• + H
2
O 2
2. Tahap propagasi, yaitu pemanjangan rantai radikal
R
2
-H + R
1
• R
2
• + R
1
-H 3
R
3
-H + R
2
• R
3
• + R
2
-H 4
3. Tahap terminasi, yaitu bereaksinya senyawa radikal dengan radikal lain
atau dengan penangkap radikal, sehingga potensi propagasinya rendah. R
1
• + R
1
•
R
1
-R
1
5 R
2
• + R
1
•
R
2
-R
1
6 R
2
• + R
2
•
R
2
-R
2
dst 7
Winarsi, 2007
C. Senyawa Antioksidan
Antioksidan biasa didefinisikan sebagai suatu senyawa yang mampu memperlambat, menunda bahkan menghambat reaksi oksidasi dan memegang
peranan penting dalam sistem pertahanan tubuh terhadap adanya radikal bebas yang sangat berbahaya, di mana radikal bebas telah diketahui dapat menginduksi
penyakit kanker, arteriosklerosis dan penuaan disebabkan oleh kerusakan jaringan Triana, 2010. Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron electron
donor atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu
menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan mampu menghambat reaksi oksidasi dengan
mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif sehingga dapat menghambat kerusakan sel Winarsi, 2007.
Fungsi antoksidan adalah menetralisasi radikal bebas, sehingga tubuh terlindungi dari berbagai macam penyakit degeneratif dan kanker. Fungsi lain
antioksidan adalah membantu menekan proses penuaan antiaging. Para ahli menemukan bahwa di antara semua makhluk hidup yang ada di dunia, kadar
antioksidan manusia tercatat yang paling tinggi. Antioksidan merupakan zat yang mampu menetralisasi radikal bebas, sehingga atom danelektron yang tidak
berpasangan mendapat pasangan dan menjadi tidak reaktif lagi atau stabil. Radikal bebas sendiri merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak
stabil. Ketidakstabilan ini disebabkan atom tersebut memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan Tapan, 2005.
Antioksidan dapat dibagi ke dalam dua golongan, yaitu chain breaking antioxidant
dan preventative antioxidant. Mekanisme chain breaking : L
●
+ AH → LH + A
●
8 LO
●
+ AH → LOH + A
●
9 LOO
●
+ AH → LOOH + A
●
10 Dengan demikian, tahap inisiasi dan propagasi pada senyawa radikal dihambat.
Di sisi lain, preventative antioksidan memperlambat laju oksidasi, misalnya transisi-metal ion pengkhelat mampu menghambat reaksi Fenton yang
menghasilkan radikal hidroksil. Adapun reaksi fenton adalah sebagai berikut. Fe
2+
+ H
2
O
2
→ Fe
3+
+
●
OH + OH
-
11 Resat Apak, Shela Gorinstein, Volker Bohm, Karen M. Schaich, Mustafa
Ozyurek, dan Kubilay Guclu, 2013 Untuk mendeterminasi akitivitas antioksidan secara in vitro, metode yang paling
umum digunakan antara lain : 1.
HAT Hydrogen Atom Transfer based assay HAT-based assay mengukur kapabilitas antioksidan dalam menghambat
radikal dengan adanya donasi atom H. Mekanisme HAT dari aksi antioksidan ini dengan mentransfer atom hidrogen H pada phenol Ar-
OH ke radikal ROO
●
. 2.
ET Electron Transfer based assay Pada ET-based assay, antioksidan bereaksi dengan senyawa fluoresens
atau senyawa berwarna. Uji spektrofotometrik berdasarkan ET mengukur
kapasitas antioksidan dari reduksi senyawa oksidan, yang menyebabkan perubahan warna. Derajat perubahan warna memiliki korelasi dengan
konsentrasi antioksidan dalam sampel Resatet al., 2013
D. Fenolik dan Flavonoid