Pertumbuhan Mandalung Pembentukan Mandalung

83 Bulu sayap berwarna putih mendominasi dalam populasi 79.6 untuk mandalung genotipe EPM dibanding dengan warna dasar lainnya. Sementara untuk EPA warna dasar hitam lebih mendominasi 58.6, kemudian diikuti dengan warna bulu putih 29.9. Warna belang yang menyertai warna dasar untuk mandalung EPA didistribusikan ke beberapa warna seperti putih 39.2, solid 23.0 dan hitam 18.4 maupun warna lainnya yang bersifat minoritas. Untuk genotipe EPM pola warna solid lebih banyak persentasenya 79.5. Warna bulu paha putih dan lurik merupakan warna dasar yang cenderung penyebarannya lebih banyak ditemukan pada populasi mandalung yang ada. mandalung EPM, warna bulu paha putih sebesar 78.4 dan warna hitam sebanyak 15.1. Untuk EPA warna bulu paha putih lebih rendah dari EPM yaitu 37.9, kemudian diikuti oleh warna bulu lurik 34.6, dan warna hitam maupun abu- abu masing-masing sebesar 10.3. Galur induk PM terbukti menghasilkan anak dengan persentase warna bulu putih lebih tinggi pada turunannya. Sementara untuk galur induk PA mewariskan sifat pola warna bulu yang lebih beragam. Oleh karena itu seleksi terhadap sifat kualitatif yang menitik beratkan pada pola warna bulu, maka galur induk PM lebih banyak menghasilkan mandalung yang penyebaran warna putihnya lebih tinggi.

2.4. Pertumbuhan Mandalung

Pertumbuhan dapat dilhat dari dua sisi yaitu laju pertambahan bobot badan harian PBB dan keadaan bobot badan menurut ukuran satuan waktu tertentu. Prinsip keduanya adalah sama sebagai alat ukur untuk mengetahui seberapa besar adanya perubahan yang diakibatkan oleh potensi genetik dan adanya perlakuan lingkungan kandang, pakan, minum dan sebagainya baik dilihat dari dimensi ukuran tubuh bobot badan maupun dimensi struktur yang menyusun bagian tubuh sifat morfologi. Pertambahan bobot badan. Laju pertambahan bobot badan dari kedua genotipe mandalung menunjukkan pola dengan bentuk lengkung yang cenderung membentuk garis sigmoid. Meskipun EPM berasal dari tetua Mojosari putih 84 dengan bobot badan relatif lebih rendah, tetapi mandalung keturunannya memiliki penampilan pertambahan bobot badan yang baik dan mampu bersaing sama baiknya dengan pembandingnya yaitu mandalung EPA yang idhasilkan dari tetua lokal Alabio. Puncak pertambahan bobot badan pada mandalung EPM cenderung lebih tinggi dari pembandingnya EPA. Umur untuk mencapai puncak pertambahan bobot badan tersebut adalah 6 minggu. Sementara bagi mandalung EPA puncak dicapai pada umur 5 minggu, dan setelah itu terjadi penurunan laju pertambahan bobot badan secara gradual. Namun demikian derajat penurunan laju pertambahan bobot badan yang ditampilkan oleh mandalung EPA terjadi secara fluktuatif, sedangkan pada mandalung EPM cenderung bersifat tajam. 100 200 300 400 500 600 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Umur mg PBB Laju pertambahan bobot badan dari genotipe mandalung hingga umur 5 minggu masih menunjukkan garis yang saling berhimpitan. Artinya bahwa laju pertambahan yang terjadi tidak berbeda jauh. Setelah melewati umur tersebut pola pertumbuhan mandalung EPA cenderung tidak konsisten, karena bersifat fluktuatif setiap minggunya. Berbeda halnya dengan mandalung EPM, setelah masuk minggu ke-6 laju pertambahan bobot badan masih menunjukkan peningkatan hingga akhirnya turun secara tajam ada umur 7 minggu. Dilihat dari laju pertambahan bobot badan Gambar 17 yang dikaitkan dengan puncak pertambahan bobot badan maka tidak dapat dipungkiri bahwa secara biologis ternak tersebut lebih baik bila dipotong pada umur 6 minggu. Namun demikian pertimbangan akan berbagai segi seperti besarnya FCR, proporsi otot daging pada bagian dada, maupun pertimbangan bulu penutup tubuh akan Gambar 17. Pertambahan bobot badan menurut genotipe Mandalung untuk EPM --- dan EPA — 85 jauh lebih penting untuk dilihat secara cermat. Berbagai pertimbangan tersebut akan menghasilkan sinergi kelayakan usaha yang paling menguntungkan. Secara alamiah pertimbangan tersebut mengikuti proses fisiologis. Sebagaimana yang disampikan Brun et al. 1995 bahwa untuk pertumbuhan otot dada secara optimal jika pertumbuhan sayap, paha dan karkas sudah mencapai pertumbuhan dewasa tubuh. Dengan demikian pertumbuhan otot dada relatif lebih lama masak lambat dibanding bagian tubuh sayap, paha dan karkas. Oleh karena itu pengamatan mandalung umur 8 minggu perlu diuji lebih lanjut apakah proporsi otot dada yang dicapai sudah optimal. Hasil di atas menunjukkan mandalung EPM memiliki laju pertambahan bobot badan yang sama baiknya dengan EPA. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan galur induk PM maupun PA pada umur potong 10 minggu ke atas memiliki kemampuan menghasilkan mandalung dengan bobot potong yang sama baik. Tetapi EPM memiliki pola penyebaran warna putih yang lebih tinggi dari EPA maka kesempatan pengembangan galur induk PM lebih relaistis dengan tujuan utamanya. Kondisi bobot badan masa pertumbuhan. Pembahasan yang terkait dengan bobot tetas bahwa mandalung EPM nyata p0.01 lebih rendah dari mandalung EPA, tampaknya masih berlanjut pada mandalung umur 1 minggu. Uji statistik menunjukkan bahwa bobot badan EPA 99.78±22.38 g terbukti lebih tinggi p0.01 dari EPM 88.19±22.17 g. Kondisi ini memperkuat dugaan bahwa sifat pewarisan bobot badan yang dimiliki oleh tetuanya khususnya itik Alabio vs Mojosari masih cukup berpengaruh terhadap perbedaan bobot badan mingguan pada mandalung yang terbentuk. Gambar 18, mandalung EPA pada umur 2 minggu laju perbedaanya mulai berkurang, karena besarnya kisaran perbedaan secara statistik tidak nyata p0.05. Bobot badan dari kedua mandalung tersebut adalah sama yaitu berkisar 260 g. Hasil badan ini relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil yang dilaporkan oleh Hanh et al. 1995 yaitu 244 g. 86 1000 2000 3000 4000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Umur mg Bbt Bdn g Keadaan bobot badan pada minggu ke-4 hingga ke-5 kedua mandalung tidak menunjukkan perbedaan yang nyata p0.05. Akan tetapi pada minggu ke-6 dan ke-7, bobot badan mandalung EPA nyata p0.05 lebih besar dari EPM. Rataan bobot badan minggu ke-6 untuk mandalung EPA adalah 1859.60±240.15 g, secara statistik terbukti nyata p0.01 lebih tinggi dari mandalung EPM yaitu 1764.73±241.39 g. Demikian halnya rataan bobot badan mandalung minggu ke-7, bobot badan EPA 2254.98±237.42 g secara statistik nyata lebih tinggi p0.05 dari EPM 2187.91± 268.34 g. Rataan bobot badan EPA pada minggu ke-8 hingga ke-12 secara statistik tidak berbeda nyata p0.05 dibandingkan dengan EPM. Karakteristik pertumbuhan ini membuktikan bahwa pengaruh tetua lokal Alabio dan Mojosari putih untuk PBBH semakin kecil. Sifat pewarisan PBBH tampak lebih besar diperoleh secara kumulatif dari pejantan yang memiliki performans besar bobot badan, khususnya silang tiga bangsa. Melihat hasil akhir bahwa EPM memiliki performans yang tidak berbeda dengan EPA, maka galur induk PM cenderung lebih baik untuk dikembangkan sebagai induk penghasil mandalung. Hal ini didasari adanya kelebihan yang ada pada galur induk PM, yaitu sifat fenotipe warna bulu putih yang tidak dapat disaingi oleh galur induk PA untuk jangka waktu yang pendek hingga menengah. Rataan bobot badan menurut jenis kelamin. Secara biologis, keunggulan jantan dalam hal pertumbuhan bobot badan masih mununjukkan kondisi yang lebih tinggi dibanding betina. Sifat alamiah ini juga berlaku bagi mandalung EPA Gambar 18. Keadaan bobot badan menurut umur Mandalung genotipe EPM • dan EPA • 87 maupun EPM. Kondisi ini tercermin dari pola penampilan bobot badan selama dalam masa pengamatan 12 minggu. Meskipun demikian pada umur-umur tertentu tampak adanya bobot betina lebih tinggi dari jantan. Tabel 16. Rataan bobot badan mandalung menurut umur yang dikelompokkan berdasarkan perbedaan genotipe dan jenis kelamin EPM Jantan EPM Betina EPA Jantan EPA Betina Umur Rataan SE Rataan SE Rataan SE Rataan SE 1 mg 2 mg 3 mg 4 mg 5 mg 6 mg 7 mg 8 mg 9 mg 10 mg 11 mg 12 mg 88.27 a 258.80 a 483.24 a 854.69 a 1367.24 a 1781.22 a 2221.51 a 2520.41 a 2809.00 a 2929.15 a 2995.09 a 3084.13 a 2.32 6.38 14.37 17.66 25.71 28.89 34.04 37.16 72.81 40.13 52.71 54.01 88.78 a 256.66 a 506.32 a 881.08 a 1340.68 a 1738.83 a 2143.91 a 2435.47 a 2711.94 a 2833.82 a 2834.19 a 2905.30 b 3.33 8.90 14.71 27.60 26.33 34.85 36.60 37.92 42.40 46.45 75.55 53.89 104.54 a 278.19 a 527.21 a 866.21 a 1331.70 a 1842.21 a 2283.38 a 2581.51 