Ketepatan Penggunaan dana BOS

61 keterbatasan dalam mendapatkan data sebagai lampiran tentang alokasi penggunaan dana BOS, maka peneliti melakukan observasi pada setiap sekolah dengan mencatat apakah pembiayaan yang disebutkan oleh kepala sekolah sesuai dengan 13 komponen pembiayaan penggunaan dana BOS. Tabel V.1 Hasil Persentase Ketepatan Penggunaan Dana BOS No Dalam Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS Dalam Realitanya Sesuai Petunjuk Teknis Belum Sesuai Petunjuk Teknis 1. Pengembangan perpustakaan Wajib membeli buku teks kurikulum 2013, dan menambah koleksi buku perpustakaan 80 Belum digunakan untuk membeli buku teks kurikulum 2013, tidak mengganti buku teks yang rusak 20 2. Kegiatan dalam rangka penerimaan peserta didik baru Tidak dikenakan administrasi pendaftaran, 20 Dikenakan biaya pendaftaran dan belum digunakan untuk pembuatan spanduk bebas pungutan 80 3. Kegiatan pembelajaran ekstra kurikuler peserta didik Ada kegiatan dan dibiayai oleh sekolah 60 Masih dikenakan biaya pembelajaran kesenian dan pramuka 40 4. Kegiatan ulangan dan ujian Tidak dikenakan biaya ulangan dan ujian sekolah 60 Dikenakan pemungutan biaya ulangan dan ujian sekolah, biaya pembuatan laporan hasil ulangan 40 5. Pembelian bahan – bahan habis pakai Tidak dikenakan biaya pembelian buku tulis, kapur tulis, spidol, kerja, bahan pratikum, dan buku induk 40 Masih dikenakan pemungutan biaya pembelian kapur,pensil, spidol dan alat alat kebersihan 60 6. Langganan daya jasa Menggunakan dana BOS untuk listrik dan telepon, 60 Belum menggunakan jasa air PAM, internet dan membeli genset, berlangganan TV kabel 40 62 -lanjutan Tabel V.1 Hasil Persentase Ketepatan Penggunaan Dana BOS No Penggunaan Dana BOS Dalam Petunjuk Teknis Dalam Realitanya Sesuai Petunjuk Teknis Belum Sesuai Petunjuk Teknis 7. Perawatan sekolah Sekolah sudah menggunakan dana BOS untuk perbaikan pintu dan atap jendela 20 Belum digunakan untuk perbaikan jendela, pengecatan, kamar mandiWC dan perbaikan fasilitas kamar mandi agar berfungsi dengan baik padahal sudah rusak parah. 80 8. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer khusus sekolah negeri sebesar 20 Sekolah membayaran guru honorer, pegawai administrasi dan penjaga sekolah dengan dana BOS 40 Masih menarik uang komite untuk menambah pembayaran guru honorer 60 9. Pengembangan profesi guru Melakukan pengembangan profesi guru mengikuti seminar 60 Membayar perjalanan dinas kepala sekolah 40 10. Bantuan untuk siswa miskin Digunakan untuk siswa kurang mampu berupa pemberian uang untuk digunakan keperluan sekolah 20 Menggunakan biaya BOS untuk membantu siswa kurang mampu, mengurangi beban SPPnya 80 11. Pembiayaan pengelolaan BOS Digunakan untuk membeli printer, flasdisk,tinta dan insentif 80 Tidak menggunakan biaya pengelolaan BOS seperti printer sehingga menghambat proses pembuatan data 20 12. Pembelian dan perawatan perangkat komputer Dana BOS sudah digunakan untuk pembelian komputer baru, printer baru 20 Belum menggunakan dana BOS untuk pembelian perangkat komputer 80 63 -lanjutan Tabel V.1 Hasil Persentase Ketepatan Penggunaan Dana BOS No Penggunaan Dana BOS 13 Komponen Pembiayaan Dalam Realitanya Sesuai Petunjuk Teknis Belum Sesuai Petunjuk Teknis 13. Biaya lainnya jika seluruh komponen 1 s.d 12 telah terpenuhi pendanaan dari BOS Ada yang membeli kursi, meja yang sudah rusak. 