Transparansi Pertanggungjawaban Keuangan Dana BOS

78 bendahara sedang bertugas keluar kota dan belum direvisi laporan penggunaan dana BOS, sehingga peneliti tidak bisa mengetahui pemasukan dana BOS tersebut ke dalam RAPBSRKAS, meskipun setiap kepala sekolah yang diwawancarai telah menyatakan bahwa dana BOS sudah masuk dalam RAPBSRKAS. Guna untuk mengetahui bahwa dana BOS sudah dimasukan kedalam RAPBSRKAS, maka dalam penyusunan RAPBSRKAS seharunya banyak pihak yang terlibat, meskipun bila dilihat kurang efisien karna sekolah harus membutuhkan tenaga, waktu dan biaya dalam pembuatannya karena melibatkan banyak pihak, tetapi hasilnya pun lebih dapat dipercaya oleh sekolah sendiri dan juga orang tua siswa. Akan tetapi peneliti menemukan dalam penyusunan RAPBSRKAS ini, sekolah hanya melibatkan kepala sekolah dan bendahara saja, bahkan ada juga kepala sekolah yang mengakui bahwa penyusunan sepenuhnya diberikan tanggungjawab kepada bendaraha. Karena RAPBSRKAS hanya dijadikan formalitas administrasi sebagai pertanggunjawaban saja. Sehingga sekolah tidak mengikut sertakan keterlibatan orang tua siswa dalam penyusunan RAPBSRKAS. Kepala sekolah beralasan bahwa akan membutuhkan waktu dan biaya, maka hanya di wakili oleh Komite Sekolah saja dirasanya sudah cukup. Tetapi dalam hal ini, Komite Sekolah hanya sebatas menandatangangi saja, tidak terlibat secara langsung dalam penyusunan RAPBSRKAS. Padahal dalam petunjuk teknis penggunaan BOS 2014 sudah jelas bahwa rencarana jangka menengah, dan RAPBSRKAS harus disetujui dalam rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan 79 komite sekolah dan disahkan oleh SKPD Pendidikan KabupatenKota untuk sekolah negeri atau yayasan untuk sekolah swasta. Yang lebih parah lagi sekolah tidak melibatkan guru dalam penyusunan RAPBSRKAS seperti penjelasan di atas, bahwa hanya kepala sekolah dan bendahara yang mengetahui karena terlibat langsung dalam penyusunan RAPBSRKAS, guru yang terlibat hanya guru yang dijadikan bendahara. Sedangkan guru yang lainya tinggal menerima hasil penyusunan tersebut tanpa bisa memberikan kritik dan saran dari hasil penyusunan tersebut. Guru hanya diberikan kesempatan oleh kepala sekolah untuk mengajukan proposal kegiatan sekolah seperti pembelian alat untuk dijadikan sarana pembelajaran dan bahan habis pakai. Guru juga diberikan kesempatan membeli kebutuhan kegiatan di sekolah dengan dana pribadi guru, setelah itu guru yang bersangkutan bisa menunjukan bukti pembelian untuk diganti dana yang telah dikeluarkannya, meskipun begitu belum tentu guru mengetahui langsung bahwa proposal kegiatannya sudah dimasukan ke dalam anggaran belanja. Hal ini karena kebijakan sepenuhnya ada ditangan kepala sekolah. Sedangkan dari hasil wawancara dengan siswa, siswa masih diminta membawa beberapa alat untuk digunakan dalam kegiatan sekolah, seperti kegiatan kerja bakti, siswa diminta membawa sapu, kain lap, bunga, parang untuk membersikan rumput dihalaman sekolah dan ruang kelas, ada juga diminta iuran praktek, iuran uang kelas untuk membeli spidol, kapur, penghapus, dan taplak meja. Padahal sudah jelas dalam petunjuk teknis penggunaan BOS 2014, sekolah mengalokasikan dana BOS yang disusun 80 dalam RAPBSRKAS sudah harus mencangkup 13 komponen pembiayaan BOS tersebut. 2. Kesepakatan Pengalokasian Penggunaan Dana BOS Sesuai dengan aturan petunjuk teknis BOS 2014, bahwa penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara tim manajemen BOS kabupaten, kepala sekolah, dewan guru, komite sekolah 1 orang tua wali siswa, dan ketua yayasan bagi sekolah swasta. Hasil dari kesepakatan di atas harus ditulis dalam bentuk berita acara rapat dan di tandatangani oleh peserta rapat. Kesepakatan penggunaan dana BOS harus di dasarkan skala prioritas kebutuhan sekolah. Dari data yang peneliti dapatkan menunjukkan bahwa 80 sekolah menggunaan dana BOS hanya disepakati oleh yang membuat RAPBSRKAS saja, jadi dana yang dikeluarkan sekolah sesuai dengan yang ada di RAPBSRKAS itu, selain itu tidak diperkenankan. Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, menyatakan bahwa semua komponen sekolah telah disepakati dalam penggunaan dana BOS, artinya bahwa semua komponen sekolah telah disepakati dan diputuskan bersama antara tim manajemen BOS kabupaten, kepala sekolah, dewan guru, komite sekolah, dan ketua yayasan bagi sekolah. Akan tetapi dari hasil wawancara dengan guru menunjukan bahwa kepala sekolah tidak melibatkan tim BOS kabupaten, dewan guru, dan komite sekolah, hanya disetujui oleh kepala sekolah dan bendahara saja. Karena pada kenyataannya penyusunan RAPBSRKAS untuk pengalokasian 81 dan penggunaan dana BOS, kepala sekolah dan bendahara yang membuat sendiri dan menyepakatinya tanpa melibatkan pihak lain, kalaupun dilibatkan hanyalah komite sekolah saja, itupun hanya untuk menandatangani saja tidak melibatkan dalam penyusunan pengalokasian dan penggunaan dana BOS. Salah satu kepala sekolah menyatakan bahwa kebutuhan sekolah hanyalah kepala sekolah yang paling tau. Untuk itu kebijakan penggunaan dana sekolah sepenuhnya ada ditangan kepala sekolah. Sedangkan kepada orang tua murid, kepala sekolah menyatakan hanya memberikan sosialisasi terkait dana BOS. 3. Pelaporan Pertanggungjawaban Penggunaan Dana BOS. Dalam rangka untuk akuntabilitas dan transparansi penggunaan dana BOS, sekolah berkewajiban untuk membuat laporan keuangan seperti RAPBSRKAS BOS K-1 dan BOS K-2, berbagai macam pembukuan seperti buku kas umum BOS K-3, buku pembantu kas BOS K-4, buku pembantu bank BOS-K5, buku pembantu pajak BOS K-6, BOS K-7 realisasi penggunaan dana tiap sumber dana, rekapitulasi realisasi penggunaan dana BOS, bukti pengeluaran, buku pajak, sesuai yang telah dinyatakan oleh kepala sekolah. Tetapi dari data yang ada menunjukkan bahwa 80 sekolah dalam pelaporan keuangan dana BOS hanya melaporkan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten dan 20 sekolah melaporkan pertangggungjawaban keuangan ke Dinas Pendidikan Kabupaten, Dinas Pendidikan Provinsi, Kemendikbud www.bos.kemendikbud.go.id dan Ketua yayasan. Selain itu pihak atasan 82 tidak diberikan laporannya, pernyataan ini langsung dari wawancara yang dilakukan kepada sekolah dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Halmahera Utara. Padahal dalam pelaporan penggunaan dana BOS selain pihak sekolah melaporkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ditingkat kabupaten harusnya sekolah melaporkan juga kepada pihak lain yang berkepentingan salah satunya orang tua siswa juga sepantasnya mengetahui penggelolaan keuangan dana BOS disekolah. Meskipun orang tua siswa bukan yang memberikan dana BOS tersebut tetapi orang tua siswa merasa anaknya mendapat bantuan dana BOS dari Pemerintah untuk itu orang tua siswa juga berhak dan merasa wajar bila harus mengetahui pengelolaan dan pelaporanya. Karena orang tua siswa juga merasa masih terbebani mengeluarkan uangnya untuk berbagai biayai sekolah anaknya, baik yang berupa sumbangan, uang pembangunan, iuran tiap bulan, uan pendaftaran, dan uang praktek, jadi harusnya wajib orang tua siswa mengetahui semua laporan yang berkaitan dengan keuangan terutama dana BOS. Sedangkan waktu pelaporan penggunaan dana BOS ke Dinas Pendidikan yaitu setiap triwulan atau setiap tiga bulan sekali dengan membuat membuat RAPBSRKAS BOS-K1 dan BOS K-2, berbagai macam pembukuan seperti buku kas umum BOS-K3, buku pembantu kas BOS-K4, buku pembantu bank BOS-K5, buku pembantu pajak BOS K-6, realisasi penggunaan dana tiap sumber dana, rekapitulasi realisasi penggunaan dana BOS, bukti pengeluaran, buku pajak dan BOS K-7. 