53 tidaknya bibit tersebut. Dari segi praktis dilapangan menggunakan indera khusus
yang tidak dimiliki oleh semua peternak dan juga tidak dapat dideskripsikan secara tertulis karena banyaknya faktor yang saling terkait dapat dibenarkan.
Pengalaman dan kemampuan ini dapat diwariskan kepada keluarga atau tetangganya yang menekuni bidang tersebut hasil komunikasi pribadi dengan
peternak.
1.4. Laju Pertumbuhan Galur Induk PM dan PA
Laju pertambahan bobot badan dari kedua galur induk ditampilkan pada Gambar 5 di bawah ini. Pola laju pertumbuhan pada galur induk PA terjadi secara
cepat mulai minggu ke-4 hingga minggu ke-7. Puncak laju pertumbuhan PA dicapai pada umur 7 minggu setelah itu laju pertumbuhan tampak menurun secara
drastis hingga menggu ke-14. Pada minggu ke-2 menuju minggu ke-3, galur induk PA menunjukkan laju
pertumbuah bobot badan yang cukup pesat, namun demikian dari umur 3 minggu menunju ke 4 minggu dinamika pertumbuhan cenderung bersifat menurun.
Penyebab terjadinya penurunan mungkin diakibatkan oleh adanya gangguan, dan besar kemungkinannya disebabkan oleh adanya perubahan lingkungan pakan dari
pakan starter ke pakan grower. Pada galur induk PM, pola pertumbuhan bobot badan tampak selalu
meningkat secara gradual dan cenderung kurang berfluktuatif bila dibandingkan dengan galur induk PA. Puncak pertumbuhan terjadi pada umur 9 minggu
Gambar 5, setelah itu laju pertumbuhan akan menurun. Kondisi ini menggambarkan bahwa potensi yang dimiliki oleh galur induk PM akan mencapai
bobot badan yang statis setelah melewati umur 16 minggu.
54
50 100
150 200
250 300
350 400
PBB
Berdasarkan hasil di atas maka perubahan pakan untuk galur induk PM dan PA dari berkadar protein tinggi ke rendah sebaiknya dilakukan pada umur antara 7
hingga 9 minggu. Hal ini disebabkan pertumbuhan maksimal dicapai pada umur tersebut. Sebagaimana diketahui pertumbuhan maksimal sangat dibutuhkan
karena adanya kenyataan bahwa untuk bagian tubuh yang mengalami pertumbuhan dini seperti tulang memerlukan pakan yang lebih baik. Apabila
pertumbuhan tulang mendapatkan suplai pakan bernutrisi tinggi kadar proteinnya terpenuhi maka diharapkan pertumbuhan kerangka tubuh akan dicapai
secara maksimal. Bentuk dan besar kerangka yang baik diharapkan dapat memberikan tingkat produksi telur yang baik pula.
Memperhatikan pola pertumbuhan di atas, maka penggantian pakan sebaiknya tidak berdasarkan pada umur ternak tetapi pada kebutuhan fisiologi
agar ternak dari masing-masing galur induk tersebut dapat mengekspresikan potensinya secara baik.
Meskipun kedua puncak laju pertumbuhan bobot badan harian berbeda umur, namun sebagai galur induk keduanya menampilkan pola pertumbuhan yang
baik. Oleh karena itu kedua galur yang dievaluasi layak sebagai galur induk untuk menghasilkan mandalung.
Pertambahan bobot badan PBB menurut bobot tetas. Karakteristik
pertumbuhan anak bila didasarkan pada selang rataan ± standar deviasi dari bobot tetas sebagaimana yang tersaji pada Gambar 6 dan 7. Anak itik galur induk PM,
Gambar 5. Kurva pertumbuhan bobot badan galur induk PM — dan PA ----
0 1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 14 16 Umur minggu
55 kelompok selang bawah menunjukkan pola pertumbuhan bobot badan yang selalu
lebih rendah dari dua kelompok lainnya, kecuali pada saat umur 9 minggu. Sedangkan untuk galur induk yang memiliki bobot tetas pada selang tengah, laju
pertumbuhan berada diantara kedua selang atas dan bawah. Secara alami kelompok bobot tetas galur induk PM yang tinggi menunjukkan laju pertumbuhan
yang tinggi pula. Pola pertambahan bobot badan yang ditampilkan oleh galur induk PM
cenderung mengikuti kenaikan pertumbuhan secara gardual. Kondisi ini merupakan ekspresi alamiah dari sifat pertumbuhan galur induk PM karena belum
adanya seleksi. Perubahan pola pertambahan bobot badan dapat saja terjadi, bila sistem seleksi secara berkelanjutan dan terarah telah dilakukan.