20 Belum terpenuhi tetapi sekolah sudah berlangganan TV kabel, AC di ruang kepala sekolah menggunakan biaya setelah komponen 1 s.d 12 terpenuhi 80 Jumlah Persentase 44,62 55,38 Sumber: Hasil Penelitian Evaluasi 2015 Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa 55,38 sekolah belum cukup tepat dalam penggunaan dana BOS sesuai dengan petunjuk teknis penggunaan dana BOS 2014, tetapi ada 44,62 sudah sesuai dengan petunjuk teknis penggunaan dana BOS 2014. Data yang telah peneliti dapat dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan siswa akan diuraikan sesuai dengan aturan petunjuk teknis penggunaan dana BOS yang meliputi 13 komponen pembiayaan. Berikut ini adalah hasil data mengenai ketepatan penggunaan dana BOS yang belum sesuai yang didapat oleh peneliti, antara lain: 1. Pengembangan Perpustakaan Salah satu penggunaan dana BOS yaitu untuk pengembangan perpustakaan seperti pembelian buku teks pelajaran siswa dan pegangan 64 guru Kurikulum 2013 yang nantinya juga akan menjadi koleksi perpustakaan guna membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran. Data yang ada menunjukkan bahwa 80 sekolah telah menggunakan dana BOS untuk pengembangan perpustakaan, sedangkan 20 lainya tidak menggunakan dana BOS untuk pembelian buku teks Kurikulum 2013 dan menambah koleksi buku, namun alokasi dana BOS untuk pengembangan perpustakaan SMP lebih berfokus pada pembelian buku teks pembelajaran, dibandingkan dengan pemeliharaan bukukoleksi perpustakaan, pemeliharaan perabot perpustakaan, tenaga perpustakaan, pemeliharaan dan pembelian AC perpustakaan sehingga siswa merasa nyaman dan tenang, buku tidak rusak atau hilang, bahkan di beberapa sekolah yang sudah berdiri selama berpuluhan tahun masih menggunakan perpustakaan darurat yang sangat tidak layak, buku-buku yang tidak tertata rapi, buku, dan perabotan berdebu yang bisa mengakibatkan siswa terserang penyakit. Tak jarang siswa disuruh membersihkan perpustakaan karena tidak ada petugas kebersihan dan tenaga perpustakaan. Ironisnya lagi masih ada sekolah yang sama sekali tidak memiliki koleksi buku baru di perpustakaanya, hanya ada buku lama. Kalaupun ada buku baru hanya diletakan di kantor dan belum digunakan. Hanya guru mata pelajaran saja yang menggunakannya. Hal ini tentunya akan menghambat siswa dalam kegiatan pembelajaran karena tidak ada buku yang bisa menunjang siswa dalam mendapat pengetahuan yang baru dari buku tersebut. 2. Kegiatan dalam Rangka Penerimaan Peserta Didik Baru 65 Selain pengembangan perpustakaan salah satu penggunaan dana BOS yaitu untuk pembiayaan seluruh kegiatan dalam penerimaan siswa baru seperti untuk biaya pendaftaran, pembuatan spanduk sekolah bebas pungumutan, administrasi pendaftaran, dan penyusunan RAPBSRKAS. Dari hasil wawancara dan data yang ada menunjukkan bahwa 80 bahwa siswa masih dipungut biaya untuk pendaftaran saat masuk sekolah. Pungutan disetiap sekolah berbeda-beda dengan sekolah lainnya. Pungutan di sekolah negeri tentu berbeda dengan sekolah swasta. Hal ini bisa dilihat dari SMP yang masih menarik biaya pendaftaran, ada yang ribuan rupiah bahkan sampai ada ratusan ribu rupiah. Mulai dari Rp 50.000 sampai dengan Rp 150.000, tergantung dari punggutan yang sudah ditetapkan oleh sekolah. Tidak hanya biaya pendaftaran yang dipungut oleh sekolah, biaya daftar ulang masih dipungut oleh sekolah dan jumlahnya juga bervariasi mulai Rp 10.000 dan Rp 30.000, terutama untuk sekolah swasta. Hal ini menunjukan sekolah dalam menggunakan dana BOS belum tepat penggunaannya untuk kegiatan pendaftaran penerimaan siswa baru dan daftar ulang, Sehingga sekolah masih tetap menarik biaya pendaftaran dari orang tua siswa. Padahal dalam kegiatan pendaftaran dan daftar ulang sekolah telah mendapatkan bantuan berupa dana BOS dari pemerintah. Peneliti juga tidak menemukan pembuatan spanduk bahwa sekolah menerima dana BOS bebas pemungutan, sehingga ada banyak orang tua siswa yang tidak tahu tentang adanya dana BOS. 66 3. Kegiatan Pembelajaran dan Ekstra Kurikuler Peserta Didik Dana BOS juga digunakan untuk pembiayaan kegiatan pembelajaran dan ektra kurikuler peserta didik. Dari hasil wawancara dan data yang ada menunjukkan bahwa 40 ternyata siswa masih diminta iuran untuk kegiatan kesiswaan, salah satunya untuk kegiatan biaya pratikum biologi sebesar Rp 10.000, biaya pramuka sebesar Rp 40.000, biaya fotokopi Rp 3.000, dan Rp 7.000. Penarikan dilakukan tidak rutin, hanya saat ada kegiatan saja baru dilakukan penarikan. Misalnya penarikan untuk membayar fotokopi materi pembelajaran yang sudah di fotokopi guru jadi siswa hanya membayar saja. Dengan adanya penarikan sejumlah uang untuk kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler peserta didik tersebut, membuktikan bahwa penggunaan dana BOS masih belum direalisasikan dengan baik. Hal ini yang terkadang membuat tersendatnya proses kegiatan siswa di sekolah dan membuat orang tua siswa merasa terbebani terutama untuk keluarga siswa yang kurang mampu. 4. Kegiatan Ulangan dan Ujian Dana BOS juga digunakan untuk pembiayaan ulangan dan ujian sekolah, tetapi pada kenyataannya dari hasil wawancara dan data yang ada menunjukkan bahwa 40 sekolah masih menarik biaya untuk kegiatan ulangan dan ujian sekolah, sebagian besar yang melakukan penarikan adalah sekolah swasta. Karena biaya operasional sekolah swasta tidak sepenuhnya ditanggung oleh negara, dibandingkan dengan sekolah negeri. 67 Di sekolah swasta penarikan biaya ulangan berkisar dari Rp 10.000 sampai dengan Rp 25.000, sedangkan untuk biaya ujian sekolah karena biaya sebesar Rp 20.000, dan Rp 50.000. Hal ini membuat orang tua siswa merasa cukup terbebani. Untuk sekolah negeri peneliti tidak menemukan adanya penarikan biaya ulangan dan ujian sekolah karena sepenuhnya sudah ditanggung oleh negara melalui dana BOS dan bantuan bantuan lainnya. 5. Pembelian Bahan Habis Pakai Penggunaan dana BOS untuk membeli bahan habis pakai seperti pangadaan suku cadang sekolah, alat kantor, membeli minuman, dan makanan ringan untuk kebutuhan sekolah. Dari data yang ada menunjukkan bahwa 60 siswa masih diminta mengumpulkan sejumlah uang oleh wali kelas sebesar Rp 500 dan Rp 1.000 setiap minggunya. Uang itu digunakan sebagai uang kas kelas untuk digunakan sewaktu-waktu apabila spidol, kapur, penghapus buku induk pesera didik, sapu, membeli manila untuk membuat jadwal petugas kebersihan kelas, dan taplak meja guru di kelas