Analisis data Pencatatan dan Pengolahan Data 1. Pengumpulan Data

30 2. Ukuran linier tubuh morfologi diantaranya adalah panjang badan, lingkar dan lebar dada, panjang sayap, panjang paha. 3. Pola warna tubuh yang akan diamati meliputi warna bulu kepala, paruh, leher, sayap, punggung, dada, paha dan kaki. 4. Parameter karkas yang akan diamati meliputi bobot badan sebelum dipotong, bobot karkas segar. Untuk bagian karkas dilakukan pengukuran terhadap potongan komersial seperti bagian dada, paha, sayap dan punggung. Sementara ukuran linier karkas yang diukur meliputi lingkar dada karkas, dalam dada, tebal dada, lebar paha dan panjang paha.

7.2. Analisis data

Data yang terkumpul dianalisa dengan beberapa metoda, mulai dari analisis deskriptif untuk data pola warna tubuh, uji T-test untuk menguji dua nilai tengah parameter produksi maupun persamaan model non-linier, yang berfungsi untuk menduga pola pertumbuhan maupun pola produksi telur. Teknik pengelompokan telur tetas. Telur tetas hasil IB dikumpulkan setiap hari diberi nomor telur menurut kode nomor induk dan jantan dan urutan hari koleksi. Sebagai contoh telur yang dihasilkan dari induk nomor 124 dan pejantan 1001 pada minggu pertama dan hari kedua koleksi maka nomor telur adalah 01-124-12. Data ukuran telur bobot dan indeks yang diperoleh dimasukkan ke dalam lembar data spread sheet menurut nomor bapak dan induk. Uji normalitas data dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov, dengan menggunakan paket Minitab Release 13.20. Guna mengetahui keragaman data maka dilakukan perhitungan koefisien keragaman dengan mengunakan rumus : KK = [s x 100 X ] . Sering munculnya data ekstrim yang berupa pencilan maka analisis data fertilitas dan daya tetas telur tetas dilakukan dengan cara pengelompokan bobot dan bentuk telur yang ada. Khusus untuk pertumbuhan bobot badan galur induk pengelompokkan ditujukan untuk mengetahui pola laju pertumbuhan. Teknik simulasi ini diharapkan akan mendapatkan informasi biologis yang lebih baik. 31 Kriteria pembagian kelompok didasarkan pada besarnya nilai tengah rataan dengan kisaran satu standar deviasi. Alasan penggunaan nilai satu standar deviasi karena selang yang berada pada nilai rataan tidak terlalu ketat, sehingga aplikasi dilapangan tidak banyak telur tetas yang tersortir. Dengan demikian ada tiga kelompok yaitu terdiri atas selang bawah, tengah dan atas dengan teknik perhitungan adalah sebagai berikut : a. Selang bawah merupakan hasil perhitungan bobot dan indeks telur yang berada pada kisaran lebih kecil dari std x − b. Selang tengah merupakan hasil perhitungan bobot dan indeks telur yang berada pada kisaran diantara std x ± c. Selang atas merupakan hasil perhitungan bobot dan indeks telur yang berada pada kisaran lebih besar dari std x + Sebelum dilakukan pengelompokan maka data dirunut sort mulai dari nilai terkecil hingga terbesar, baik terhadap bobot telur maupun indeks telur. Setelah itu dilakukan perhitungan terhadap besarnya nilai rataan dan juga nilai standar deviasi. Atas dasar kedua nilai tersebut maka dilakukan pengelompokan data mana saja yang masuk pada jenis selang yang ada. Analisis pola warna bulu. Penelusuran warna bulu pada anak itik dari menetas hingga dewasa akan diinformasikan secara deskriptif, yaitu melihat seberapa besar persentase distribusi sebaran warna dominan, warna belang atau bercak dan pola belang dari populasi yang ada. Observasi pola dasar warna bulu penutup tubuh dilakukan pada beberapa permukaan tubuh ternak yaitu area bulu leher, area bulu dada dan perut, area bulu daerah punggung, area bulu kedua sayap, serta area bulu kedua paha dan kaki. Warna belang diskoring berdasarkan masing-masing area tubuh yang diamati. Warna belang yang ada dibedakan atas dasar warna putih, hitam dan warna lainnya seperti lurik coklat dan abu-abu. Analisis pertumbuhan. Kurva pertumbuhan non-linier dimaksudkan untuk menganalisis catatan data pertambahan bobot badan maupun parameter lain yang terukur. Hal ini untuk memahami perubahan ukuran bobot badan maupun morfologi ternak dari pasca pengeraman hingga umur yang dikehendaki. 32 Disamping itu analisis ini dimaksudkan untuk menduga saat terjadinya titik belok awal pertumbuhan dan akhir pertumbuhan bobot dewasa tubuh. Model linier umum yang digunakan dapat dituliskan ke dalam bentuk matematis sebagai berikut : dimana, ϒ ijkl = parameter bobot badan atau morfologi sebagai variabel tak bebas µ = nilai rataan umum α i = parameter bobot badan atau morfologi A sebagai variabel bebas β j = parameter bobot badan atau morfologi B sebagai variabel bebas αβ ij = hubungan antar-parameter, dan ε ijk = simpangan baku Kurva pertumbuhan non-linier yang digunakan adalah model Gompertz dengan program paket statistik SAS 1999. Prosedur eksekusi program adalah Proc NLIN. Pertimbangannya bahwa model tersebut oleh beberapa penulis seperti Ksiazkiewicz et al. 1997, Wiederhold dan Pingel 1997, Shoukun et al. 1999 maupun Larzul et al. 1999 telah dibuktikan sebagai model yang terbaik untuk analisis umur dengan bobot badan pada entog maupun itik dibanding dengan model eksponensial lainnya. Rumus matematik yang digunakan adalah sebagai berikut : dimana, Y t = ukuran bobot badan atau sifat morfologi pada umur t A = ukuran dewasa tubuh asimtot untuk bobot badan atau morfologi B = parameter skala nilai konstanta exp = logaritme dasar 2.178282 k = laju pertumbuhan hingga ternak mencapai dewasa tubuh t = satuan waktu umur Untuk menentukan poin atau titik belok bobot badan digunakan penduga hasil bagi antara nilai A dengan bilangan eksponensial atau [Aexp], sedangkan untuk menduga titik belok umur adalah [lnBk]. Pendugaan nilai heritabilitas h 2 . Metode yang digunakan adalah ANOVA pola nested tersarang, peubah yang akan dianalisis meliputi beberapa sifat Y t = A exp -B exp -kt ϒ ijkl = µ + α i + β j + αβ ij + ε ijk 33 produksi seperti bobot badan dan ukuran dimensi telur pertama. Model matematik menurut petunjuk Becker 1975 adalah sebagai berikut: Y ijklm = µ + a i + b ij + ε ijk dimana : Y ijk = parameter produksi dari jantan i, induk j, dan anak k µ = rataan umum a i = pengaruh pejantan ke i b ij = pengaruh induk ke j pejantan ke i ε ijk = galat akibat lingkungan tak terkontrol dengan asumsi pejantan mengawini betina terjadi secara acak random, tidak terjadi perkawinan sedarah in breeding dan anak dibesarkan dalam lingkungan yang sama. Prosedur penghitungannya menggunakan paket program satatistik Minitab ver. 13.20. Tabel 1. Sidik ragam guna pendugaan nilai heritabilitas h 2 dengan pola Nested Sumber ragam Db JK KT Komponen Antar Pejantan Antar induk dalam pejantan Antar anak dalam induk Total s-1 d-1 sd n-1 n-1 JK S JK D JK W KT S KT D KT W σ 2 W +k 2 σ 2 D + k 3 σ 2 S σ 2 W +k 1 σ 2 D σ 2 W Keterangan : S = jumlah pejantan D = jumlah induk W = jumlah anak per betina Komponen ragam diduga dengan dasar perhitungan sebagai berikut: σ 2 W = KT W σ 2 D = KT D + σ 2 W k 1 σ 2 S = {JK S - KT W +k 2 σ 2 D } k 3 Guna mencari nilai k 1 , k 2 dan k 3 digunakan rumus sebagai berikut : k 1 = .. . 2 dams db n n n i ij       − ∑ ∑ k 2 = .. . 2 2 sires db n ni n ni i j i j       − ∑ ∑∑ ∑ k 3 = .. . .. 2 sires db n n n         − ∑ 34 Komponen ragam induk dan pejantan digunakan untuk menduga nilai heritabilitas h 2 dengan rumus sebagai berikut : h 2 S+D = W D S D S 2 2 2 2 2 2 σ σ σ σ σ + + + Standar eror nilai heritabilitas dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut : s.e.h 2 = W D S D S D S 2 2 2 2 2 2 2 cov 2 var var 2 σ σ σ σ σ σ σ + + + + cov σ 2 S σ 2 D = { } var var 3 1 2 2 2 2 k k k D W σ σ − Nilai heritabilitas dan standar eror dihitung secara manual melalui alat bantu Microsoft Excel. Semua unsur yang diperlukan dalam perhitungan dimasukkan ke dalam spreadsheet, kemudian dibuat format tentang formula atau rumusan sesuai bentuk perhitungan yang dikehendaki. Dengan demikian hanya mengganti nilai dari unsur-unsur yang diperlukan akan segera muncul nilai heritabilitas pada berbagai sifat yang dicari. 35 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Persilangan Pekin dengan Itik Lokal sebagai Calon Galur Induk