Umpan balik feed back

46

2.1.3.5.5. Umpan balik feed back

Umpan balik merupakan hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut Notoatmodjo, 2011: 101. Umpan balik merupakan kunci keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan surveilans epidemiologi, karena dengan adanya umpan balik tersebut dapat memberikan kesadaran kepada sumber data tentang pentingnya proses pengumpulan data. Umpan balik yang diberikan dapat berupa ringkasan informasi atau korektif terhadap laporan yang telah dikirimkan Dirjen P2PL, 2003: 21. 47

2.2. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : 1. Amiruddin 2012; 2. Chairiyah 2010; 3. Dinkes Jateng 2006; 4. Dinkes Jateng 2010; 5. Dinkes Jatim 2011; 6. Dirjen P2PL 2003; 7. Masrochah 2006; 8. Notoatmodjo 2011; 9. Sutarman 2008; 10. Wibisono 2011; 11. Vanni 2012 A SISTEM SURVEILANS DIFTERI MONITORING DAN EVALUASI Atribut Surveilans 1. Kesederhanaan 1, 6 2. Fleksibilitas 1, 6 3. Akseptabilitas 1, 6 4. Senstivitas 1, 6 5. NPP 1, 6 6. Kerepresentatifan 1 , 6 7. Ketepatan waktu 1, 6 Indikator Surveilans 1. Kelengkapan laporan dan ketepatan waktu pelaporan 1,6 2. Jumlah dan kualitas kajian epidemiologi dan rekomendasi yang dapat dihasilkan 1,6 3. Terdistribusinya informasi 1,6 4. Pemanfaatan informasi epidemiologi 1,6 5. Menurunnya frekuensi KLB 1,6 6. Meningkatnya kajian SKD 1,6 UMPAN BALIK 1,6,11 Proses 8 1. Pengumpulan Data 1,2,4,6 a. Jenis data : data mortalitas dan morbiditas difteri, data imunisasi. 1,3,4,6 b. Metode : surveilans aktif dan surveilans pasif. 1,4,6 c. Periode : mingguan, dan bulanan. 4,6 2. Pengolahan Data 1,2,4,6 a. Rekapitulasi data kasus difteri per tahun menurut tempat desa, puskesmas, umur dan status imunisasi. 3,4,6 3. Analisis dan Interpretasi Data. 1,2,4,6 a. Rekapitulasi data kasus difteri dianalisis menurut variabel epidemiologi orang, tempat, waktu. 1,3,4,6 b. Disajikan dalam bentuk grafik, tabel, dan peta persebaran kasus. 1,4,6 4. Desiminasi Informasi penyebaran informasi 1,2,4,6 a. Metode : tertulis dan desiminasi laporan, verbal dalam rapat pertemuan rutin, media cetak dan elektronik. 4,6 Output 8 1. Laporan penanggulangan KLB. 3,4,5,6 2. Incidence rate penyakit difteri. 3,6,7 3. Case fatality rate penyakit difteri. 3,6,7 4. Informasi kasus difteri menurut umur, jenis kelamin, dan status imunisasi. 3,6 5. Informasi distribusi penyakit menurut tempat desakelurahank ecamatan, puskesmas. 3,6,7 6. Informasi cakupan imunisasi DPT di daerah KLB. 3,4,5 7. Informasi distribusi penyakit menurut desakelurahan UCI dan non UCI. 3,4,5 Dampak 8 Insidence rate dan case fatality rate difteri menurun. 3,6,7 Input 8 1. Man: a. Ketersediaan tenaga surveilans difteri 6 b. Ketersediaan tenaga surveilans difteri terlatih 2,6,11 c. Ketersediaan tenaga laboratorium puskesmas d. Ketersediaan tenaga laboratorium puskesmas terlatih 6 e. Ketersediaan tenaga pengelola program imunisasi 3,5 f. Ketersediaan tenaga pengelola program imunisasi puskesmas terlatih 6 2. Money: a. Sumber dana untuk surveilans difteri 6 b. Alokasi pendanaan untuk surveilans difteri 6 3. Method: a. Ketersediaan pedoman tentang pelaksanaan surveilans difteri. 1,6 b. Ketersediaan pedoman tentang pelaksanaan program imunisasi difteri. 1,9 c. Ketersediaan juklak-juknis surveilans difteri. 7,10 d. Ketersediaan target cakupan program imunisasi difteri. 3,4,6 e. Ketersediaan payung hukum yang mendukung surveilans difteri 5,6 f. Kesepakatan penggunaan definisi kasus difteri 1,3,5,6 4. Material-Machine: a. Ketersediaan APD 5 b. Ketersediaan surveilans kit 6 c. Ketersediaan perangkat imunisasi 3,5 d. Ketersediaan alat komunikasi 6 e. Ketersediaan formulir untuk pengumpulan data difteri. 4,6,9,10,11 f. Ketersediaan perangkat seminar. 6 g. Ketersediaan alat transportasi 6 5. Market: a. Pengguna internal. 1 b. Pengguna eksternal. 1 Pedoman Surveilans a. Buku Pedoman Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi 1,6 b. Buku Panduan SE Penyakit-Penyakit Menular, Keracunan Makanan, Bencana Penanggulangan KLB 6,7 c. Buku Pedoman Penyelidikan Penanggulangan KLB Penyakit Menular Keracunan Pangan d. Buku Pedoman Penanggulangan KLB Difteri 5,6 e. Buku Pedoman Pengelolaan Vaksin Rantai Vaksin 6,7 f. Buku Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas 6,7 g. Buku Pedoman Teknis Pencatatan Pelaporan Program Imunisasi untuk Provinsi dan KabupatenKota 6,7 h. Buku Panduan Pelaksanaan Sub-PIN di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 6,7 i. Buku Pedoman Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi Puskesmas 6,7 j. Kepmenpan RI No. 17 KEP M.PAN 11 2000 tentang Jabatan Fungsional Epidemiolog Kesehatan dan Angka Kreditnya 5,6 k. Kepmenkes RI No. 1116 Menkes SKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. 6,7 l. Permenkes RI No. 1501 Menkes PerX2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan 6,7 m. Permenkes RI No. 42 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. 6,7