100 200
300 400
500
PBB
Bagaimana pun juga untuk mendapatkan pola pertumbuhan galur induk yang cepat, maka seleksi ditingkat tetua lokalnya merupakan keharusan. Namun
demikian seleksi satu sifat saja belumlah cukup bila tidak diikuti dengan seleksi terhadap produksi telur. Konsekuensinya membutuhkan waktu yang panjang.
Penampilan pertambahan bobot badan galur induk PA menunjukkan pola yang fluktuatif pada semua kelompok menurut bobot tetas. Hal yang menarik
adalah bahwa pada umur 4 minggu hingga 7 minggu, telah terjadi pertumbuhan secara cepat dan setelah itu pola pertumbuhannya menurun Gambar 7.
Fenomena ini menunjukkan bahwa pada umur antara 4-7 minggu, galur induk PA mampu mengekspresikan potensi genetik dengan kondisi manajemen pakan yang
Gambar 6. Kurva pertumbuhan bobot badan galur induk PM menurut kelompok bobot tetas : selang atas —• — ; tengah --
♦
-- dan bawah — • —
0 1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 14 16 Umur minggu
56 ada. Laju pertambahan bobot badan ini akan berbeda bila kondisi pakannya
berbeda. Anak itik dari galur induk PA yang berada diselang tengah menunjukkan
pola pertambahan bobot badan berada diantara dua selang lainnya. Hal yang merupakan bentuk penyimpangan, tampak pada bobot tetas selang atas. Pada
umur 4 minggu ke atas, laju pertumbuhannya yang terjadi berada pada garis kurva paling bawah. Setelah melewati titik balik puncak pertumbuhan, pola kurva
bersifat fluktuatif hingga terjadi pertumbuhan negatif pada umur 12 minggu.
-50 50
100 150
200 250
300 350
400
PBB
Jadi dapat dijelaskan bahwa seleksi terhadap bobot tetas anak itik calon galur induk akan membawa pengaruh terhadap pertambahan bobot badan
mingguan. Secara alamiah, sifat fisiologi masing-masing galur induk memiliki respon lingkungan pakan yang berbeda hal ini menyebabkan puncak pertumbuhan
dicapai pada waktu dan bobot badan yang berbeda pula. Namun demikian perbedaan galur induk untuk menghasilkan bobot badan dewasa masih dalam
kondisi yang tidak jauh berbeda. Oleh karena itu kedua galur induk yang diuji menunjukkan potensi yang tidak berbeda, meskipun pola pertambahan bobot
badan untuk mencapai bobot dewasa berbeda. Gambar 7. Kurva pertumbuhan bobot badan galur induk PA menurut kelompok
bobot tetas : selang atas —• — ; tengah --
♦
-- dan bawah — • —
0 1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 14 16 Umur minggu
57
Pertambahan bobot badan PBB menurut bobot telur. Kenyataan
menunjukkan bahwa seleksi terhadap bobot telur yang berada diselang tengah memberi pengaruh yang kuat terhadap karakteristik pertambahan bobot badan
yang ditampilkan. Pertambahan bobot badan mingguan dengan mengelompokkan bobot telur tetas dari galur induk PM, yang berada diselang atas dan bawah
memperlihatkan pola yang fluktuatif yang tajam. Berbeda halnya dengan bobot telur tetas yang berada diselang tengah, pola pertambahan bobot badan yang
terjadi lebih mengikuti pola garis lengkung yang mendekati model sigmoid. Puncak pertambahan bobot badan dari galur induk PM terjadi pada minggu
ke-9. Pola yang agak berbeda telah ditunjukkan pada bobot telur yang berada diselang. Gambar 8 memperlihatkan adanya puncak pertambahan bobot badan
yang tidak jelas bagi telur yang memiliki bobot kecil.
