Fokus Penelitian METODE PENELITIAN

1.8. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dan definisi operasional evaluasi input sistem surveilans difteri di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang sebagai berikut: 1. Sistem Surveilans Difteri Adalah pengamatan yang dilakukan secara terus menerus, sistematik dan berkesinambungan terhadap penyakit difteri melalui kegiatan pengumpulan data, analisis dan interpretasi data, serta disseminasi informasi sebagai dasar pengambilan keputusan atau kebijakan dalam bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit difteri. Sistem surveilans difteri terdiri dari input, proses, dan output Dirjen P2PL, 2003: 4; Dinkes Prov. Jateng, 2010: 5. 2. Input Adalah sub-elemen meliputi unsur manajemen yaitu 5M man, material- machine, method, money, dan market yang diperlukan sebagai masukan sistem surveilans difteri Notoatmodjo, 2011:101; Alamsyah, 2011:6. Input sistem ini secara rinci dijelaskan dalam tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1. Fokus Penelitian Fokus Penelitian Definisi Operasional Man sumber daya manusia pendukung pelaksanaan surveilans difteri Ketersediaan tenaga surveilans difteri Informasi mengenai adatidaknya tenaga kesehatan yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh kepala dinas kesehatan kabupatenkota dan kepala puskesmas untuk melakukan kegiatan pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan interpretasi, melakukan penyelidikan epidemiologi penyakit difteri yang dibuktikan dengan dokumen tertulis sub bagian kepegawaian berupa uraian tugas atau surat tugas. Jumlah minimal tenaga surveilans difteri di dinas kesehatan kabupatenkota adalah 2 orang dan di tiap puskesmas adalah 1 orang Kepmenpan RI No. 17 KEP M.PAN 11 2000 tentang Jabatan Fungsional Epidemiolog Kesehatan dan Angka Kreditnya. Kriteria tenaga surveilans dinas kesehatan kabupatenkota dan puskesmas Kepmenpan RI No. 17 KEP M.PAN 11 2000 tentang Jabatan Fungsional Epidemiolog Kesehatan dan Angka Kreditnya : 1. Memiliki latar pendidikan minimal D3 kesehatan atau sederajat. 2. Memiliki jenjang jabatan fungsional epidemiolog. Ketersediaan tenaga surveilans difteri terlatih Informasi mengenai banyaknya tenaga surveilans difteri di puskesmas dan dinas kesehatan kabupatenkota yang pernah mengikuti pelatihan dalam rentang waktu 5 tahun terakhir tentang surveilans epidemiologi, penanggulangan difteri, dan deteksi dini difteri baik sebelum atau selama menjadi tenaga surveilans difteri dibuktikan dengan sertifikat pelatihan. Dirjen P2PL, 2003. Ketersediaan tenaga laboratorium puskesmas Informasi mengenai adatidaknya tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan minimal D3 analis kesehatan atau sederajat bertugas sebagai tenaga laboratorium di puskesmas yang melakukan pengambilan spesimen usap tenggorok dan usap hidung pada saat penyelidikan epidemiologi kasus difteri dibuktikan dengan dokumen tertulis sub bagian kepegawaian berupa uraian tugas atau surat tugas. Jumlah minimal tenaga laboratorium di tiap puskesmas adalah 1 orang Dinkes Jatim, 2011: 24. Ketersediaan tenaga laboratorium puskesmas terlatih Informasi mengenai banyaknya tenaga laboratorium di puskesmas yang pernah mengikuti pelatihan dalam rentang waktu 5 tahun terakhir tentang pelacakan kasus difteri, terutama cara pengambilan dan pengiriman spesimen kasus difteri yang dibuktikan dengan dokumen tertulis berupa sertifikat pelatihan Dinkes Jatim, 2011: 24. Lanjutan dari tabel 3.1. Fokus Penelitian 1 2 Ketersediaan tenaga pengelola program imunisasi Informasi mengenai adatidaknya tenaga kesehatan yang yang memiliki latar belakang pendidikan minimal D3 kesehatan atau sederajat dan bertugas sebagai tenaga pengelola program imunisasi di puskesmas dan