Jika diasumsikan harga hasil pertanian yang diproduksi rumahtangga meningkat maka dampaknya terhadap keuntungan ditunjukkan pada persamaan
berikut :
a a
a a
a a
p Y
Y X
p X
dp dX
∂ ∂
⋅ ∂
∂ +
∂ ∂
= ........................................ 2.26
Bagian pertama sebelah kanan persamaan 2.26 dalam teori permintaan konsumen yaitu untuk barang normal memiliki slope negatif, jika harga
meningkat permintaan barang dan jasa tersebut akan turun. Bagian kedua sebelah kanan persamaan 2.26 menunjukkan efek keuntungan. Perubahan dalam harga
barang yang diproduksi rumahtangga meningkat maka keuntungan meningkat, demikian juga pendapatan rumahtangga akan meningkat.
2.2. Studi Model Ekonomi Rumahtangga
Penelitian-penelitian yang menggunakan model ekonomi rumahtangga telah banyak dilakukan di Indonesia, terutama untuk bidang pertanian, perikanan
dan industri kecil. Model ini dikembangkan berdasarkan teori Becker 1965 yang memandang bahwa rumahtangga sebagai pengambil keputusan dalam kegiatan
produksi dan konsumsi, serta hubungannya dengan alokasi waktu dan pendapatan rumahtangga yang dianalisis secara simultan. Dalam analisisnya Becker lebih
menekankan pada alokasi waktu rumahtangga yang dibagi dalam waktu untuk bekerja dan waktu santai.
Mangkuprawira 1985 dalam penelitiannya mengenai alokasi waktu dan kontribusi kerja anggota keluarga di Sukabumi menunjukkan bahwa adanya
kecenderungan perbedaan nilai relatif kontribusi kerja anggota keluarga menurut status dalam keluarga, jenis seks dan tipe desa. Tampak nyata bahwa alokasi
waktu suami dan isteri dalam mencari nafkah dipengaruhi oleh faktor-faktor
demografi, ekonomi dan ekologi. Keadaan yang beragam ini sesuai dengan lapisan ekonomi rumahtangga.
Sitorus 1994
dalam Idris 1999 yang meneliti rumahtangga nelayan di Jawa dan Luar Jawa menunjukkan bahwa wanitaisteri yang mempunyai peran
dominan pada kegiatan reproduksi ternyata juga mempunyai peran penting dalam kegiatan produksi. Peran ganda ini menyebabkan beban kerja mereka relatif lebih
besar dibandingkan pria. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa rumahtangga yang mempunyai banyak anak pada umumnya mencari sumber
pendapatan lain yang dapat menambah penghasilan rumahtangga mereka. Peranan wanita dan anak-anak sebagai tenaga kerja produktif tampak nyata.
Rahman dan Erwidodo 1994 yang melakukan studi ekonomi rumahtangga dengan menggunakan pendekatan Almost Ideal Demand System
AIDS menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kesejahteraan penduduk yang diperlihatkan makin menurunnya pangsa pengeluaran pangan namun peningkatan
kesejahteraan tersebut lebih banyak dinikmati penduduk perkotaan. Pangsa pengeluaran rumahtangga di perkotaan terhadap padi-padian, ikan, daging, telur,
susu dan kacang-kacangan relatif lebih tinggi daripada rumahtangga di pedesaan. Untuk semua kelompok makanan kecuali daging, jumlah permintaan
rumahtangga makin kurang elastis dengan makin tingginya kelas pendapatan. Sawit 1994 membangun model permintaan ekonomi rumahtangga
pedesaan dengan menggunakan metode Iterative Seemingly Unrelated Regression ITSUR dan data Survey Agroekonomi di DAS Cimanuk, Jawa Barat tahun
1983-1984. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penting untuk memasukkan
komponen keuntungan dari produksi pertanian khususnya pangan kalau ingin mempelajari atau mengestimasi permintaan.
Penelitian yang menggunakan model ekonomi rumahtangga dalam kasus industri kecil telah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain Pakasi 1998
yang meneliti industri kecil alkohol nira aren di Kabupaten Minahasa menunjukkan bahwa ada keterkaitan satu arah antara keputusan produksi dengan
pendapatan yang selanjutnya terkait dengan keputusan konsumsi. Studi tentang ekonomi rumahtangga industri yang dilakukan oleh
Nugrahadi 2001 dan Elinur 2004 memiliki kesamaan, baik dalam komoditi yang diteliti yaitu rotan, juga dari teknik pemodelannya. Perbedaan dari kedua
studi tersebut adalah penambahan peubah pengalaman kerja pengusaha, asal daerah pengusaha dan pekerja dan pengeluaran rekreasi rumahtangga oleh Elinur
2004. Nugrahadi 2001 mendefinisikan pengeluaran rumahtangga sebagai penjumlahan dari konsumsi pangan, konsumsi non-pangan, investasi usaha,
investasi pendidikan dan tabungan, sedangkan Elinur 2004 menambahkan pengeluaran rekreasi rumahtangga dalam pengeluaran rumahtangga. Kedua
peneliti tersebut juga memiliki kesamaan dalam menggolongkan persamaan tabungan dalam bentuk persamaan struktural.
Hasil penelitian kedua peneliti tersebut menunjukkan bahwa produksi dipengaruhi oleh total tenaga kerja dalam usaha, penggunaan bahan baku dan
investasi usaha. Konsumsi pangan dan non pangan rumahtangga dipengaruhi oleh total pendapatan dan jumlah anggota keluarga. