Evaluasi Koefisien Estimasi Model Konsep dan Definisi Operasional

3.6. Evaluasi Koefisien Estimasi Model

Model yang telah diestimasi atau didapat solusinya kemudian dievaluasi untuk menentukan apakah model tersebut secara teoritis bermakna dan secara kuantitatif memuaskan Sinaga, 1997. Evaluasi hasil estimasi model persamaan umumnya dibagi dalam tiga bagian, yaitu: kriteria ekonomi, kriteria statistika dan kriteria ekonometrika. 1. Economic ‘A Priori’ Criteria, yaitu dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang sesuai dengan kriteria ekonomi, yang mengacu pada arah dan besaran sign dan magnitude. 2. Statistical Criteria, yaitu evaluasi dilakukan berdasarkan teori statistik. Kriteria statistik yang paling sering digunakan adalah correlation coefficient dan standard deviation atau standard error. Kriteria statistik merupakan kriteria pertama setelah kriteria a priori ekonomi. Sedangkan dalam penelitian ilmiah mahasiswa sering digunakan koefisien determinasi R 2 dan nilai uji F untuk menguji secara statistik. 3. Econometric Criteria, yaitu ditentukan oleh ilmu ekonometrika yang membantu mengevaluasi apakah asumsi dari metode ekonometrika terpenuhi atau tidak pada kasus-kasus tertentu. Kriteria ekonometrika membantu dalam menetapkan apakah estimasi yang diinginkan memiliki persyaratan unbiasedness , consistency dan efficiency. Di samping itu pula, dilakukan pengujian asumsi OLS antara lain multicollinearity, autocorrelation dan heteroscedastisity . Jika evaluasi model berdasarkan ketiga kriteria di atas dianggap sudah cukup baik maka dapat dilakukan analisis hasil pendugaan model berdasarkan : 1. Nilai statistik uji-t dengan taraf nyata α = 1 persen, α = 5 persen, α = 10 persen dan α = 25 persen, untuk mengetahui pengaruh masing-masing peubah penjelas terhadap peubah endogen. 2. Nilai elastisitas untuk mengetahui persentase perubahan peubah endogen jika terjadi perubahan dalam peubah eksogen sebesar satu persen.

3.7. Konsep dan Definisi Operasional

1. Rumahtangga adalah unit ekonomi yang mempunyai sejumlah tujuan sama yang ingin dipenuhi dengan memanfaatkan sejumlah sumberdaya yang tersedia. Rumahtangga secara umum berarti seseorang atau sekelompok orang yang mendiami seluruh atau sebagian bangunan fisik dan biasanya makan bersama dari satu dapur. 2. Industri Kecil Kerupuk adalah industri yang menggunakan tenaga kerja 1 – 9 orang termasuk pengusaha yang mengolah bahan baku berupa tepung tapioka singkong dan bahan baku pendukung lainnya menjadi produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi yang dinamakan kerupuk. 3. Pengusaha adalah kepala rumahtangga atau orang yang memiliki usaha kerupuk dan memperkerjakan tenaga kerja untuk menjalankan usahanya. Dalam usaha kecil kerupuk sebagian besar pengusaha terlibat dalam aktifitas produksi. 4. Pekerja adalah orang yang bekerja pada usaha kecil kerupuk dan mendapatkan upah upah borongan. 5. Angkatan kerja rumahtangga adalah jumlah anggota rumahtangga yang termasuk dalam usia kerja di atas 15 tahun dalam satuan orang. 6. Curahan kerja adalah jumlah jam kerja riil yang dicurahkan untuk kegiatan mencari nafkah oleh anggota rumahtangga yang termasuk dalam angkatan kerja, baik yang bekerja dalam usaha maupun di luar usaha dalam satuan jam per tahun. 7. Penggunaan tenaga kerja luar rumahtangga di dalam usaha adalah jumlah tenaga kerja luar rumahtangga yang dicurahkan di dalam usaha usaha kecil kerupuk yang dihitung menurut curahan kerja riil yang dialokasikan dalam satuan jam per tahun. 8. Produksi adalah keseluruhan produksi kerupuk yang dihasilkan oleh rumahtangga selama setahun. 9. Biaya produksi adalah total biaya yang dikeluarkan oleh rumahtangga untuk menghasilkan kerupuk, yang meliputi biaya bahan baku, biaya upah, biaya bahan bakar produksi dan biaya lain-lain dalam satuan rupiah per tahun. 10. Bahan baku meliputi penggunaan tepung tapioka, gandum, kedelai, ketumbar, garam, pemanis, pewarna, bawang putih dan penyedap rasa yang digunakan untuk memproduksi kerupuk dalam satuan rupiah per tahun. 11. Biaya upah adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja dalam satuan rupiah per tahun. Upah tenaga kerja berupa upah borongan, baik tenaga kerja produksi maupun tenaga kerja yang melakukan aktifitas pemotongan dan pengemasan kerupuk. 12. Biaya bahan bakar adalah biaya yang dikeluarkan dalam aktifitas pengukusan pemasakan kerupuk yang meliputi biaya kayu bakar, minyak tanah dan sekam. 13. Pendapatan rumahtangga di dalam usaha kerupuk adalah pendapatan kotor dalam usaha kerupuk dikurangi dengan total biaya produksi dalam satuan rupiah per tahun. 14. Pendapatan rumahtangga di luar usaha kerupuk adalah upah atau balas jasa yang diterima oleh anggota rumahtangga yang bekerja di luar usaha kerupuk dalam satuan rupiah per tahun. 15. Pendapatan total rumahtangga merupakan penjumlahan pendapatan rumahtangga di dalam usaha kerupuk dan pendapatan rumahtangga di luar usaha kerupuk dalam satuan rupiah per tahun. 16. Konsumsi pangan adalah nilai bahan pangan yang dikonsumsi rumahtangga meliputi, padi-padian beras, umbi-umbian, ikan, daging, telur, susu, sayur- sayuran, tahu, tempe, buah-buahan, minyak goreng, bumbu-bumbuan, makanan dan minuman siap saji dan rokok dalam satuan rupiah per tahun. 17. Konsumsi non pangan adalah nilai bahan yang dikonsumsi rumahtangga di luar kebutuhan pangan, investasi dan tabungan yang meliputi, kebutuhan pakaian sandang, tempat tinggal papan, kesehatan dan kecantikan dalam satuan rupiah per tahun. 18. Investasi pendidikan adalah pengeluaran rumahtangga untuk keperluan pendidikan rumahtangga yang meliputi biaya pendaftaran, SPP, buku pelajaran, seragam sekolah dan kursusles private tambahan dalam satuan rupiah per tahun. 19. Penyusutan adalah pengeluaran untuk investasi usaha yang meliputi pembelian dan perawatan atas mesin dan peralatan yang digunakan dalam aktifitas produksi kerupuk dalam satuan rupiah per tahun.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

4.1. Letak Geografis, Kependudukan dan Kondisi Perekonomian Kabupaten

Demak Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang terletak pada koordinat 6°4326 – 7°0943 lintang selatan dan 110°2758 – 110°4847 bujur timur. Wilayah ini sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Grobogan, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang, dan sebelah barat berbatasan dengan Kota Semarang. Jarak terjauh dari barat ke timur adalah sepanjang 49 km dan dari utara ke selatan sepanjang 41 km. Luas wilayah Kabupaten Demak secara administratif adalah 89.74 ha, terdiri atas 14 kecamatan, 241 desa dan 6 kelurahan. Ketinggian permukaan tanah dari permukaan laut elevasi Kabupaten Demak terletak mulai dari 0 m sampai dengan 100 m dari permukaan laut, dengan tekstur tanahnya terdiri atas tekstur tanah halus liat seluas 49.07 ha dan tekstur tanah sedang lempung seluas 40.67 ha. Berdasarkan data BPS Kabupaten Demak 2005 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Demak tahun 2005 sebanyak 1.04 juta orang, terdiri dari 512.20 ribu lak-laki 49.42 persen dan 524.32 ribu perempuan 50.58 persen. Sebagian besar penduduk Kabupaten Demak termasuk dalam usia produktif 15-64 tahun sebanyak 674.34 orang 65.06 persen, 317.51 orang