Analisis Kelayakan Finansial Skenario II Penambahan Bahan Baku dan Alat Produksi

Berdasarkan hasil analisis switching value terhadap skenario I dapat disimpulkan bahwa tingkat penjualan dan harga jual merupakan hal yang sangat sensitif terhadap kelayakan usaha dibandingkan dengan pengaruh harga bandeng. Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase perubahan yang dapat mengubah tingkat kelayakan usaha pembuatan bandeng isi.

6.2.2 Analisis Kelayakan Finansial Skenario II Penambahan Bahan Baku dan Alat Produksi

Pada skenario II akan dilihat kelayakan finansial dari rencana ekspansi usaha yang akan dilakukan BANISI yaitu dengan menambah jumlah bahan baku dan alat produksi. a Analisis Hasil Inflow Arus penerimaan pada skenario II diperoleh dari penjualan bandeng isi tetapi pada skenario ini jumlah yang diterima menjadi dua kali lipatnya karena terjadi penambahan bahan baku dan alat produksi sebanyak dua kali lipat. Alat yang digunakan pada skenario ini ditambah sebanyak dua kali lipat agar waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi bandeng isi tetap sama seperti ketika perusahaan berproduksi secara normal. Selain itu, penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa biaya investasi proyek berupa alat yang saat ini digunakan untuk proses pembuatan bandeng isi. Pada skenario ini yang dilakukan adalah apabila perusahaan dalam kondisi akan melakukan ekspansi produknya dengan cara meningkatkan bahan baku dan alat produksinya. Berikut adalah tabel penjualan bandeng isi mulai tahun ke-1 hingga tahun ke-10. Tabel 15. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Bandeng Isi Skenario II Tahun Ke Jumlah Produksi ekor Harga Satuan Rpekor Nilai Rp 1 28 800 13 000 374 400 000 2 28 800 13 000 374 400 000 3 28 800 13 000 374 400 000 4 28 800 13 000 374 400 000 5 28 800 13 000 374 400 000 6 28 800 13 000 374 400 000 7 28 800 13 000 374 400 000 8 28 800 13 000 374 400 000 9 28 800 13 000 374 400 000 10 28 800 13 000 374 400 000 Total 3 744 000 000 Penerimaan pada skenario pembuatan bandeng isi ini juga diperoleh dari nilai sisa salvage value biaya investasi yang tidak habis pakai hingga akhir umur proyek. Nilai sisa tersebut didapat dari oven, kalakat, wadah stainless steel, dan mesin giling. Diasumsikan nilai jual alat-alat tersebut sama dengan nilai belinya. Nilai sisa pada skenario II disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Pada Skenario II No Uraian Nilai Rp Umur Ekonomis tahun Penyusutan Per Tahun Sisa Rp 1. Oven 12 000 000 3 4 000 000 8 000 000 2. Kalakat 300 000 3 100 000 200 000 3. Loyang 3 000 000 3 1 000 000 2 000 000 4. Mesin Giling 600 000 3 200 000 400 000 Total 10 600 000 Nilai sisa yang tercantum didapat dengan menggunakan metode garis lurus. Karena pada tahun terakhir proyek penyusutan yang dikenakan hanya satu tahun sehingga alat-alat tersebut masih memiliki nilai sisa seperti yangtercantum dalam tabel. b Analisis Hasil Outflow Arus pengeluaran pada skenario II terdiri dari pengeluaran untuk biaya investasi, biaya operasional, dan biaya tetap. Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama proyek. Berikut adalah tabel biaya investasi skenario II. Tabel 17. Biaya Investasi Pada Skenario II No Uraian Jumlah buah Panjang m Luas m 2 Harga Satuan Rp Nilai Rp Umur Ekono- mis tahun 1. Kolam Limbah 1 buah 100 m 2 200 000 20 000 000 10 2. Freezer 2 buah 2 000 000 4 000 000 5 3. Mesin Vacuum 2 buah 17 000 000 34 000 000 10 4. Oven 2 buah 6 000 000 12 000 000 3 5. Kompor 2 buah 350 000 700 000 5 6. Tabung Gas 4 buah 300 000 1 200 000 1 7. Mesin Giling 2 buah 300 000 600 000 3 8. Timbangan 1 buah 80 000 80 000 2 9. Kalakat 2 buah 150 000 300 000 3 10. Loyang 2 set 1 500 000 3 000 000 3 11. Motor 2 buah 10 000 000 20 000 000 10 12. Blender 2 buah 170 000 340 000 1 13. Peralatan Dapur 2 set 228 000 456 000 1 14. Gunting Bedah 4 buah 125 000 500 000 1 Selain biaya investasi juga ada biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan apabila biaya investasi yang dikeluarkan telah habis umur ekonomisnya. Tidak semua biaya investasi mengalami reinvestasi, hanya beberapa biaya saja yang memiliki umur tidak selama umur proyek. Biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri dari: Tabel 18. Biaya Reinvestasi Pada Skenario II No Uraian Umur Ekonomis tahun Jumlah buahPanjang m Harga Satuan Rp Nilai Rp 1. Freezer 5 1 2 000 000 2 000 000 2. Oven 3 1 6 000 000 6 000 000 3. Kompor 5 1 350 000 350 000 4. Tabung Gas 1 2 300 000 600 000 5. Mesin Giling 3 1 300 000 300 000 6. Timbangan 2 1 80 000 80 000 7. Kalakat 3 1 150 000 150 000 8. Loyang 3 1 1 500 000 1 500 000 9. Blender 1 1 170 000 170 000 10. Peralatan Dapur 1 1 228 000 228 000 11. Gunting Bedah 1 2 125 000 250 000 Biaya operasional adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melakukan produksi bandeng isi. Biaya operasional pada skenario II dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Biaya Operasional Per Tahun Pada Skenario II No Uraian Jumlah Harga Satuan Rp Nilai Rp 1. Ikan Bandeng 9 600 kg 15 000 144 000 000 2. Daging Sapi 480 kg 45 000 21 600 000 3. Daging Ayam 480 kg 24 000 11 520 000 4. Udang 768 kg 30 000 23 040 000 5. Bumbu 17 913 600 6. Gas 2 640 000 7. Transportasi 3 840 000 8. Minyak Goreng 576 L 16 000 9 216 000 9. Kemasan 9 600 buah 1 000 9 600 000 Selain biaya investasi dan biaya operasional, perusahaan juga mengeluarkan biaya tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri atas: Tabel 20. Biaya Tetap Pada Skenario II No Uraian Jumlah Nilai Rp 1. Gaji Pegawai 8 orang 72 000 000 2. Perawatan Kendaraan 300 000 3. Listrik, air, telepon 5 040 000 4. Sewa Tempat 4 800 000 c Analisis Kelayakan Finansial Kelayakan finansial ekspansi usaha pembuatan bandeng isi dapat dilihat dari beberapa kriteria yaitu NPV, Net BC, IRR, dan Payback Periode. Hasil cashflow pada skenario ini menunjukkan hasil sebagai berikut: Tabel 21. Hasil Analisis Finansial Skenario II Kriteria Hasil Net Present Value rupiah 213 884 273 Net Benefit and Cost Ratio 5,4296 Internal Rate Return persen 91 Payback Periode tahun 2,13 Pada skenario II diperoleh nilai NPV0 yaitu sebesar Rp 213.884.273 sehingga ekspansi usaha pembuatan bandeng isi ini dikatakan layak. Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari ekspansi usaha pembuatan bandeng isi pada discount rate yang berlaku. Sedangkan hasil Net BC diperoleh 5,4296 dimana Net BC0 sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Net BC sama dengan 5,4296 artinya setiap Rp 1 biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 5,4296 manfaat bersih. IRR yang diperoleh pada usaha pembuatan bandeng isi adalah 91 persen dan lebih besar dari discount rate yang berlaku yaitu 8 persen. Ini berarti usaha layak untuk dilaksanakan dengan tingkat pengembalian internal sebesar 91 persen. Sedangkan periode yang diperlukan untuk mengembalikan semua biaya investasi adalah 2 tahun 1 bulan 16 hari. d Analisis Switching Value Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti switching value sampai memperoleh nilai NPV yang masih memenuhi nilai kelayakan usaha. Hasil switching value pada skenario II adalah sebagai berikut. Tabel 22. Hasil Analisis Switching Value Skenario II Perubahan Persentase persen NPV rupiah Net BC IRR persen Payback Periode tahun Penurunan Penjualan 7,88 81 368 1 8 9,98 Kenaikan Harga Bandeng 20,49 60 497 1 8 9,98 Penurunan Harga Jual 7,88 81 368 1 8 9,98 Hasil switching value pada skenario II menunjukkan bahwa perubahan terhadap penurunan penjualan, kenaikan harga bandeng, dan penurunan harga jual yang masih membuat usaha ini layak adalah 7,88 persen, 20,49 persen, dan 7,88 persen. Perubahan terhadap tingkat penjualan dan harga jual dapat dikatakan berpengaruh lebih besar dibandingkan pengaruh kenaikan harga bandeng terhadap kelayakan usaha. Berdasarkan hasil analisis switching value, ekspansi usaha masih layak apabila besarnya penurunan penjualan dan harga jual tidak melebihi 7,88 persen. Jika penurunan yang terjadi lebih besar dari 7,88 persen, maka usaha pembuatan bandeng isi ini menjadi tidak layak. Sementara ekspansi usaha ini masih layak untuk dilakukan apabila kenaikan yang terjadi pada harga bandeng tidak melebihi 20,49 persen. Hal ini dapat dilihat dari besarnya perubahan kenaikan harga bandeng yang mencapai 20,49 persen. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa usaha pembuatan bandeng isi ini sangat sensitif terhadap perubahan penjualan dan perubahan harga jual karena dapat mengubah tingkat kelayakan usahanya. Sedangkan untuk perubahan harga bandeng sebagai bahan baku utama pengaruhnya tidak sebesar pengaruh perubahan penjualan dan harga jual.

6.2.3 Analisis Kelayakan Finansial Skenario III Bahan Baku Langsung Dari Produsen