karna habis digunakan atau hilang. Hal ini tentunya membuat siswa merasa terbebani, uang yang tadinya diberikan orang tua seharusnya untuk uang jajan, malah diberikan untuk membayar iuran kelas. Padahal dalam pernyataan kepala sekolah bahwa pengalokasian utama dana BOS adalah untuk kegiatan kegiatan siswa di sekolah terutama untuk kegiatan pembelajaran. Tetapi pada kanyataannya berbanding terbalik dengan hasil wawancara kepada guru dan siswa, penyebabnya bisa 68 jadi bahwa dalam melakukan penyusunan RAPBSRKAS tidak memberikan kesempatan kepada guru mengajukan penarikan sejumlah dana untuk digunakan pada kegiatan siswa di sekolah. Sehingga guru membuat ide iuran keuangan kelas yang nantinya akan digunakan untuk kepentingan kelas. Ada juga kepala sekolah yang memberikan keluasan kepada guru untuk membeli sendiri bahan habis pakai untuk pembelajaran, setelah itu guru yang bersangkutan bisa menunjukan buktinota pembelian untuk diganti uangnya. 6. Langganan Daya dan Jasa Dana BOS juga digunakan untuk pembiayaan langganan daya dan jasa di sekolah. Data yang ada menunjukkan bahwa 40 peneliti menemukan sekolah tidak menggukan internet modem baik dengan cara berlangganan atau prabayar sehingga untuk melaporkan pertanggungjawaban dana BOS, bendaharaoperator sekolah harus pergi ke warnet atau memberikan ke Dinas Pendidikan setelah itu Dinas Pendidikan yang meng-upload pelaporan sekolah ke webside Kemendikbud. Di beberapa kecamatan masih sering terjadi mati listrik pada waktu siang hari, tentu akan menghambat kegiatan di sekolah terutama kegiatan TU, Sekolah tidak melakukan pengadaan genset atau panel surya, agar ketika terjadi mati listrik sekolah bisa langsung menyalakan genset atau panel surya. Hal ini mestinya menjadi perhatian khusus oleh pihak sekolah terutama kepala sekolah dalam mengalokasikan dana BOS. 69 7. Perawatan Sekolah Di dalam petunjuk teknis penggunaan dana BOS 2014 menyebutkan bahwa komponen pembiayaan perawatan sekolah seperti; pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu, jendela kamar mandi, wc, perawatan lantai, dan perawatan fasilitas sekolah lainnya. Dengan adanya dana BOS harusnya sekolah bisa menggunakan dana BOS untuk melakukan perawatan sekolah. Data yang ada menunjukkan bahwa 80 sekolah masih memungut biaya berupa perbaikan dan perawatan gedung, dan fasilitas sekolah lainya. Besar pungutan bervariasi tergantung sekolah yang menarik biaya tersebut. Sebagian besar disesuaikan dengan kondisi ekonomi orang tua siswa masing-masing. Besar biaya pungutan ada Rp 300.000, Rp 450.000, Rp 500.000, dan ada juga sampai Rp 700.000. Berdasarkan data hasil wawancara dengan kepala sekolah, siswa dan data hasil observasi ternyata perawatan sekolah tidak dilakukan oleh sekolah, padahal sekolah sudah menerima dana BOS dari pemerintah pusat dan ditambah sumbangan dari orang tua siswa. Tetapi pada kenyataanya, setelah peneliti melakukan observasi ternyata masih banyak sekali kerusakan ringan di sekolah seperti tidak tersedia air di kamar mandi, pegangan pintu sdh rusak, keramik yang kotor, kamar mandi gelap karena tidak diterangi lampu, dan Sirkulasi udara yang buruk sehingga kamar mandi dan wc mengeluarkan bau busuk. Memang sekolah membutuhkan dana yang besar, mungkin melebihi dana BOS yang diterima dari pemerintah untuk alokasi perbaikan dan perawatan sekolah, Tapi dana BOS 70 yang tersedia seharusnya digunakan sesuai dengan petunjuk teknis penggunaan agar lebih bisa dirasakan manfaatnya. 