sampai kepada metode. Dengan demikian jika ada kalangan tertentu di Indonesia yang menganggap bahasa Arab bukan bahasa Asing, maka itu tidak resmi karena
di luar patokan yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia Hermawan, 57. Oleh karena itu Ellis, 1994 dalam Hamid dkk, 2008 berpendapat bahwa
pembelajaran bahasa asing termasuk di dalamnya bahasa Arab adalah sebuah proses yang kompleks dengan berbagai fenomena yang pelik sehingga tidak
mengherankan kalau hal ini bisa mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang. Pembelajaran ini dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor utama yang
berkaitan erat dengan pemerolehan bahasa asing adalah bahasa pembelajar, faktor eksternal pembelajar, faktor internal pembelajar, dan pembelajar sebagai individu.
Adapun ruang lingkup pembelajaran bahasa Arab meliputi; i unsur-unsur kebahasaan, terdiri atas tata bahasa qowaidu al lugoh, kosa kata mufrodat,
pelafalan, dan ejaan ashwat Arabiyah, ii keterampilan berbahasa, yaitu menyimak
istima’, berbicara kalam, membaca qiro’ah, dan menulis kitabah, dan iii aspek budaya yang terkandung dalam teks lisan dan tulisan.
2.2.6 Model Pembelajaran
Pemilihan model pembelajaran merupakan strategi dalam pembelajaran. Model-model pembelajaran yang dikembangkan pada saat ini antara lain Suyitno,
2004:30: 1.
Model Pembelajaran Pengajuan Soal Problem Posing Pada prinsipnya model pembelajaran Problem Posing adalah suatu model
pembelajaran yang mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal secara mandiri.
2. Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual
Model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan model pembelajaran yang membantu dosen mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengaan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
3. Model Pembelajaran Pakem
Pakem singkatan dari pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Dengan model ini peserta didik dapat mengaktifkan
kegiatan bertanya dan mengemukakan gagasan. Model ini juga merangsang siswa untuk menjadi kreatif mearancang dan membuat
sesuatu dengan suasana yang membuat siswa berani mencoba, berani bertanya, berani mengemukakan pendapat dan mempertanyakan gagasan
orang lain. 4.
Model Pembelajaran Quantum Quantum Teaching Quantum diartikan sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi
cahaya. Interaksi mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan belajar. Interaksi ini mengubah kemampuan
dan bakat alamiah peserta didik, yang bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain.
5. Model Pembelajaran Berbalik Reciproad Teaching
Model ini pertama kali diterapkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Model ini dikenalkan pertama kali oleh Ann Brown di tahun 1982. Prinsip
model ini hampir sama dengan tutor sebaya. Dalam hal ini, peserta didik menyampaikan materi seperti dosen mengajarkan materi tersebut.
6. Model Pembelajaran Tutor Sebaya Dalam Kelompok kecil
Menurut Zaini 2002:6 metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model ini
sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu peserta didik di dalam belajar. Uraian lebih lanjut akan di bahas pada poin berikutnya.
7. Model Pembelajaaran Pemecahan Masalah Problem Solving
Model pembelajaran melalui pemecahan masalah dipandang sebagai model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam berpikir tinggi. 8.
Model Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning Pembelajaran Kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
menitikberatkaan padaa pengelompokkan peserta didik dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil.
Model pembelajaran ini dapat diartikan sebagai strategi pembelajaran yang terstruktur. Peserta didik diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar
dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan
kepada siswa lain, menghargai pendapat teman, bersdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya.
2.2.7 Model Pembelajaran Tutor Sebaya