lingkungan. Limbah yang dihasilkan oleh perusahaan ini tergolong sebagai limbah organik. Limbah yang berupa duri, insang dan isi perut ikan ini biasanya dibuang
dalam kolam yang telah disediakan pemilik sebagai pakan ikan. Selain itu BANISI juga memberikan peluang kerja tambahan bagi masyarakat sekitar.
Contohnya adalah pada saat ada pesanan khusus, dimana perusahaan membutuhkan tenaga kerja lebih untuk memenuhi pesanan.
Jika dilihat dari aspek sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan pembuatan bandeng isi ini layak untuk dijalankan. Selain tidak menimbulkan
limbah yang dapat merusak lingkungan, kegiatan usaha ini juga dapat menambah kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar.
6.2 Analisis Kelayakan Finansial
Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan pembuatan bandeng isi. Analisis kelayakan finansial yang
dilakukan pada ketiga skenario bertujuan untuk melihat apakah dengan penambahan alat perusahaan atau perubahan cara perolehan bahan baku BANISI
tetap layak atau tidak layak untuk dijalankan. Untuk mengetahui hasil kelayakan pengusahaan pembuatan bandeng isi akan dilihat dari kriteria-kriteria kelayakan
finansial yang meliputi NPV, Net BC, IRR, dan Payback Periode.
6.2.1 Analisis Kelayakan Finansial Skenario I Tanpa Penambahan Alat
Skenario I merupakan skenario yang saat ini dijalankan oleh BANISI dimana alat dan bahan yang digunakan merupakan jumlah yang dipergunakan
pada saat ini.
a Analisis Hasil Inflow
Pada usaha pembuatan bandeng isi dengan alat yang ada sekarang ini, arus penerimaan diperoleh dari hasil penjualan produk bandeng isi. Selain itu,
penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa biaya investasi berupa kolam, motor dan alat-alat yang saat ini digunakan untuk proses pembuatan bandeng isi. Jumlah alat
yang digunakan untuk memproduksi bandeng isi saat ini yaitu satu buah oven, satu buah kalakat semacam panci, satu buah mesin vacuum, satu set kompor gas,
dua buah tabung gas, frezeer, mesin giling, wadah stainless steel untuk menampung bandeng isi yang telah matang, blender, gunting bedah, serta satu
buah timbangan. Dalam sekali siklus produksi dapat dihasilkan bandeng isi sebanyak 75 buah. Dalam seminggu dilakukan proses produksi sebanyak empat
kali sehingga total produksi dalam seminggu yaitu 300 ekor bandeng isi dan dalam sebulan dapat dihasilkan 1200 bandeng isi. Total penjualan bandeng isi
pada tiap tahun disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Bandeng Isi Skenario I Tahun Ke
Jumlah Produksi ekor
Harga Satuan Rpekor
Nilai Rp
1 14 400
13 000 187 200 000
2 14 400
13 000 187 200 000
3 14 400
13 000 187 200 000
4 14 400
13 000 187 200 000
5 14 400
13 000 187 200 000
6 14 400
13 000 187 200 000
7 14 400
13 000 187 200 000
8 14 400
13 000 187 200 000
9 14 400
13 000 187 200 000
10 14 400
13 000 187 200 000
Total 1 872 000 000
Selain dari penjualan produk bandeng isi, penerimaan perusahaan juga diperoleh dari nilai sisa salvage value biaya investasi yang terdapat hingga akhir
umur proyek sehingga dapat ditambahkan sebagai manfaat proyek. Biaya-biaya investasi pada usaha pembuatan bandeng isi ini yang masih memiliki nilai hingga
akhir umur proyek antara lain oven, kalakat, wadah stainless steel, dan mesin giling. Nilai sisa pada proyek dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Pada Skenario I
No Uraian
Nilai Rp Umur
Ekonomis tahun
Penyusutan Per Tahun
Sisa Rp
1. Oven
6 000 000 3
2 000 000 4 000 000
2. Kalakat
150 000 3
50 000 100 000
3. Loyang
1 500 000 3
500 000 1 000 000
4. Mesin Giling
300 000 3
100 000 200 000
Total 5 300 000
Nilai sisa yang tercantum didapat dengan menggunakan metode garis lurus. Karena pada tahun terakhir proyek penyusutan yang dikenakan hanya satu tahun
sehingga alat-alat tersebut masih memiliki nilai sisa seperti yang tercantum dalam tabel.