dinas kesehatan kabupatenkota yang melakukan kegiatan bidang imunisasi dalam penanggulangan KLB difteri dibuktikan dengan dokumen tertulis sub bagian kepegawaian berupa uraian tugas atau surat tugas Dinkes Jatim, 2011: 24. Ketersediaan tenaga tenaga pengelola program imunisasi puskesmas terlatih Informasi mengenai banyaknya tenaga pengelola program imunisasi di puskesmas yang pernah mengikuti pelatihan dalam rentang waktu 5 tahun terakhir tentang manajemen chold chain dan program imunisasi penanggulangan KLB difteri yang dibuktikan dengan dokumen tertulis berupa sertifikat pelatihan Dinkes Jatim, 2011: 24. Money pendanaan untuk pelaksanaan surveilans difteri Alokasi pendanaan untuk surveilans difteri Deskripsi tentang adatidaknya dana dan jumlah dana yang dialokasikan khusus untuk pelaksanaan kegiatan surveilans difteri di puskesmas dan dinas kesehatan kabupatenkota dibuktikan dengan dokumen tertulis yang dimiliki sub bagian keuangan Dirjen P2PL, 2003. Alokasi pendanaan meliputi: a. Pengadaan input sistem surveilans difteri sumber daya surveilans difteri. b. Pelaksanaan proses sistem surveilans difteri. c. Pengadaan output sistem surveilans difteri. Sumber dana untuk surveilans difteri Deskripsi tentang asalsumber pendanaan untuk pelaksanaan kegiatan surveilans difteri. Dana dapat berasal dari dana program APBN, APBD kabkota, APBD propinsi, Block Grant atau dana bantuan bantuan nasional dan daerah, LSMswasta, luar negeri Dirjen P2PL, 2003. Methode metode surveilans difteri Ketersediaan pedoman tentang pelaksanaan surveilans difteri Deskripsi tentang adatidaknya dan pemanfaatan pedoman tentang pelaksanaan surveilans difteri oleh tenaga surveilans difteri di puskesmas dan dinas kesehatan kabupatenkota. Semua buku pedoman dimiliki oleh setiap tenaga surveilans difteri Dinkes Jatim, 2011. Pedoman yang digunakan meliputi: a. Buku Pedoman Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi, Depkes RI, 2003 b. Buku Panduan Surveilans Epidemiologi Penyakit- Penyakit Menular, Keracunan Makanan, Bencana dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa, Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2003 c. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan Pangan Pedoman Epidemiologi Penyakit Edisi Revisi tahun 2011, Kemenkes RI, 2011 d. Buku Pedoman Penanggulangan KLB Difteri, Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2011 Lanjutan dari tabel 3.1. Fokus Penelitian 1 2 Ketersediaan pedoman tentang pelaksanaan program imunisasi difteri Deskripsi tentang adatidaknya dan pemanfaatan pedoman tentang pelaksanaan program imunisasi difteri oleh tenaga pengelola program imunisasi di puskesmas dan dinas kesehatan kabupatenkota. Semua pedoman dimiliki oleh setiap tenaga pengelola program imunisasi Dinkes Jatim, 2011. Pedoman yang digunakan meliputi: a. Buku Pedoman Penanggulangan KLB Difteri, Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2011 b. Buku Pedoman Pengelolaan Vaksin dan Rantai Vaksin, Depkes RI, 2005 c. Buku Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas, Depkes RI, 2005 d. Buku Pedoman Teknis Pencatatan dan Pelaporan Program Imunisasi untuk Provinsi dan KabupatenKota, Depkes RI, 2009 e. Buku Panduan Pelaksanaan Sub-PIN di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012 Ketersediaan juklak- juknis tentang manajemen surveilans difteri Deskripsi tentang adatidaknya dan monitoring juklak, juknis serta dokumen yang berisi peraturan tentang pelaksanaan kegiatan surveilans difteri meliputi pelaporan, program imunisasi dan kegiatan di bidang laboratorium di puskesmas dan dinas kesehatan kabupatenkota yang dibuktikan dengan dokumen tertulis Masrochah, 2006. Ketersediaan target cakupan program imunisasi difteri Deskripsi tentang adatidaknya target cakupan imunisasi DPT, DT, dan Td, cakupan wilayah desakelurahan UCI, serta rumus perhitungan yang digunakan untuk menghitung cakupan cakupan imunisasi DPT DT dan Td dan cakupan wilayah desakelurahan UCI Permenkes No. 42 tahun 2013 tentang pedoman penyelenggaraan imunisasi. Target cakupan imunisasi DPT, DT, dan Td di tingkat puskesmas dan dinas kesehatan kabupatenkota menggunakan target nasional Depkes RI, 2005; Permenkes No. 42 tahun 2013 tentang pedoman penyelenggaraan imunisasi. Target cakupan wilayah desakelurahan UCI di tingkat puskesmas menggunakan target daerah, sedangkan target cakupan wilayah desakelurahan UCI di dinas kesehatan kabupatenkota menggunakan target nasional dan target daerah Depkes RI, 2005; Permenkes No. 42 tahun 2013 tentang pedoman penyelenggaraan imunisasi. Rumus perhitungan target cakupan tercantum dalam buku penetapan target indikator dan definisi operasional standar pelayanan minimal SPM bidang kesehatan di Kabupaten Jombang dan Permenkes RI No. 42 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Ketersediaan payung hukum yang mendukung surveilans difteri Deskripsi tentang adatidaknya payung hukum yang mendukung pelaksanaan surveilans difteri. Payung hukum dapat berupa peraturan daerah, surat keputusan dari kepala daerah, kepala dinas kesehatan maupun kepala puskesmas Ammiruddin, 2012. Lanjutan dari tabel 3.1. Fokus Penelitian 1 2 Kesepakatan penggunaan definisi kasus difteri Deskripsi tentang kesepakatan penggunaan sumber definisi kasus difteri antara pihak dinas kesehatan kabupatenkota dan pihak puskesmas yang berada di wilayah kerja dinas kesehatan kabupatenkota Ammiruddin, 2012. Material and Machine sarana dan prasarana pelaksanaan surveilans difteri Ketersediaan APD Alat Pelindung Diri Deskripsi tentang adatidaknya dan pemanfaatan APD Alat Pelindung Diri yang digunakan dalam melaksanakan penyelidikan epidemiologi penyakit difteri dan kegiatan imunisasi di puskesmas dan dinas kesehatan kabupatenkota. APD yang digunakan adalah masker, jas lab, sarung tangan, google pelindung mata, pelindung kepala Dinkes Jatim, 2011. Ketersediaan surveilance kits Deskripsi tentang adatidaknya pemanfaatan serta kondisi surveilance kits perlengkapan surveilans yang digunakan oleh tenaga surveilans difteri di puskesmas dan dinas kesehatan kabupatenkota untuk pelaksanaan proses surveilans difteri meliputi kegiatan pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, menyimpan file, menyebarluaskan informasi baik secara manual yaitu ATK meliputi pen, pensil, kertas HVS, penggaris, calculator scientific, kertas grafik, dan mesin ketik maupun yang terkomputerisasi yaitu komputer, printer beserta tinta, dan program aplikasi meliputi program Ms. Office, epi info, GIS Dirjen P2PL, 2003. Ketersediaan perangkat imunisasi Deskripsi tentang adatidaknya, kondisi dan cara pengadaan perangkat imunisasi di puskesmas dan dinas kesehatan kabupatenkota yang meliputi vaksin, Auto Disable Syringe ADSalat suntik, safety box, buku grafik pencatatan suhu, dan coldchain. Coldchain terdiri dari lemari es, vaksin carrier, cool pack, termometer, freeze watch, dan freeze tag Depkes RI, 2005; Permenkes No. 42 tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Ketersediaan alat komunikasi Deskripsi tentang adatidaknya, pemanfaatan, dan cara pengadaan alat komunikasi meliputi telepon, handphone, faksimile, dan layanan internet yang digunakan dalam pelaksanaan surveilans difteri di puskesmas dan dinas kesehatan kabupatenkota Dirjen P2PL, 2003. Ketersediaan formulir untuk pengumpulan data difteri Deskripsi tentang adatidaknya dan cara pengadaan dokumen berupa lembaran-lembaran yang harus diisi oleh tenaga surveilans difteri di puskesmas dan dinas kesehatan kabupatenkota untuk pengumpulan data difteri yang terdiri dari formulir W1 24 jam, formulir W2 mingguan, formulir STP, dan formulir STP KLB, serta formulir pelacakan kasus difteri Dinkes Jateng, 2010; Dinkes Jatim, 2011. Ketersediaan perangkat seminar Deskripsi tentang adatidaknya, pemanfaatan dan cara pengadaan perangkat seminar di puskesmas dan dinas kesehatan kabupatenkota meliputi overhead proyector dan infocus yang digunakan untuk desiminasi informasi dalam rapat Dirjen P2PL, 2003. Lanjutan dari tabel 3.1. Fokus Penelitian Ketersediaan alat transportasi Deskripsi tentang adatidaknya, pemanfaatan, dan cara pengadaan alat transportasi yang digunakan dalam pelaksanaan surveilans difteri di puskesmas meliputi 1 roda dua, sedangkan di dinas kesehatan kabupaten kota meliputi 1 roda empat, 2 roda dua Kepmenkes RI No. 1116 Menkes SK VIII 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. Market sasaran penyebaran informasi hasil surveilans difteri Pengguna internal  Deskripsi tentang stakeholder-stakeholder yang menjadi sasaran penyebarluasan informasi hasil surveilans difteri dari lintas program dalam satu sektor untuk pemanfaatan dalam menentukan arah kebijakan kegiatan, upaya pengendalian, dan evaluasi surveilans difteri Amiruddin, 2012.  Deskripsi tentang informasi yang dibutuhkan dari hasil surveilans difteri oleh tiap pengguna informasi dan pemanfaatan informasi untuk tiap pengguna Amiruddin, 2012. Pengguna eksternal  Deskripsi tentang stakeholder-stakeholder yang menjadi sasaran penyebarluasan informasi hasil surveilans difteri dari lintas sektor untuk pemanfaatan dalam menentukan arah kebijakan kegiatan, upaya pengendalian, dan evaluasi Amiruddin, 2012.  Deskripsi tentang informasi yang dibutuhkan dari hasil surveilans difteri oleh tiap pengguna informasi dan pemanfaatan informasi untuk tiap pengguna Amiruddin, 2012. 3. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi merupakan bagian kegiatan yang penting dari proses manajemen. Evaluasi terhadap input masukan berkaitan dengan pemanfaatan berbagai sumber daya baik tenaga man, dana money, sarana- prasarana material and machines, maupun metode method Muninjaya, 2004: 200; Notoatmodjo, 2011: 108. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah sumber daya yang dimanfaatkan sudah sesuai dengan standar dan kebutuhan Muninjaya, 2004: 200. Pada penelitian ini, evaluasi yang dilakukan adalah membandingkan kenyataan dai lapangan dengan tatanan ideal menggunakan pedoman sebagai berikut: a. Buku Pedoman Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi, Depkes RI, 2003. b. Buku Panduan Surveilans Epidemiologi Penyakit-Penyakit Menular, Keracunan Makanan, Bencana dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa, Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2003. c. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan Pangan Pedoman Epidemiologi Penyakit Edisi Revisi tahun 2011, Kemenkes RI, 2011. d. Buku Pedoman Penanggulangan KLB Difteri, Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2011. e. Buku Pedoman Pengelolaan Vaksin dan Rantai Vaksin, Depkes RI, 2005. f. Buku Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas, Depkes RI, 2005. g. Buku Pedoman Teknis Pencatatan dan Pelaporan Program Imunisasi untuk Provinsi dan KabupatenKota, Depkes RI, 2009. h. Buku Panduan Pelaksanaan Sub-PIN di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012. i. Buku Pedoman Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi Puskesmas, Depkes RI, 2006. j. Kepmenkes RI No. 1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. k. Permenkes RI No. 1501MenkesPerX2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. l. Permenkes RI No. 42 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

1.9. Jenis dan Rancangan Penelitian