a 2862.91 a 2952.52 a 2905.50 a 2876.44 a 2.29 9.36 11.88 19.51 21.30 22.37 26.37 27.63 33.43 41.86 72.68 75.10 98.03 a 247.85 b 517.36 a 839.15 a 1307.03 a 1874.00 a 2229.81 a 2432.38 b 2621.92 b 2716.21 b 2838.94 a 2947.19 a 3.08 9.54 10.84 18.34 26.33 36.19 33.53 32.97 48.65 46.45 60.54 54.77 Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris dan genotipe yang sama berbeda nyata p0.05 Tingkat perbedaan bobot badan yang tidak nyata menurut jenis kelamin pada mandalung EPM terjadi hingga umur 11 minggu, tetapi untuk EPA terjadi pada umur 1, 3-7 dan 11-12 minggu Tabel 16. Besarnya tingkat perbedaan bobot badan jantan dengan betina dari kedua genotipe mandalung umur 8-12 minggu berkisar pada angka 100 g. Hasil tersebut tidak sebagaimana yang dilaporkan Tai et al. 1999 bahwa selisih bobot badan mandalung hasil silang Tsaiya coklat dengan Entog untuk umur 9 minggu sebesar 460 g, 10 minggu 560 g dan umur 12 minggu 520 g. Fenomena adanya perbedaan yang tidak nyata mengindikasikan bahwa kemampuan untuk tumbuh antara jantan dengan betina sama baiknya bagi mandalung EPA maupun EPM. Hal ini memberikan peluang kuat bahwa apapun genotipe galur induk yang dievaluasi, sifat pertumbuhan anak jantan dengan betina tidak berbeda. Namun demikian homoginitas pertumbuhan sebaiknya menjadi bahan pertimbangan yang tersendiri. Keuntungan dengan kondisi bobot badan akhir yang tidak berbeda, menjadikan pengaruh rasio DOD betina yang netas dapat diminimalkan. Mengingat sekitar 30 dari total anak mandalung yang netas berkelamin betina, 88 jika bobot badan akhirnya lebih rendah maka dapat mengurangi tingkat pendapatan out-put bagi peternak. Kurva pertumbuhan menurut genotipe. Pendugaan kurva non-linier bobot badan menunjukkan bahwa mandalung EPM dan EPA hingga umur 5-6 minggu masih menunjukkan bobot badan yang saling berhimpitan. Melewati umur 6 minggu, kondisi bobot badan EPM lebih tinggi dari EPA. Pada Gambar 19 dapat dilihat perbedaan arah sudut yang semakin renggang antara EPM dengan EPA. Mandalung EPM cenderung menunjukkan garis yang tetap naik, sedangkan mandalung EPA mendekati kearah garis yang datar. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa bertambahnya umur ternak maka laju bobot badan pada mandalung EPM cenderung yang lebih tinggi hasilnya, terutama setelah melewati minggu ke 9. Tingkat perbedaan bobot badan akan semakin jelas setelah mandalung mencapai umur di atas 10 minggu. Bobot badan asimtot yang diperoleh dari pendugaan model non-linier menunjukkan bahwa mandalung EPM lebih tinggi dari EPA. Bobot badan EPM adalah 3247 g, sedangkan EPA 3135 g. Hasil ini tidak jauh dengan nilai rataan bobot badan pada umur pengamatan umur 12 minggu sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Bobot dewasa asimtot dicapai pada umur antara 11 hingga 13 minggu, seteleh itu garis kurva menuju kearah yang cenderung datar plateau. Kondisi bobot badan yang tidak membedakan genotipe mandalung memiliki penampilan diantara kedua genotipe mandalung yang diuji EPM dan EPA. 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 Umur Minggu Bbt Bdn g Gambar 19. Kurva simulasi bobot badan Mandalung antar genotipe EPM • dan EPA • dan gabungan • 89 Tanpa membedakan genotipe, maka titik belok bobot badan yang dicapai adalah 1385 g dengan umur 32 hari, sementara untuk itik mandalung bergenotipe EPM titik belok bobot badan adalah 1410 g dengan umur 32 hari dan bagi itik mandalung genotipe EPA adalah 1362 g dengan umur 31 hari. Hasil ini mengisyaratkan bahwa pola manajemen lingkungan sebaiknya dilakukan setelah ternak mencapai umur 30 hari. Pola perubahan pakan tersebut diartikan sebagai pola perubahan kandungan protein dan energi yang lebih rendah. Hal ini disamping untuk meningkatkan efisiensi usaha juga pola pertumbuhan yang dicapai setelah umur tersebut relatif lebih rendah dari sebelumnya. Kurva non-linier untuk pendugan garis lengkung bobot badan diatas menambah kuatnya pembahasan tentang PBBH. Secara eksplisit dapat dilaporkan bahwa galur induk PM menghasilkan mandalung dengan bobot badan akhir yang lebih baik dibanding dengan galur induk PA. Kondisi ini semakin memperjelas sifat keunggulan galur induk PM.

2.5 Pertumbuhan Morfologi Mandalung