35
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Persilangan Pekin dengan Itik Lokal sebagai Calon Galur Induk
Pembahasan tentang galur induk, lebih dititik beratkan pada performa dengan memperhatikan jastifikasi untuk tujuan seleksi jangka panjang. Hal ini
terilhami dari keberhasilan pembentukan Kaiya di Taiwan Tai, 1985 dan industri peternakan ayam yang membutuhkan waktu cukup lama yaitu antara 20-30 tahun
Fairfull, et al.,1998. Penelitian awal dimaksudkan untuk data dasar yang kelak dijadikan acuan bagi para breeder atau pengguna lainnya.
Calon galur induk itik genotipe PM dan PA yang terbentuk pada prinsipnya berbeda karena kedua induk tetuanya lokalnya memiliki karakteristik yang
berbeda, baik dalam hal produksi telur maupun bobot badannya. Perbandingan hasil dimaksudkan untuk membuktikan bahwa asal usul ternak yang disilangkan
akan berpengaruh terhadap produktivitas zuriatnya. Munculnya sifat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing genotipe akan dijadikan pertimbangan di
dalam mengambil keputusan mengenai rencana penelitian jangka panjang. Penggunaan istilah calon galur induk ini dimaksudkan bahwa itik genotipe
yang diuji kelak akan dijadikan sebagai galur induk kelompok awal untuk membentuk galur induk melalui pemantapan seleksi jangka panjang. Meskipun ini
baru calon, namun untuk memudahkan penggunaan istilah setelah proses menetas maka anak itik dari dua genotipe akan senantiasa digunakan istilah galur induk
tanpa calon. Beberapa karakteristik yang menjadi pertimbangan dalam pembahasan
adalah telur tetas, daya tetas, pola warna bulu, laju pertumbuhan dan performa produksi telur. Parameter tersebut masih terurai dalam beberapa sub-sub bab agar
pemahaman sifat karakteristik untuk suatu evaluasi galur induk lebih jelas.
1.1. Karakteristik Telur Tetas Warna kerabang telur. Karakteristik warna kerabang telur itik Alabio
betina yang dibuahi itik Pekin untuk menghasilkan PA maupun Mojosari betina putih untuk menghasilkan PM adalah biru kehijauan. Konsistensi sifat pewarisan
warna kerabang telur tampak lebih kuat mengikuti pola warna kerabang telur
36 induk yaitu itik lokal sebagai tetuanya. Itik lokal Mojosari baik yang berwarna
lurik coklat maupun bulu putih dan itik Alabio memiliki sifat warna kerabang telur biru kehijauan. Itik Pekin menghasilkan telur dengan warna kerabang putih.
Hasil silang kedua itik lokal tersebut dengan Pekin ternyata mewariskan warna kerabang telur biru kehijauan kepada anaknya PM dan PA.
Karakteristik warna kerabang telur merupakan pola warna dominan autosom yaitu G
+
Hutt, 1949 dan masih memiliki sifat liar, karena pada dasarnya warna kerabang telur itik liar adalah biru kehijauan. Akan tetapi pada itik yang telah
terdomestikasi, warna kerabang telur disamping biru kehijauan juga muncul warna kerabang putih Lancaster, 1993. Hal ini terjadi pada itik Bali putih, itik
Pekin, dan itik putih Ukraina akibat domestikasi dan seleksi terhadap sifat tertentu mampu mengubah warna kerabang telur yang tadinya biru kehijauan menjadi
putih dan kondisi ini ternyata dikontrol oleh gen g Romanov et al.,1995.