b Analisis Hasil Outflow
Arus pengeluaran pada skenario I terdiri dari pengeluaran untuk biaya investasi, biaya operasional, dan biaya tetap. Biaya investasi adalah biaya-biaya
yang dikeluarkan pada tahun pertama proyek. Rincian Biaya investasi pada skenario I ini terdapat pada Tabel 9.
Tabel 9. Biaya Investasi Pada Skenario I No
Uraian Jumlah
buah Panjang
m Luas
m
2
Harga Satuan
Rp Nilai Rp
Umur Ekono-
mis tahun
1. Kolam
Limbah 1 buah
100 m
2
200 000 20 000 000 10
2. Freezer
1 buah 2 000 000
2 000 000 5
3. Mesin
Vacuum 1 buah
17 000 000 17 000 000 10
4. Oven
1 buah 6 000 000
6 000 000 3
5. Kompor
1 buah 350 000
350 000 5
6. Tabung Gas
2 buah 300 000
600 000 1
7. Mesin Giling
1 buah 300 000
300 000 3
8. Timbangan
1 buah 80 000
80 000 2
9. Kalakat
1 buah 150 000
150 000 3
10. Loyang
1 set 1 500 000
1 500 000 3
11. Motor
1 buah 10 000 000 10 000 000
10 12.
Blender 1 buah
170 000 170 000
1 13.
Peralatan Dapur
1 set 228 000
228 000 1
14. Gunting
Bedah 2 buah
125 000 250 000
1
Selain biaya investasi juga ada biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan apabila ada komponen pada biaya investasi yang dikeluarkan telah
habis umur ekonomisnya. Tidak semua biaya investasi mengalami reinvestasi, hanya beberapa biaya saja yang umur ekonomisnya tidak selama umur proyek.
Biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri dari:
Tabel 10. Biaya Reinvestasi Pada Skenario I No
Uraian Umur
Ekonomis tahun
Jumlah buahPan
jang m Harga
Satuan Rp Nilai Rp
1. Freezer
5 1
2 000 000 2 000 000
2. Oven
3 1
6 000 000 6 000 000
3. Kompor
5 1
350 000 350 000
4. Tabung Gas
1 2
300 000 600 000
5. Mesin Giling
3 1
300 000 300 000
6. Timbangan
2 1
80 000 80 000
7. Kalakat
3 1
150 000 150 000
8. Loyang
3 1
1 500 000 1 500 000
9. Blender
1 1
170 000 170 000
10. Peralatan Dapur
1 1
228 000 228 000
11. Gunting Bedah 1
2 125 000
250 000 Biaya operasional adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
produksi bandeng isi. Biaya operasional pada skenario I dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 11. Biaya Operasional Per Tahun Pada Skenario I
No Uraian
Jumlah Harga Satuan
Rp Nilai Rp
1. Ikan Bandeng
4 800 kg 15 000
72 000 000 2.
Daging Sapi 240 kg
45 000 10 800 000
3. Daging Ayam
240 kg 24 000
5 760 000 4.
Udang 384 kg
30 000 11 520 000
5. Bumbu
8 956 800 6.
Gas 1 320 000
7. Transportasi
1 920 000 8.
Minyak Goreng 288 L
16 000 4 608 000
9. Kemasan
4 800 buah 1000
4 800 000 Selain biaya investasi dan biaya operasional, perusahaan juga mengeluarkan
biaya tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri atas:
Tabel 12. Biaya Tetap Pada Skenario I No
Uraian Jumlah
Nilai Rp
1. Gaji Pegawai
5 orang 45 000 000
2. Perawatan Kendaraan
150 000 3.
