Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penyakit difteri merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, kadang juga menyerang selaput lendir atau kulit serta konjungtiva atau vagina James Chin, 2000. Difteri merupakan salah satu penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi PD3I dan potensial menimbulkan Kejadian Luar Biasa KLB. Oleh karena itu difteri harus bisa ditanggulangi secepat mungkin agar jumlah kasus tidak terus meningkat setiap tahunnya Dirjen P2PL, 2003. Jumlah penderita difteri di dunia dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Berdasarkan data laporan World Health Organization WHO, jumlah penderita difteri tahun 2008 sebanyak 7.088 kasus, menurun pada tahun 2009 sebanyak 857 kasus, meningkat lagi pada tahun 2010 sebanyak 4.187 kasus, dan tahun 2011 sebanyak 4.880 kasus. Pada tahun 2011, Indonesia merupakan negara tertinggi kedua setelah India yaitu 806 kasus WHO, 2012. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2010 dimana Indonesia juga merupakan negara tertinggi kedua dengan kasus difteri yaitu 385 kasus WHO, 2012. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia, Incidence Rate IR difteri di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 1,12 per 100.000 penduduk kemudian meningkat di tahun 2011 menjadi 2,26 per 100.000 penduduk, dan 3,37 per 100.000 penduduk di tahun 2012. Untuk Case Fatality Rate CFR difteri di 2 Indonesia pada tahun 2010 sebesar 6,23 , menurun pada tahun 2011 sebesar 4,71 , dan meningkat lagi pada tahun 2012 sebesar 6,38 Kemenkes RI, 2011- 2013. Pada tahun 2012, Provinsi Jawa Timur menempati urutan pertama dengan jumlah kasus difteri tertinggi di Indonesia Kemenkes RI, 2013. Difteri merupakan kasus “re-emerging disease” di Jawa Timur karena kasus difteri sebenarnya sudah menurun di tahun 1985, namun kembali meningkat di tahun 2005 saat terjadi Kejadian Luar Biasa KLB di Kabupaten Bangkalan Dinkes Prov. Jatim, 2011. Provinsi Jawa Timur telah ditetapkan sebagai KLB penyakit difteri sejak 7 Oktober 2011 dan setiap satu kasus difteri dianggap sebagai KLB Dinkes Prov. Jatim, 2011. Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, tahun 2010 CFR difteri sebesar 5,59 dengan IR sebesar 6,47 per 100.000 penduduk, tahun 2011 CFR difteri sebesar 3,02 dengan IR sebesar 14,99 per 100.000 penduduk, dan tahun 2012 CFR difteri sebesar 3,88 dengan IR sebesar 20,99 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2012, Kabupaten Jombang menempati urutan kedua di tingkat Provinsi Jawa Timur untuk jumlah kasus difteri tertinggi dan urutan pertama untuk angka CFR tertinggi Dinkes Prov. Jatim, 2013. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Jombang, IR difteri pada tahun 2010 sebesar 17,57 per 100.000 penduduk, kemudian menurun di tahun 2011 menjadi 9,46 per 100.000 penduduk, meningkat menjadi 121,61 per 100.000 penduduk di tahun 2012, dan menurun menjadi 5,62 per 100.000 penduduk di tahun 2013. Angka CFR difteri di Kabupaten Jombang paling tinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 11,58 ,. Pada tahun 2012, jumlah penderita difteri di 3 Kabupaten Jombang tersebar di 17 kecamatan dari 21 kecamatan. Pada tahun 2013, jumlah penderita difteri di Kabupaten Jombang tersebar di 8 kecamatan dari 21 kecamatan Dinkes Kab. Jombang, 2014. Ada 4 puskesmas yang selalu terdapat kasus difteri sejak tahun 2011 sampai 2013 Dinkes Kab. Jombang, 2014. Salah satu upaya pengendalian penyakit difteri adalah dengan penguatan sistem surveilans difteri. Surveilans difteri berperan untuk menilai dampak program imunisasi dan sebagai sistem kewaspadaan dini agar bisa dilakukan penanggulangan difteri lebih awal Dinkes Prov. Jatim, 2011. Agar kegiatan surveilans difteri dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu adanya manajemen surveilans difteri. Manajemen surveilans difteri meliputi input, proses, dan output. Secara umum, input dalam manajemen terdiri dari man yaitu sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu organisasi, money yaitu pendanaan untuk keberlangsungan kegiatan, material-machine yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran, method yaitu peraturan atau prosedur kerja yang berguna untuk memperlancar jalannya pekerjaan, dan market yaitu tempat untuk memasarkan atau menyebarluaskan produk atau hasil kerja suatu organisasi Satrianegara, 2009; Alamsyah, 2011; Dirjen P2PL, 2003. Proses dimulai dari pengumpulan data kasus difteri, pengolahan data, analisis dan interpretasi data, desiminasi informasi Amiruddin, 2012: Dinkes Prov. Jateng, 2010: Dirjen P2PL, 2003. Output berupa dokumen laporan difteri dan informasi tentang kasus difteri Dirjen P2PL, 2003: Dinkes Prov. Jateng, 2006. 