Justifikasi Surveilans Difteri Definisi Kasus

34 carrier. Strain yang mulanya nontoxigenic bisa menjadi toxigenic, jika strain tersebut terinfeksi virus yang spesifik atau bakteriofag, sehingga strain tadi mengeluarkan toksin ampuh dalam jumlah besar yang menyebabkan sakit dan kematian pada penduduk yang tidak mendapat vaksinasi Dirjen P2PL, 2011: 74; James Chin, 2000: 172-173.

2.1.3.2.2. Sumber dan Cara Penularan

Sumber penularan adalah manusia baik sebagai penderita maupun carrier. Cara penularan yaitu kontak dengan penderita pada masa inkubasi atau kontak dengan carrier. Masa inkubasi antara 2 sampai 5 hari, masa penularan penderita 2 sampai 4 minggu sejak masa inkubasi sedangkan masa penularan carrier bisa sampai 6 bulan. Seseorang dapat menyebarkan bakteri melalui pernafasan droplet infection atau melalui muntahan, pada difteri kulit bisa melalui luka di tangan Dirjen P2PL, 2011: 74; James Chin, 2000: 173.

2.1.4. Pelaksanaan Surveilans Difteri

2.1.3.1. Justifikasi Surveilans Difteri

Difteri adalah penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi dan potensial terjadi KLB, sehingga pemantauan dampak program imunisasi harus dilakukan terus menerus walaupun insidens difteri yang dilaporkan semakin kecil. Pelaksanaan surveilans difteri perlu dikembangkan dan laporan nihil serta umpan balik diintensifkan serta memulai membuat daftar list kasus difteri di masing- masing wilayah kerja. Setiap letusan KLB harus segera dilakukan penyelidikan epidemiologi terhadap kontak terdekat dengan kasus dengan pengambilan dan pemeriksaan spesimennya Dirjen P2PL, 2003: 114. 35

2.1.3.2. Definisi Kasus

Definisi kasus dalam pelaksanaan kegiatan surveilans difteri diperlukan untuk meyakinkan bahwa semua petugas kesehatan menggunakan definisi dan kriteria yang sama untuk mendiagnosis seseorang, sehingga dapat menunjang program pencegahan dan penanggulangan difteri Amiruddin, 2012: 86-87; Dirjen P2PL, 2003: 20. Definisi kasus difteri menurut Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2011: 3-4 dalam buku pedoman penanggulangan KLB difteri di Jawa Timur dapat dibagi sebagai berikut : 1. Kasus Suspek Tersangka Difteri Adalah orang dengan gejala laringitis, nasofaringitis atau tonsilitis ditambah pseudomembrane selaput tipis putih keabuan yang tak mudah lepas dan mudah berdarah di faring, laring, tonsil. 2. Kasus Probable Kemungkinan Difteri Adalah orang dengan suspek difteri ditambah salah satu dari : a Pernah kontak dengan kasus 2 minggu; b Ada di daerah endemis difteri; c Stridor sesak nafas disertai bunyi, bullneck leher membengkak seperti leher sapi; d Pendarahan submucosa atau petechiae pada kulit; e Gagal jantung toxic, gagal ginjal akut; f Myocarditis andor kelumpuhan motorik 1 sd 6 minggu setelah onset; g Mati. 36 3. Kasus Confirmed Pasti Difteri Adalah orang dengan kasus probable yang hasil isolasi ternyata positif Corynebacterium diphtheriae yang toxigenic dari usap hidung, tenggorok, ulcus kulit, jaringan, konjunctiva, telinga, vagina, atau serum antitoksin meningkat 4 kali lipat atau lebih hanya bila kedua sampel serum diperoleh sebelum pemberian toksoid difteri atau antitoksin.

2.1.3.3. Sumber Data Surveilans Difteri