bandeng sebagai bahan baku utama pengaruhnya tidak sebesar pengaruh perubahan penjualan dan harga jual.
6.2.3 Analisis Kelayakan Finansial Skenario III Bahan Baku Langsung Dari Produsen
Pada Skenario III akan dilihat kelayakan financial dari rencana pemilik untuk memperoleh bahan baku langsung dari produsen ikan bandeng untuk
mendapatkan harga bahan baku yang lebih murah.
a Analisis Hasil Inflow
Pada skenario III yaitu usaha pembuatan bandeng isi dengan perolehan bahan baku langsung dari produsen bandeng, arus pemasukan diperoleh dari
penjualan bandeng isi yang diproduksi. Dalam hal ini perusahaan melakukan sendiri pembelian bahan baku langsung kepada petambak ikan bandeng di daerah
Losari yang dikarenakan terjadi kelangkaan ikan bandeng di Bandung. Jumlah bahan baku yang digunakan menggunakan kapasitas normal seperti pada skenario
pertama, hanya saja ada perbedaan pada alat produksi yang digunakan. Pada skenario ini kendaraan yang digunakan berupa satu buah mobil pick up yang
didapat dengan sistem sewa. Selain itu ada penambahan alat berupa satu buah tong sebagai wadah untuk membawa ikan bandeng dari Losari ke Bandung.
Berikut adalah tabel penjualan bandeng isi mulai tahun ke-1 hingga tahun ke-10.
Tabel 23. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Bandeng Isi Skenario III Tahun
Ke Jumlah Produksi
ekor Harga Satuan
Rpekor Nilai Rp
1 14 400
13 000 187 200 000
2 14 400
13 000 187 200 000
3 14 400
13 000 187 200 000
4 14 400
13 000 187 200 000
5 14 400
13 000 187 200 000
6 14 400
13 000 187 200 000
7 14 400
13 000 187 200 000
8 14 400
13 000 187 200 000
9 14 400
13 000 187 200 000
10 14 400
13 000 187 200 000
Total 1 872 000 000
Sumber penerimaan lain adalah nilai sisa dari biaya investasi yang tidak habis pakai pada akhir umur proyek. Nilai sisa tersebut didapat dari oven, kalakat,
wadah stainless steel, dan mesin giling. Diasumsikan nilai jual alat-alat tersebut sama dengan nilai belinya. Nilai sisa pada skenario III disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Pada Skenario III
No Uraian
Nilai Rp Umur
Ekonomis tahun
Penyusutan Per Tahun
Sisa Rp
1. Oven
6 000 000 3
2 000 000 4 000 000
2. Kalakat
150 000 3
50 000 100 000
3. Loyang
1 500 000 3
500 000 1 000 000
4. Mesin Giling
300 000 3
100 000 200 000
Total 5 300 000
Nilai sisa yang tercantum didapat dengan menggunakan metode garis lurus. Karena pada tahun terakhir proyek penyusutan yang dikenakan hanya satu tahun
sehingga alat-alat tersebut masih memiliki nilai sisa seperti yangtercantum dalam tabel.
b Analisis Hasil Outflow
Arus pengeluaran pada skenario III terdiri atas biaya investasi, biaya operasional, dan biaya tetap. Biaya investasi pada skenario ini terdapat pada Tabel
25.
Tabel 25. Biaya Investasi Pada Skenario III No
Uraian Jumlah
buah Panjang
m Luas
m
2
Harga Satuan
Rp Nilai Rp
Umur Ekono-
mis tahun
1. Kolam
Limbah 1 buah
100 m
2
200 000 20 000 000 10
2. Freezer
1 buah 2 000 000
2 000 000 5
3. Mesin
Vacuum 1 buah
17 000 000 17 000 000 10
4. Oven
1 buah 6 000 000
6 000 000 3
5. Kompor
1 buah 350 000
350 000 5
6. Tabung Gas
2 buah 300 000
600 000 1
7. Mesin
Giling 1 buah
300 000 300 000
3 8.
Timbangan 1 buah
80 000 80 000
2 9.
Kalakat 1 buah
150 000 150 000
3 10.
Loyang 1 set
1 500 000 1 500 000
3 11.
Motor 1 buah
10 000 000 10 000 000 10
12. Blender
1 buah 170 000
170 000 1
13. Peralatan
Dapur 1 set
228 000 228 000
1 14.
Gunting Bedah
2 buah 125 000
250 000 1
15. Tong
1 buah 100 000
100 000 1
Pada biaya investasi diatas, terdapat beberapa biaya yang memiliki umur ekonomis lebih cepat daripada umur proyek. Komponen biaya tersebut harus
mengalami reinvestasi untuk menjaga kelangsungan produksi. Biaya reinvestasi pada skenario ini terdiri atas:
Tabel 26. Biaya Reinvestasi Pada Skenario III No
Uraian Umur
Ekonomis tahun
Jumlah buahPan
jang m Harga
Satuan Rp Nilai Rp
1. Freezer
5 1
2 000 000 2 000 000
2. Oven
3 1
6 000 000 6 000 000
3. Kompor
5 1
350 000 350 000
4. Tabung Gas
1 2
300 000 600 000
5. Mesin Giling
3 1
300 000 300 000
6. Timbangan
2 1
80 000 80 000
7. Kalakat
3 1
150 000 150 000
8. Loyang
3 1
1 500 000 1 500 000
9. Blender
1 1
170 000 170 000
10. Peralatan Dapur
1 1
228 000 228 000
11. Gunting Bedah 1
2 125 000
250 000 12. Tong
1 1
100 000 100 000
Komponen biaya lain yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya operasional. Biaya-biaya ini dikeluarkan selama proses produksi dilaksanakan.
Biaya operasional pada skenario ini terdapat pada tabel berikut. Tabel 27. Biaya Operasional Per Tahun Pada Skenario III
No Uraian
Jumlah Harga Satuan
Rp Nilai Rp
1. Ikan Bandeng
4 800 kg 9 000
43 200 000 2.
Daging Sapi 240 kg
45 000 10 800 000
3. Daging Ayam
240 kg 24 000
5 760 000 4.
Udang 384 kg
30 000 11 520 000
5. Bumbu
8 956 800 6.
Gas 1 320 000
7. Transportasi
76 800 000 8.
Minyak Goreng 288 L
16 000 4 608 000
9. Kemasan
4 800 buah 1 000
4 800 000 10. Sewa Mobil
28 800 000 Selain biaya investasi dan biaya operasional, ada juga biaya tetap yang
dikeluarkan perusahaan. Biaya tetap ini terdiri dari:
Tabel 28. Biaya Tetap Pada Skenario III No
Uraian Jumlah
Nilai Rp
1. Gaji Pegawai
5 orang 45 000 000
2. Perawatan Kendaraan
1 200 000 3.
Listrik, air, telepon 2 520 000
4. Sewa Tempat
4 800 000
c Analisis Kelayakan Finansial
Kelayakan finansial usaha pembuatan bandeng isi pada skenario III dapat dilihat dari beberapa kriteria yaitu NPV, Net BC, IRR, dan Payback Periode.
Dari nilai kriteria tersebut barulah dapat dilihat apakah skenario III akan layak untuk dijalankan.
Pada skenario III diperoleh nilai NPV0 yaitu sebesar -527.334.772 sehingga usaha pembuatan bandeng isi pada skenario ini dikatakan tidak layak.
Nilai negatif pada NPV menunjukkan tidak adanya manfaat bersih yang diterima dari usaha pembuatan bandeng isi pada discount rate yang berlaku. Karena NPV
bernilai negatif maka secara finansial usaha pembuatan bandeng isi ini tidak layak dari kategori analisis finansial lainnya.
d Analisis Switching Value
Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti switching value sampai memperoleh nilai NPV yang masih memenuhi kriteria
kelayakan usaha. Karena usaha pada skenario ini tidak layak dari segi finansial maka perlakuan yang diberikan dalam perhitungan switching value sedikit
berbeda dengan yang digunakan pada skenario sebelumnya. Perubahan yang digunakan pada skenario ini yaitu kenaikan harga, kenaikan penjualan dan
penurunan harga bandeng. Hasil switching value pada skenario III adalah sebagai berikut.
Tabel 29. Hasil Analisis Switching Value Skenario III Perubahan
Persentase persen
NPV rupiah
Net BC
IRR persen
Payback Periode
tahun
Kenaikan Penjualan 75,62
43 424 1
8 9,98
Penurunan Harga
Bandeng 172,99
16 103 1
8 9,98
Kenaikan Harga Jual 38,88
118 080 1
8 9,96
Dari tabel di atas dapat dilihat batas minimum perubahan kenaikan penjualan, penurunan harga bandeng, dan kenaikan harga jual adalah 75,62
persen, 172,99 persen, dan 38,88 persen. Apabila perubahan terhadap kenaikan penjualan, dan kenaikan harga jual yang terjadi kurang dari 77,28 persen dan
39,73 persen, maka usaha pembuatan bandeng isi ini menjadi tidak layak. Artinya bahwa usaha ini sensitif terhadap kenaikan harga jual dibandingkan dengan
kenaikan penjualan. Sedangkan untuk penurunan harga bandeng karena memiliki nilai diatas seratus persen karena itu dianggap tidak berpengaruh terhadap
kelayakan usaha.
6.2.4 Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Ketiga Skenario