83 Dalam petunjuk teknis dana BOS bahwa pelaporannya selain setiap 3 bulan sekali, setiap semester dan setiap tahunan sekali, terkadang jadwal pelaporannya berubah. Hal ini karena pemerintah membuat jadwal yang kadang berubah-ubah waktunya terang salah satu kepala sekolah saat diwawancarai. Faktor inilah yang terkadang membuat pihak sekolah terlambat dalam dalam membuat laporan pertanggungjawabannya dan cenderung lambat membuat laporannya. Dari adanya uraian di atas tentang pertanggungjawaban dana BOS, telah diketahui dalam pertanggungjawabannya dana BOS, sekolah belum transparansi, karena pihak sekolah dalam melaporkan penggunaan dana BOS hanya ke pihak atasan saja, tanpa melibatkan pihak orang tua siswa atau warga sekolah. Padahal bantuan dana BOS diberikan pemerintah memang ditunjukan untuk meringankan biaya operasinal sekolah yang secara langsung meringankan biaya pendidikan bagi orang tua siswa. Selain itu pula orang tua siswa juga menjadi salah satu sumber masukan pendapatan kas sekolah yang berupa sumbangan iuran setiap bulan, uang pembangunan, dan uang lainnya. Selain laporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS tidak disampaikan kepada orang tua siswa dalam rapat orang tua murid, harusnya sekolahan bisa menyampaikan secara langsung kepada orang tua siswa dengan cara menempelkan laporan pertanggunjawaban BOS di papan informasi di depan sekolah. Dengan begitu orang tua siswa bisa mempunyai gambaran atau pengetahuan tentang pengelolaan BOS dan tidak lagi 84 membuat orang tua siswa bertanya-tanya dengan ketidakjelasan yang selama ini orang tua siswa rasakan dan pertanyakan, terutama tentang laporan pengelolaan keuangan disekolah khususnya pengelolaan dana BOS.

C. Pengawasan Pelaksanaan Dana BOS

Dari hasil wawancara kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Halmahera Utara tentang Pengawasan Pelaksanaan Dana BOS dapat di lihat di bagan di bawah ini: Bagan V.3 Hasil Dari Pengawasan Pelaksanaan Dana BOS Sumber: Hasil Penelitian Evaluasi 2015 Berdasarkan hasil wawancara di atas diketahui bahwa secara umum pengawasan dana BOS yang telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Halmahera Utara selaku pimpinan instansi pendidikan tertinggi di kabupaten belum sesuai dengan tugas dan fungsi dalam melakukan pengawasan dana BOS. Hal ini bisa dilihat pada tabel berikut ini: Tim Manajemen BOS Kota Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Utara Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri Swasta Inspektorat Kabupaten Halmahera UtaraBPK 85 Tabel V.3 Hasil Persentase Pengawasan Pelaksanaan Dana BOS NO. Pengawasan Pelaksanaan Dana BOS Dalam Petunjuk Teknis Dalam Realitanya Sesuai Dengan Petunjuk Teknis Belum Sesuai Dengan Petunjuk Teknis 1. Mensosialisasikan dana BOS serta melakukan pembinaan dana BOS Melakukan sosialisasi dan pembinaan terhadap sekolah 80 Hanya mensosialisasikan serta pembinaan kepada kepala sekolah bendahara saja sehingga masyarakat pada umumnya tidak mengetahui tentang dana BOS 20 2. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan dana BOS oleh masyarakat Memberikan pelayanan dan pengaduan BOS baik secara online maupun secara langsung serta melakukan penanganan pengaduan oleh masyarakat 20 Memberikan pelayanan dan penanganan hanya kepada kepala sekolahbendahara saja dan melakukan penanganan 80 3. Melakukan monotoring evaluasi pelaksanaan dana BOS di sekolah Melakukan monitoring dan evaluasi terkait penyaluran, penyerapan, penggunaan langsung dengan kunjungan ke sekolah 40 Hanya menerima laporan dari pengawas sekolah operator Sekolah BOS secara langsung dan online 60 Jumlah Persentase 46,66 53,34 Sumber Hasil Penelitian Evaluasi 2015 Di lihat tabel di atas menunjukkan bahwa 53,34 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Halmahera Utara belum menjalankan fungsi dan tugasnya sesuai dengan petunjuk teknis BOS, tetapi 46,66 sudah sesuai dengan pentunjuk teknis pengawasan BOS. Data yang didapat dari hasil wawancara dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Halmahera Utara akan diuraikan satu persatu untuk dapat diketahui dengan jelas realita pengawasan 86 pelaksanaan dana BOS yang telah dilakukan. Adapun hasil data mengenai pengawasan dana BOS yang belum sesuai, antara lain: 1. Mensosialisasikan Dana Bos dan Melakukan Pembinaan Salah satu tugas dari Dinas Pendikan dan Kebudayaan Kabupaten Halmahera Utara adalah mensosialisasikan dana BOS serta melakukan pembinaan kepada sekolah dan masyarakat. Tetapi dari data yang peneliti dapatkan menunjukkan bahwa 20 Dinas Pendidikan sejauh ini hanya mengsosialisasi dana BOS kepada sekolah Kepala sekolah dan Bendahara sedangkan untuk sosialisasi kepada masyarakat pada umumnya Dinas Pendidikan belum melakukannya. Dinas Pendidikan menyatakan bahwa sekolah sudah mengsosialisasikan dana BOS kepada masyarakatorang tua siswa, sosialisasi dilakukan pada saat rapat orang tua murid. Tetapi pada kenyataannya berbanding terbalik dengan apa yang peneliti temukan di sekolah. Di sekolah sosialisasi yang dilakukan hanya berupa gambaran umum saja, artinya tidak dibahas secara rinci dan mendalam mengenai ketentuan aturan-aturan dana BOS 2014, sehingga orang tua siswa mempercayai saja tanpa berpikir kritis mempertanyakan tentang dana BOS tersebut. Pada saat sosialisasi Dinas Pendidikan memberikan buku panduan petunjuk teknis penggunaan dan pertanggungjawaban dana BOS 2014 kepada setiap sekolah dan menjelaskan kepada kepala sekolahbendahara terkait adanya perubahan baru dalam pentujuk teknis penggunaan dan pertanggungjawaban dana BOS yang baru secara umum. 87 Sekolah juga diberi kesempatan secara langsung ketika sekolah tidak memahami petunjuk teknis penggunaan dan pelaporan BOS, maka sekolah bisa langsung datang meminta penjelasan ke Dinas Pendidikan untuk diarahkan. Dinas Pendidikan memang sudah memberikan sosialiasi kepada seluruh kepala sekolah dan bendahara, tetapi mengsosialisasikan ke masyarakat haruslah dilakukan, karena masyarakat harus mengetahui progam BOS ini, bukan cuma sekedar mengetahui saja, tetapi masyarakat berfungsi sebagai pengawas independent progam BOS. . Hal ini menunjukan bahwa Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Halmahera utara tidak menjalankan fungsi dan tugas yang semestinya. Padahal dalam aturan BOS dan juga undang-undang nomor 14 tahun 2008 menjamin masyarakat untuk menerima informasi dari pejabat publik, termasuk mempertanyakan keterbukaan pengunaan dana BOS, pejabat publik pun wajib memberikan informasi yang diperlukan kepada pemohon dan bahkan bisa di penjara atau di denda jika mengabaikan keterbukaan informasi itu. Untuk itu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Halmahera Utara wajib harus memberikan sosialisasi dan pembinaan kepada setiap kepala sekolah, komite sekolah dan masyarakat tentang progam BOS. 2. Memberikan Pelayanan dan Penanganan BOS Selain Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Halmahera Utara memberikan sosialisasi dan pembinaan dana BOS. Dinas Pendidikan juga memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan BOS. Dari data yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa 80 Dinas Pendidikan dalam memberikan