Listrik, air, telepon 2 520 000
4. Sewa Tempat
4 800 000
c Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net BC, IRR, dan payback periode. Pada skenario I, diperoleh hasil analisis finansial sebagai
berikut. Tabel 13. Hasil Analisis Finansial Skenario I
Kriteria Hasil
Net Present Value rupiah
13 646 116
Net Benefit and Cost Ratio 1,2994
Internal Rate Return persen
15
Payback Periode tahun 7,60
Berdasarkan analisis finansial di atas dapat dilihat bahwa usaha pembuatan bandeng isi ini memperoleh NPV0 yaitu sebesar Rp 13.646.116 yang artinya
bahwa usaha pembuatan bandeng isi ini layak untuk dijalankan. NPV sama dengan Rp 13.646.116 menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha
pembuatan bandeng isi selama umur proyek terhadap tingkat diskon discount rate
yang berlaku. Kriteria lain yang dianalisis adalah Net BC, pada skenario I ini diperoleh nilai Net BC 1 yaitu sebesar 1,2994 yang menyatakan bahwa
usaha pembuatan bandeng isi ini layak dijalankan. Nilai Net BC sama dengan 1,2994 artinya setiap Rp 1 yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan
Rp 1,2994 satuan manfaat bersih. IRR yang diperoleh dari analisis finansial skenario I adalah 15 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor
rate yang berlaku yaitu 8 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan tingkat
pengembalian internal proyek sebesar 15 persen dan karena IRR8 persen, maka usaha ini layak dan menguntungkan. Skenario pembuatan bandeng isi ini
memiliki periode pengembalian biaya investasi selama 7 tahun 7 bulan 6 hari.
d Analisis Switching Value
Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti switching value sampai memperoleh nilai NPV yang masih memenuhi nilai
kelayakan usaha. Hasil switching value pada skenario I adalah sebagai berikut.
Tabel 14. Hasil Analisis Switching Value Skenario I Perubahan
Persentase persen
NPV rupiah
Net BC
IRR persen
Payback Periode
tahun
Penurunan Penjualan 1,00
79 942 1
8 9,97
Kenaikan Harga
Bandeng 2,61
27 765 1
8 9,99
Penurunan Harga Jual 1,00
79 942 1
8 9,97
Dari hasil analisis switching value diatas dapat dilihat bahwa batas maksimal perubahan terhadap penurunan penjualan, kenaikan harga bandeng, dan
penurunan harga jual masing-masing adalah 1,00 persen, 2,61 persen, dan 1,00 persen. Apabila perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut, maka usaha
pembuatan bandeng isi ini menjadi tidak layak atau tidak menguntungkan. Besarnya penurunan penjualan dan harga jual sebesar 1,00 persen menunjukkan
bahwa usaha pembuatan bandeng isi ini masih layak apabila penurunan yang terjadi terhadap produksi dan harga jual tidak lebih besar dari 1,00 persen.
Sementara itu, besarnya kenaikan harga bandeng yang masih dapat mendatangkan keuntungan bagi usaha pembuatan bandeng isi adalah 2,61 persen. Ini berarti
bahwa kenaikan harga bandeng memiliki pengaruh yang lebih kecil terhadap kelangsungan usaha dibandingkan faktor penurunan produksi dan harga jual.
Berdasarkan hasil analisis switching value terhadap skenario I dapat disimpulkan bahwa tingkat penjualan dan harga jual merupakan hal yang sangat
sensitif terhadap kelayakan usaha dibandingkan dengan pengaruh harga bandeng. Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase perubahan yang dapat mengubah
tingkat kelayakan usaha pembuatan bandeng isi.
6.2.2 Analisis Kelayakan Finansial Skenario II Penambahan Bahan Baku dan Alat Produksi