8. Pembayaran Honorarium Bulanan Guru Honorer dan Tenaga Kependidikan Honorer Dana BOS juga digunakan untuk membayar honorarium bulanan guru dan tenaga kependidikan honorer. Dari data yang ada menunjukkan bahwa 60 sekolah masih menarik uang komiteSPP untuk membayar guru honorer dan tenaga kependidikan terutama di sekolah swasta. Karena sekolah swasta guru honorer dan pegawai kependidikan honorer jauh lebih banyak dibandingkan dengan PNS, Hampir disetiap sekolah swasta memiliki 13 sampai 19 Guru honorer dan tenaga kependidikan akibatnya dana BOS disekolah swasta sebagian besar dialokasi untuk pembiayaan ini jauh lebih besar dari alokasi pembiayaan lainnya. Hal ini juga tidak terlepas dengan ketidakjelasan aturan penggunaan dana BOS khususnya sekolah swasta. Pembayaran Honorarium berdasarkan kualifikasi guru honor dan tenaga kependidikan. Untuk pembayaran guru honorer dihitung per jam kerja atau per sekali tatap muka Rp 20,000, Rp 35.000, dan Rp 40.000, pembayaran bisa dilakukan perminggu atau perbulan. Bahkan ada guru yang sudah minta dibayar cicil gajinya sebelum mengajar, sedangkan untuk pegawai admistrasi Rp 1.500.000, Rp 1.650.000, dan pegawai perpustakaan, penjaga sekolah, satpam, pegawai kebersihan, pembayaran honor per bulan ada juga yang per minggu untuk kisaran bervariasi Rp 450.000, Rp 500.000, dan Rp 650.000. Peneliti juga menemukan 71 adanya guru PNS di sekolah swasta yang menerima bayaran gaji PNS dan juga mendapatkan bayaran honorer juga dari pihak yayasan. Hal ini juga tentunya menambah biaya yang harus dikeluarkan sekolah. Sedangkan di sekolah negeri sebagian besar guru dan tenaga kependidikan sudah berstatus PNS, sedangkan tenaga kependidikan honorer 3 sampai 5 orang saja sehingga sekolah negeri dalam mengalokasian dana BOS untuk membayar honorer tidak melebihi ketentuan yang diberlaku sebesar 20. Peneliti juga menemukan bahwa sekolah negeri sudah menerima dana BOS, tetapi masih memungut uang komiteSPP yang lumayan besar, dan juga menerima uang sumbangan dari orang tua siswa. Padahal biaya pembayaran honorer guru dan tenaga kependidikan di sekolah negeri jauh lebe kecil bila dibandingkan dengan sekolah swasta yang menghabiskan sebagian besar dana BOS hanya untuk membayar guru honorer dan tenaga kependidikan. 9. Pengembangan Profesi Guru Dana BOS juga digunakan untuk pengembangan profesi guru. Dari data yang ada menunjukan bahwa 60 sekolah telah menggunakan dana BOS untuk pembiayaan kegiatan biaya transport seminar kurikulum 2013 Rp 2.000.000, dan Rp 1.800.000, Pembinaan dan pelatihan dapodik Rp 1.100.000, dan 1.250.000, pembinaan tenaga ketatausahaan Rp 1.800.000, dan Biaya perjalan dinas kepsek. Sedangkan 40 sekolah tidak menggunakan dana BOS untuk pengembangan profesi guru. Dengan adanya dana BOS tidak hanya meringankan biaya operasional sekolah 72 tetapi juga meningkatkan kualitas para guru dan tenaga kependidikan melalui kegiatan tersebut. 