100 200
300 400
PBB
Pengaruh bobot telur tetas yang besar terhadap pertambahan bobot badan mingguan, cenderung memiliki pola yang fluktuatif. Kondisi ini diakibatkan oleh
kurangnya kesiapan anak itik saat menetas. Suatu penjelasan terjadinya fenomena ini secra teori adalah sebagai berikut, telur yang besar cenderung memiliki laju
penguapan yang lambat. Padahal penyebaran panas ruang mesin pengeraman dimaksudkan untuk pemanasan embrio yang ada dalam telur tersebut. Akibat
terhalang oleh kondisi putih telur yang tebal, derajat pemanasan yang diterima oleh embrio tidak optimal. Hal ini yang menyebabkan saat menetas kondisi anak
itik tidak setegar kelompok selang tengah. Gambar 8. Kurva pertumbuhan bobot badan galur induk PM menurut kelompok
bobot telur : selang atas —• — ; tengah --
♦
-- dan bawah — • —
0 1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 14 16 Umur minggu
58 Pada galur induk PA, pertambahan bobot badan yang pesat terjadi pada
umur 4 hingga 7 minggu. Kondisi ini tidak berbeda sebagaimana yang telah dijelaskan di atas karena data yang digunakan sama. Pertambahan bobot badan
negatif justru terjadi pada bobot telur yang berada pada selang atas. Sementara pembahasan terdahulu juga menunjukkan bahwa pola pertambahan negatif juga
terjadi pada kelompok dengan bobot tetas yang tinggi.
-50 50
100 150
200 250
300 350
400
PBB
Kejadian ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara bobot telur dengan bobot tetas. Hal ini selaras dengan pembahasan sebelumnya, bahwa
hubungan bobot telur dengan bobot tetas adalah tinggi Tabel 6. Oleh karena itu seleksi terhadap bobot telur perlu dilakukan untuk kedua galur induk yang diuji.
Aplikasinya telah lama dilakukan oleh peternak kecil bahwa untuk mendapatkan bibit itik yang baik cara yang paling mudah adalah dengan memilih telur sesuai
kriteria. Gambar 9. Kurva pertumbuhan bobot badan galur induk PA menurut kelompok
bobot telur : selang atas —• — ; tengah --
♦
-- dan bawah — • —
0 1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 14 16 Umur minggu
59
Nilai heritabilitas bobot badan galur induk PM dan PA. Secara umum
nilai h
2
bobot badan menurut umur itik dari dua galur induk yang ditampilkan menunjukkan hasil yang bervariasi dari rendah hingga tinggi. Heritabilitas pada
sifat bobot tetas menunjukkan hasil yang cukup tinggi Tabel 9. Adanya nilai lebih besar dari satu dan juga kurang dari satu, sebagai akibat terbatasnya data
yang diperoleh. Oleh karena itu nilai h
2
tersebut tidak dapat digunakan sebagai kriteria layak tidaknya bila akan melakukan seleksi.
Tabel 9. Nilai heritabilitas untuk sifat bobot badan pada berbagai umur dan genotipe itik
Genotipe PM Genotipe PA
Umur itik h
2
n=97 SE
h
2
n=100 SE
Tetas 1 minggu
2 minggu 3 minggu
4 minggu 5 minggu
6 minggu 7 minggu
8 minggu 10 minggu
12 minggu 14 minggu
16 minggu 0.952
0.022 0.111
-0.003 0.292
0.631 0.964
1.030 0.561
0.369
-0.081 0.011
0.040 0.323
0.051 0.117
- 0.202
0.307 0.389
0.408 0.301
0.249
- 0.043
0.080 0.583
0.191 0.215
0.283 0.022
0.292 0.137
0.214 0.302
0.330 0.456
0.384 0.147
0.258 0.152
0.162 0.186
0.053 0.202
0.143 0.179
0.215 0.224
0.264 0.243
0.151
Sifat bobot tetas memberikan nilai dugaan yang tinggi, akan tetapi mengingat nilai SE yang juga tinggi maka nilai h
2
tidak dapat dipertimbangkan dalam melakukan seleksi pada sifat tersebut. Oleh sebab itu pembahasan lebih
lanjut tidak didiskusikan, hal ini terjadi kemungkinan diakibatkan jumlah sampel yang kecil.
Perubahan ukuran morfologi galur induk PM dan PA. Kegunaan dari
sifat morfologi adalah untuk mengetahui seberapa besar sistem pertulangan dari dua galur induk PA dan PM. Belajar dari sistem seleksi ayam pedaging, setelah
mendapatkan PBB dan efisiensi pakan yang baik, maka sistem pertulangan merupakan bagian seleksi yang cukup penting. Bagian-bagian penting tubuh yang
60 berguna untuk membangun bobot badan seperti bagian punggung, dada, sayap,
dan paha merupakan anggota tubuh utama yang tampak jelas perubahannya. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa galur induk PA memiliki ukuran
morfologi yang nyata p0.05 lebih besar dibandingkan dengan galur induk PM. Pola perkembangan ukuran morfologi dari bulan ke bulan menunjukkan adanya
kenaikan satuan ukuran yang cukup cepat, khususnya untk peubah lebar dan dalam dada. Sifat pertumbuhan yang lamban terjadi pada panjang paha bagian
bawah drum stick, dengan pola pertumbuhan yang terbatas. Berdasarkan Tabel 10, galur induk PA maupun PM pada umur 60 hari 8
minggu tampak terdapat ukuran morfologi yang sifat pertumbuhannya sudah mencapai titik optimal, seperti panjang sayap dan panjang paha atas dan bawah.
Hal ini menunjukkan bahwa kedua peubah yang bersangkutan pada umur 60 hari telah mencapai ukuran dewasa tubuh. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
peubah panjang sayap dan paha bawah mengalami pertumbuhan yang masak dini, dibanding peubah lainnya yang diamati.
Tabel 10. Rataan parameter morfologi itik hasil silang PM dan PA pada masing- masing kelompok umur hari
Umur hari Itik PM Parameter
1 30
60 90
Galur induk PM: Panj. punggung cm
Lingkar dada cm Lebar dada mm
Dalam dada mm Panjang sayap cm
Panjang paha bawah cm 7.6±0.11
a
6.5±0.47
a
17.5±0.19
a
19.8±0.30
a
3.4±0.07
a
3.4±0.04
a
15.6±0.41
a
17.1±0.17
a
47.3±0.93
a
43.6±0.83
a
9.0±0.68
a
7.2±0.12
a
21.0±0.31
a
19.9±0.88
a
78.8±0.35
a
65.37±1.4
a
25.7±1.41
a
9.6±0.17
a
26.9±0.24
a
26.7±0.23
a
89.1±0.32
a
86.5±1.34
a
27.3±0.29
a
10.0±0.07
a
Galur induk PA: Panj. punggung cm
Lingkar dada cm Lebar dada mm
Dalam dada mm Panjang sayap cm
Panjang paha bawah cm 7.7±0.15
a
10.4±0.16
b
17.6±0.41
a
21.1±0.33
b
3.1±0.08
b
3.7±0.05
a
12.7±0.21
b
15.9±0.24
b
57.1±0.80
b
52.6±0.97
b
10.5±0.32
b
9.3±0.10
b
19.9±0.18
a
17.1±0.17
a
95.5±0.90
b
85.5±1.49
b
23.2±0.49
a
12.0±0.08
b
26.6±0.39
a
23.9±0.30
b
97.1±0.47
b
78.3±0.82
b
27.4±0.24
a
10.9±0.14
b
Keterangan: Superskrip berbeda pada kolom dan parameter yang sama berbeda nyata p0.05.
Panjang punggung merupakan peubah yang memiliki ukuran sama pada setiap waktu pengamatan dari kedua galur induk yang diuji, kecuali untuk umur
30 hari 4 minggu. Kondisi ini diakibatkan oleh pengaruh masuknya darah Pekin
61 yang mewariskan sifat panjang punggung. Dengan demikian ukuran panjang
punggung dari kedua galur secara statistik tidak berbeda nyata p0.05. Ukuran morfologi galur induk PA nyata p0.05 lebih besar dibandingkan
dengan galur induk PM. Dipihak lain bobot badan diakhir pengamatan kedua galur induk tidak berbeda nyata. Dengan demikian PM memiliki kelebihan dari
sistem morfologi. Hal ini dapat dinyatakan bahwa galur induk PM memiliki sistem pertulangan yang lebih kecil. Evaluasi morfologi berdampak terhadap
performa keturunannya. Galur induk PM diharapkan akan menghasilkan Mandalung dengan sistem pertulangan yang lebih kecil.
Nilai FCR masa pertumbuhan galur induk PM dan PA. Prestasi
produktivitas itik bukanlah dilihat dari besarnya bobot badan saja tetapi harus memiliki pertimbangan nilai FCR yang didapat. Feed conversion ratio FCR
sebagai tolok ukur untuk menilai seberapa banyak pakan yang dikonsumsi itik untuk mampu menjadi jaringan tubuh, yang dinyatakan dengan besarnya bobot
badan adalah cara yang masih dianggap terbaik. Semakin rendah nilai FCR maka ternak tersebut akan semakin efisien dalam merubah pakan menjadi jaringan
tubuhnya. Menurut Fairfull et al. 1998 dalam membentuk ayam broiler, selain pertumbuhan, ukuran efisiensi pakan menjadi prioritas dalam sistem pemuliaan.
Pada awal pengamatan menunjukkan bahwa angka FCR pada galur induk PM di atas nilai 3.5 kecuali untuk umur 2 minggu 2.97 dan 3 minggu 3.32.
Angka FCR yang lebih rendah diperoleh pada galur induk PA di bawah 3 hingga itik mencapai umur 7 minggu. Kondisi ini menunjukkan adanya gambaran yang
lebih efisien pada galur induk PA dalam mengkoversi pakan menjadi jaringan tubuh dibandingkan dengan galur induk PM hingga umur tertentu. Wilson et al.
1997 melaporkan bahwa seleksi untuk sifat FCR pada itik Pekin hanya didapat perbaikan sebesar 0.4 FCR pada generasi ke-9 untuk parameter bobot badan. Oleh
karena itu hingga umur pengamatan 7 minggu, galur induk PA memiliki nilai FCR yang lebih baik dibandingkan dengan galur induk PM.
Karakteristik pertumbuhan yang ditampilkan oleh galur induk PM bahwa diawal pertumbuhan bersifat lambat tetapi mencapai bobot yang tidak berbeda
pada akhir pengamatan, mempengaruhi bentuk grafik yang didapat. Gambar 9
62 memperlihatkan bahwa bentuk grafik nilai FCR dari kedua galur induk hingga
umur 7 minggu memiliki pola yang sama. Setelah melewati umur 7 minggu menuju minggu ke-8, galur induk PA tampak kurang efisien. Diakhir pengamatan
umur 16 minggu merupakan bukti bahwa galur induk itik PM dapat bersaing dengan galur induk PA dalam hal efisiensi pakan.
1 2
3 4
5 6
7
Nilai FCR
Hasil di atas tidak berbeda dengan dari hasil laporan Harahap 1993 yang melaporkan bahwa angka konversi pakan itik Mandalung berkisar antara 3.62
hingga 6.30, baik untuk itik jantan maupun betina atau jenis pakan yang digunakan yaitu pakan ayam broiler, campuran pakan ayam broiler + dedak 1:1
maupun hasil gabungan dari keduanya. Dengan ransum terbatas Ketaren dan Prasetyo 2002 melaporkan nilai konversi itik MA dengan kisaran 2.88 hingga
6.38 untuk fase pertama produksi yaitu umur produksi telur 22-42 minggu maupun 3.55 hingga 6.47 bagi fase produksi ke dua yaitu 48-66 minggu.
Mengingat bahwa kedua galur tidak berbeda di dalam mengkonversi pakan FCR, maka kedua galur induk PM dan PA sama baiknya dikembangkan sebagai
galur yang potensial. Untuk ke depan salah satu sifat seleksi yang dianggap baik digunakan agar menghasilkan itik mandalung yang efisien adalah memilih galur
induk yang memiliki nilai FCR rendah, dengan pertumbuhan yang baik. Gambar 10. Nilai konversi pakan galur induk PM • dan PA • terhadap
bobot badan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 10 12 14 16 Minggu ke
63
1.5. Performa Produksi Telur Galur Induk PM dan PA