4 Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 6 Februari 2014 di Seksi Surveilans Epidemiologi dan Kesehatan Khusus Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, terdapat beberapa masalah pada sistem surveilans difteri. Masalah pada input meliputi kurangnya kompetensi petugas surveilans, ada 7 puskesmas per data bulan Agustus tahun 2013 yang mengumpulkan laporan W2 mingguan, tetapi tidak mengumpulkan laporan bulanan STP sama sekali, adanya kesalahan dalam mendiagnosis kasus difteri, dan tidak ada aplikasi khusus untuk pengolahan dan penyajian data Sie. SE dan Keskhus Dinkes Kabupaten Jombang, 2013. Pada komponen proses, ditemukan masalah seperti ketidaklengkapan input data pada formulir STP KLB, umpan balik tidak maksimal, kelengkapan laporan bulanan STP yang diterima oleh Dinkes Kab. Jombang per bulan Agustus tahun 2013 belum memenuhi target yaitu sebesar 68,75 , ketepatan waktu pelaporan bulanan STP per bulan Agustus tahun 2013 dan ketepatan waktu pelaporan mingguan W2 per minggu ke-37 tahun 2013 juga belum memenuhi target, persentasenya hanya sebesar 34,56 dan 48,25 karena idealnya kelengkapan laporan unit pelayanan ke dinas kesehatan kabupatenkota sebesar 90 , dan ketepatan waktu pelaporan unit pelayanan ke dinas kesehatan kabupatenkota sebesar 80 Dirjen P2PL, 2003. Permasalahan sistem surveilans ini pernah diteliti oleh Sutarman 2008 di Puskesmas Wilayah Kota Semarang, Chairiyah 2010 di Puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang, Wibisono 2011 dan Vanni 2012 di Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Masalah pada input sebagian besar pada man meliputi kurangnya kompetensi petugas surveilans Sutarman, 2008; Chairiyah, 2010; Vanni, 2012, 5 tenaga yang ada memiliki beban ganda Chairiyah, 2010, jumlah petugas surveilans yang terbatas Vanni, 2012, material-machine meliputi tidak tersedianya formulir W1 Sutarman, 2008; Wibisono, 2011; Vanni, 2012, dan method meliputi SOP tidak ada Wibisono, 2011. Pada komponen proses, ditemukan masalah seperti kelengkapan input data Chairiyah, 2010; Wibisono, 2011, kompilasi data hasil penyelidikan epidemiologi belum dilakukan Chairiyah, 2010, pengolahan dan analisis data belum dilakukan Chairiyah, 2010; Vanni, 2012, interpretasi data hasil penyelidikan epidemiologi belum dilakukan Chairiyah, 2010, umpan balik tidak maksimal Vanni, 2012, ketepatan waktu pelaporan dan kelengkapan laporan masih rendah Chairiyah, 2010; Wibisono, 2011; Vanni, 2012. Pada penelitian Vanni 2012 di Surabaya tentang atribut sistem surveilans difteri, menemukan bahwa sistem masih belum sederhana dan tidak fleksibel, nilai prediktif positif, kerepresentatifan, ketepatan waktu tergolong rendah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dan diperkuat dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini mengambil fokus penelitian pada input sistem surveilans difteri yang meliputi man sumber daya manusia pendukung pelaksanaan surveilans difteri, money pendanaan untuk pelaksanaan surveilans difteri, method metode surveilans difteri, material and machine sarana dan prasarana pelaksanaan surveilans difteri, dan market sasaran penyebaran informasi hasil surveilans difteri. Input masukan merupakan bagian atau elemen yang ada dalam sistem yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan sistem tersebut. Menurut Notoatmodjo 2011, komponen input memiliki 6 pengaruh cukup besar terhadap proses maupun capaian sistem, sehingga penting bagi suatu organisasi untuk mengetahui kekuatan maupun kelemahan yang ada pada setiap unsur masukan sistem dimilikinya agar hasil capaiannya bisa sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengetahui hal tersebut, maka perlu dilakukan ke giatan evaluasi. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini berjudul “Evaluasi Input Sistem Surveilans Difteri di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang”.

1.2. Rumusan Masalah