10. Membantu Peserta didik Miskin Dana BOS juga harusnya bisa digunakan untuk pemberian bantuan transportasi siswa miskin. Hasil wawancara dengan kepala sekolah maupun siswa, peneliti tidak menemukan adanya pemberian bantuan transportasi bagi siswa miskin. Dari data yang ada menunjukkan bahwa 80 tidak ada sekolah yang memberikan bantuan transportasi tersebut. Karena siswanya bertempat tinggal dekat dengan sekolah, namun ada juga yang bertempat tinggal jauh di luar kota dan setiap harinya harus naik angkutan umum, truk atau ojek ke sekolah. Itu dilakukan setiap hari, meskipun begitu ada juga yang memberikan bantuan biaya transportasi untuk siswa hanya berupa bantuan BSM 20 saja yang pemberianya 1 semester sekali atau ada juga diganti dengan mengurangi beban uang komiteSPP kepada orang tua siswa yang kurang mampu. 11. Pembiayaan pengelolaan BOS Dana BOS juga digunakan untuk pembiayaan pengelolaan BOS seperti alat tulis kantor, pengadaan, flash disk, surat-menyurat, insentif bagi bendahara dalam penyusunan laporan, dan biaya transport pengambilan dana BOS, Dari data yang ada menunjukkan bahwa 80 penggunaan dana BOS untuk alokasi ini sudah tepat. Pembiayaan ini dimaksudkan untuk memperlancar dan mempermudah pihak sekolah khususnya kepala sekolah dan bendahara dalam melakukan pengelolaan BOS. Sayangnya 73 peneliti menemukan dalam hal ini biaya insentif dan transport terlalu besar, misalkan sekolah yang berada di dalam kota berdekatan dengan Bank tetapi biaya transport yang terlampu besar. Peneliti juga masih menemukan 20 sekolah belum menggunakan dana BOS untuk pengelolaan seperti membeli printer sehingga menghambat ketika peneliti meminta laporan pertanggungjawaban sehingga harus menunggu beberapa hari untuk di print dan juga surat telah melakukan penelitian. 12. Pembelian dan Perawatan Perangkat Komputer Berdasarkan data yang ada menunjukkan 20 Dana BOS digunakan sekolah untuk membeli 1 unit printer, dan laptop, dicatat sebagai inventaris sekolah ditaru di sekolah. Khususnya untuk laptop terkadang bendahara membawa pulang ke rumah untuk digunakan membuat laporan keuangan. Ketika peneliti meminta data sekunder berupa laporan per triwulan kepada pihak sekolah, sekolah malah beralasan sekolah laptop rusak dan belum diperbaiki sehingga peneliti tidak mendapat data yang akurat. 13. Biaya lainnya jika seluruh komponen 1 s.d 12 telah terpenuhi pendanaanya dari BOS Pada pembiayaan dilakukan jika seluruh komponen 1 s.d 12 telah terpenuhi dari BOS. Tetapi pada kenyataanya data yang ada menunjukkan bahwa 80 setiap sekolah telah menggunakan dana BOS untuk pembiayaan sebelum terpenuhi komponen 1 s.d 12, terutama digunakan untuk pembiayaan pembelian dan perbaikan kursi dan meja siswa. Selain itu juga sekolah menggunakan dana BOS untuk 74 membayar iuran TV kabel yang ditaru di ruang guru dan TU, ironisnya kamar mandiWC tidak diperbaiki, lantai sekolah rusak, lampu penerangan di sekolah yang tidak memadai untuk penerangan malam hari, tempat sampah pun tidak ada, alhasil siswa membuang sampah sembarangan, dan juga dana BOS digunakan untuk kebutuhan natal. Semua itu tentu akan mengurangi alokasi yang seharusnya sudah ditetapkan. Padahal sekolah telah menerima uang sumbangan dari orang tua siswa untuk uang pembangunan dan menarik uang komite sekolah. Ada pula sekolah malah mendiamkan sisa dana BOS periode tahun sebelumnya, padahal kondisi