Aspek Konformitas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konformitas

12 anggota. Kebutuhan akan persetujuan dan penerimaan sosial merupakan bagian dari diri manusia. Ketika seseorang tidak melakukan konformitas dengan kelompok sehingga terjadi penyimpangan, maka kelompok akan menjauhinya bahkan menghukumnya. Pengaruh normatif biasanya berakibat dalam public compliance, melakukan atau mengatakan sesuatu memiliki keyakinan terhadap hal tersebut. Pengaruh sosial informasional terjadi ketika seseorang melakukan konformitas pada anggota lainnya dengan tujuan mendapatkan informasi akurat tentang realita. Perilaku tersebut biasanya terjadi pada situasi tertentu: ketika ada keambiguan, individu menjadi merasa bingung apa yang harus dilakukannya dan alhasil bersandar pada orang lain untuk mendapatkan solusi atau jawaban. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang, semakin bernilai pula untuk dijadikan sebagai suatu sumber. Hal ini yang menyebabkan individu sering mencari bantuan kepada seorang yang ahli.

3. Aspek Konformitas

Berdasarkan penjelasan dari Deutsch dan Gerard dalam Baron et al., 2005 mengenai alasan orang melakukan konformitas, maka terdapat dua aspek konformitas, yaitu Baron et al, 2005: a. Aspek normatif Aspek normatif didasarkan pada keinginan untuk disukai dan rasa takut akan penolakan. Aspek ini meliputi perubahan sikap atau tingkah laku 13 untuk memenuhi harapan orang lain, untuk mendapatkan penerimaan yang didambakan , serta untuk menghindari penolakan. Sejak kecil manusia telah tertanam bahwa dengan melakukan apa yang orang lain suka, maka akan mendapatkan persetujuan dan penerimaan yang diinginkan. Jika kecenderungan untuk melakukan konformitas terhadap norma sosial berakar pada keinginan untuk disukai dan diterima oleh orang lain, maka apa pun yang dapat meningkatkan rasa takut akan penolakan oleh orang lain juga akan meningkatkan konformitas. b. Aspek informasional Aspek ini didasarkan pada keinginan untuk merasa benar. Motivasi untuk merasa benar dan akurat mendorong individu untuk merujuk pada orang lain. Pendapat dan tindakan orang lain pun dijadikan panduan pendapat dan tindakan individu ketika berada dalam situasi ambigu atau tidak jelas. Saat individu merasa tidak yakin mengenai mana yang tepat dalam situasi tertentu, maka individu akan merujuk pada orang lain dengan tujuan mencari ketepatan tersebut. Tindakan dan pendapat orang lain memberikan gambaran tentang kenyataan sosial, dan individu menjadikan sebagai pedoman bagi tindakan dan pendapat individu itu sendiri. Dengan kata lain, individu cenderung bergantung pada orang lain sebagai sumber informasi mengenai berbagai aspek dunia sosial. Hal ini juga dapat 14 disimpulkan individu tersebut memiliki minat yang tinggi terhadap dunia sosial.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konformitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi individu melakukan konformitas, yaitu Sears et al., 1985: a. Kurangnya informasi Orang lain dianggap sebagai sumber informasi yang penting karena seringkali orang lain mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh individu. Ketika individu melakukan apa yang orang lain lakukan, individu akan memperoleh manfaat dari pengetahuan orang tersebut. b. Kepercayaan terhadap kelompok Semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, maka semakin tinggi kemungkinan individu melakukan konformitas. Semakin tinggi tingkat keahlian kelompok dalam hubungannya dengan individu, semakin tinggi pula tingkat kepercayaan dan penghargaan individu terhadap pendapat kelompok. c. Kepercayaan yang lemah terhadap penilaian sendiri Kepercayaan yang tinggi terhadap penilaian sendiri akan menurunkan konformitas. Salah satu faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan individu terhadap kemampuannya sendiri, sedangkan salah satu faktor yang 15 mempengaruhi keyakinan individu terhadap kemampuannya adalah tingkat kesulitan penilaian yang dibuat. Semakin sulit penilaian, semakin rendah rasa percaya yang dimiliki individu dan semakin tinggi kemungkinan individu akan mengikuti penilaian orang lain. d. Rasa takut terhadap celaan sosial Celaan sosial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sikap individu karena pada dasarnya hampir setiap manusia cenderung berusaha memperoleh pesetujuan dan menghindari celaan kelompok dalam setiap tindakan. e. Rasa takut terhadap penyimpangan Rasa takut dipandang sebagai orang yang menyimpang merupakan faktor dasar hampir dalam semua situasi sosial. Individu tidak ingin dilihat sebagai orang yang lain dari yang lain. Individu ingin agar kelompok menyukainya, memperlakukannya dengan baik dan bersedia menerimanya. f. Kekompakan kelompok Konformitas juga dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya.Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas yang tinggi pula. Ketika individu merasa akrab dengan anggota kelompok yang lain, maka akan semakin menyenangkan bagi individu bila kelompok mengakui individu, dan akan semakin menyakitkan bila kelompok mencela individu. Kemungkinan untuk melakukan konformitas akan semakin besar 16 jika individu mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi anggota kelompok tersebut. g. Kesepakatan kelompok Individu yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan menerima tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Jika tidak ada kesatuan dalam kelompok, tingkat konformitas akan menurun dalam kelompok tersebut. h. Ukuran kelompok yang sependapat Konformitas akan meningkat bila ukuran mayoritas yang sependapat juga meningkat, setidaknya sampai tingkat tertentu. Di sisi lain, Wilder dalam Sears et al., 1985 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pengaruh ukuran kelompok terhadap tingkat konformitas tidak besar. Jumlah pendapat lepas dari kelompok yang berbeda atau dari individu merupakan pengaruh utama konformitas. Peningkatan ukuran kelompok di atas tiga atau empat individu memiliki pengaruh yang sedikit terhadap konformitas. Tambahan penilaian lepas dari orang di luar kelompok juga dapat meningkatkan konformitas. Penelitian ini akan lebih menekankan faktor kurangnya informasi. Hal ini dikarenakan informasi memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan, sedangkan remaja akhir yang akan memasuki masa dewasa sudah 17 mulai dituntut untuk dapat mengambil keputusan secara mandiri Santrock, 2003.

5. Jenis Konformitas