Keseragaman ukuran telur tetas. Penilaian terhadap keseragaman telur
tetas menjadi bagian yang sangat penting, karena bentuk dan bobot telur senantiasa menjadi bahan pertimbangan dalam menyeleksi telur tetas. Telur yang
memiliki keseragaman tinggi diharapkan akan menghasilkan bobot tetas anak itik DOD yang lebih seragam, dan pada akhirnya diharapkan akan memiliki laju
pertumbuhan yang seragam pula. Galur induk yang memiliki latar belakang bentuk dan bobot telur tetas yang seragam diharapkan akan menghasilkan itik
yang baik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa koefisien keragaman CV bobot
telur pada itik PA sebesar 8.47 dan PM adalah 10.82. Angka ini memberikan makna bahwa kondisi bobot telur tetas PA lebih seragam dengan tingkat
keragaman yang lebih rendah dibandingkan dengan telur tetas PM. Namun untuk ukuran bobot tetas dari kedua jenis telur tersebut, koefisien keragaman adalah
sama besar yaitu PM 10.53 dan PA 10.73. Bentuk indeks telur tetas dari kedua genotipe, nilai keragaman yang diperoleh tidak jauh berbeda. Telur tetas
PM mendapatkan nilai koefisien keragaman dari indeks telur sebesar 14.22 sedangkan untuk telur tetas PA adalah 13.75.
37
Pengelompokan telur tetas berdasarkan bobot dan indeks. Kegiatan
pengelompokan dimaksudkan untuk mengurangi keragaman telur tetas yang tersedia. Ini menjadi bagian yang sangat penting dari kegiatan pengadaan telur
tetas, karena bobot dan bentuk telur senantiasa menjadi bahan pertimbangan dalam menyeleksi telur tetas.
Pengelompokan bobot telur tetas yang berada dikisaran selang tengah yaitu rataan ± satu standar deviasi menunjukkan bahwa telur tetas PM memiliki
jumlah persentase yang lebih rendah yaitu 66.84 dibandingkan dengan persentase keseragaman bobot telur tetas PA yaitu 71.27. Hal ini disebabkan
bahwa pada telur tetas PA, induk lokal Alabio yang digunakan telah mengalami proses seleksi ukuran telur secara ketat. Sementara pada kondisi telur tetas PM,
induk lokal Mojosari putih belum pernah dilakukan seleksi, karena induk yang digunakan langsung didatangkan dari peternak di daerah sentra produksi.
Tabel 2. Distribusi menurut kelompok bobot dan indeks telur tetas PM dan PA Telur tetas PM n=481 butir Telur tetas PA n=550 butir
Parameter bawah
tengah atas
bawah tengah
atas -------------------------------------------------------------
Bobot Telur Indeks telur
15.46 10.31
66.84 76.29
17.70 13.40
14.54 1.82
71.27 95.09
14.18 3.09
Keterangan: bawah adalah nilai selang yang lebih kecil dari
x
-std tengah adalah nilai selang diantara
x
±std atas adalah nilai selang yang lebih besar dari
x
+std
Hasil di atas menunjukkan bahwa untuk induk Mojosari putih peranan seleksi terhadap besarnya bobot telur sangat penting, disamping jumlah produksi
telur harian. Dengan cara tersebut kondisi bobot telur yang akan dieramkan dapat ditingkatkan, sehingga pada selang tengah akan diperoleh jumlah telur yang lebih
tinggi persentasenya. Disamping itu sistem pengelompokan bobot telur tetas, dapat memisahkan sekitar 30 dari total jumlah telur tetas yang memiliki ukuran
bobot terlalu kecil atau terlalu besar. Indeks telur tetas yang ditampilkan pada Tabel 2 di atas, menunjukkan
bahwa pengelompokan indeks telur tetas PA pada selang tengah lebih tinggi dibandingkan dengan indeks telur tetas PM. Besarnya persentase selang tengah
indeks telur tetas PM adalah 76.29, sedangkan pada indeks telur tetas PA adalah 95.09. Hasil tersebut membuktikan bahwa bentuk telur tetas PA cenderung lebih
38 homogen. Kondisi yang lebih seragam ini, sebagai akibat sistem seleksi pada
induk Alabio yang ketat dan terarah. Demikian sebaliknya, telur tetas PM karena induk Mojosari putih belum dilakukan seleksi maka keragaman variasi relatif
tinggi.
1.2. Daya Tetas dan Bobot Tetas