sarana dan prasarana sekolah rusak, bukannya diperbaiki malah di diamkan dana BOS. Dari adanya uraian tentang ketepatan penggunaan dana BOS oleh setiap sekolah, maka dapat diketahui bahwa dalam pemanfaatan dana BOS dari pemerintah belum dapat direalisikan dengan baik dan tepat oleh pihak sekolah. Padahal banyak pihak yang menuntut agar alokasi anggaran pendidikan dinaikan guna untuk peningkatan mutu dan perluasan akses pendidikan. Sehingga tidak ada permasalahan siswa putus sekolah apalagi sekolah pendidikan dasar dan setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama dan menikamati pendidikan dengan layak di pendidikan dasar. Padahal pemerintah sudah berusaha untuk memberikan berbagai macam bantuan. Salah satunya dana BOS ini yang harus dimanfaatkan sebaik- baiknya dalam mengoperasikan kegiatan di sekolah, untuk itu perlu juga didukungan dari setiap sekolah yang telah mendapat sumbangan bantuan 75 dana BOS guna membantu siswa yang tidak mampu untuk bisa menuntaskan pendidikan dasarnya, bukan malah menambah pungutan yang harus ditanggung orang tua siswa. Memang kebutuhan setiap sekolah berbeda-beda terutama kebutuhan sekolah di daerah tertinggal dan juga dana BOS yang diberikan pemerintah berbeda-beda pula, tergantung jumlah siswanya. Tetapi pada kenyataan peneliti mendapat bahwa dana BOS yang diterima tidak dialokasikan pengunaannya dengan baik sesuai kebutuhan yang tepat sesuai dengan aturan dalam petunjuk teknis penggunaan dana BOS oleh sekolah.

B. Transparansi Pertanggungjawaban Keuangan Dana BOS

Diartikan peneliti tentang transparansi pertanggungjawababn keuangan dana BOS adalah sejauh mana keterbukaan pihak sekolah dalam mempertanggungjawabkan dana BOS yang diterima dan dipertanggungjawabkan. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti kepada kepala sekolah dan guru tentang pertanggungjawaban dana BOS dapat dilihat pada bagan dibawah ini: Bagan V.2 Hasil dari Transparansi Pertanggungjawaban Dana BOS Di Transfer ke Rek. Sekolah Dibuat Kepala Sekolah + Bendahara RAPBSRKAS Laporan BOS Dana BOS dari Pemerintah Pusat KemendikbudDinas Pendidikan dan Kebudayaan Halmahera Utara 76 Sumber: Hasil Penelitian Dana BOS 2015 Dari hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti bahwa secara umum pertanggungjawaban Dana BOS di SMP Kabupaten Halmahera Utara belum transparan. Pertanggungjawaban dana BOS yang telah diterima digunakan oleh setiap sekolah belum sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan BOS 2014 yang telah ditetapkan. Hal ini bisa dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel V.2 Hasil Persentase Transparansi Pertanggungjawaban Dana BOS NO . Transparansi Pertanggungjawaban Dana BOS Petunjuk Teknis BOS Realita Disekolah Sesuai Dengan Petunjuk Teknis BOS Belum Sesuai Dengan Petunjuk Teknis BOS 1. Memasukan dana BOS yang diterima ke dalam RAPBS RKAS Dana BOS dimasukan dalam RAPBSRKAS yang mnecangkup seluruh penerimaan sekolah dan bisa menunjukannya 60 Dana BOS dimasukan dalam RAPBSRKAS,tapi tidak bisa menunjukan RAPBSRKAS‟nya dan dalam penyusunannya tidak melibatkan pihak lain, hanya Kepala Sekolah dan Bendahara. 40 2. Pengeluaran dana BOS berdasarkan RAPBS RKAS yang sudah disepakati oleh Kepala Sekolah, Dewan Guru, Komite Sekolah, Ketua Yayasan Pengalokasian dan pengeluaran dana BOS berdasarkan RABPSRKAS disepakati oleh komponen sekolah, komite sekolah dan mengungumkan di papan informasi 20 Pengeluaran dana BOS hanya disepakati yang menyusun RAPBS RKAS saja yaitu Kepala Sekolah dan Bendahara. Dan tidak mengumumkannya 80 77 -lanjutan Tabel V.2 Hasil Persentase Transparansi Pertanggungjawaban Dana BOS NO . Transparansi Pertanggungjawaban Dana BOS Petunjuk Teknis BOS Realita Disekolah Sesuai Dengan Petunjuk Teknis BOS Belum Sesuai Dengan Petunjuk Teknis BOS 3 Pelaporan pertanggung jawaban penerimaan dan penggunaan dana BOS kepada pihak yang berkepentingan setiap triwulannya Dilaporkan ke Dinas Pendidikan K dan Dinas Pendidikan P dan Kemdikbud dan yayasan bagi sekolah swasta setiap triwulan 60 Laporan pertanggungjawaban keuangan hanya dilaporkan ke Dinas Kabupaten setiap triwulannya 40 Jumlah Persentase 46,67 53,33 Sumber: Hasil Penelitian Evaluasi 2015 Dilihat dari tabel di atas menunjukkan bahwa 53,33 SMP di Kabupaten Halmahera Utara belum melakukan pertanggungjawaban secara transparan, sedangkan baru 46,67 SMP di Halmahera Utara telah melakukan pertanggungjawaban keuangan dana BOS secara transparan. Hal tersebut diketahui hasil wawancara kepada guru dan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS yang telah digunakan oleh sekolah mulai dari: 1. Di terima Dana BOS dan dimasukan ke dalam RAPBSRKAS Dalam penerimaan dana BOS seharusnya dana tersebut langsung dimasukkan dalam RAPBSRKAS Formulir BOS K-1 dan BOS-K2 untuk dijadikan bagian dari pendapatan sekolah yang digunakan dalam pengoperasian kegiatan sekolah. Dari data yang ada menunjukkan bahwa 20 sekolah tidak bisa memberikan RAPBSRKASnya dengan alasan 78 bendahara sedang bertugas keluar kota dan belum direvisi laporan penggunaan dana BOS, sehingga peneliti tidak bisa mengetahui pemasukan dana BOS tersebut ke dalam RAPBSRKAS, meskipun setiap kepala sekolah yang diwawancarai telah menyatakan bahwa dana BOS sudah masuk dalam RAPBSRKAS. Guna untuk mengetahui bahwa dana BOS sudah dimasukan kedalam RAPBSRKAS, maka dalam penyusunan RAPBSRKAS seharunya banyak pihak yang terlibat, meskipun bila dilihat kurang efisien karna sekolah harus membutuhkan tenaga, waktu dan biaya dalam pembuatannya karena melibatkan banyak pihak, tetapi hasilnya pun lebih dapat dipercaya oleh sekolah sendiri dan juga orang tua siswa. Akan tetapi peneliti menemukan dalam penyusunan RAPBSRKAS ini, sekolah hanya melibatkan kepala sekolah dan bendahara saja, bahkan ada juga kepala sekolah yang mengakui bahwa penyusunan sepenuhnya diberikan tanggungjawab kepada bendaraha. Karena RAPBSRKAS hanya dijadikan formalitas administrasi sebagai pertanggunjawaban saja. Sehingga sekolah tidak mengikut sertakan keterlibatan orang tua siswa dalam penyusunan RAPBSRKAS. Kepala sekolah beralasan bahwa akan membutuhkan waktu dan biaya, maka hanya di wakili oleh Komite Sekolah saja dirasanya sudah cukup. Tetapi dalam hal ini, Komite Sekolah hanya sebatas menandatangangi saja, tidak terlibat secara langsung dalam penyusunan RAPBSRKAS. Padahal dalam petunjuk teknis penggunaan BOS 2014 sudah jelas bahwa rencarana jangka menengah, dan RAPBSRKAS harus disetujui dalam rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan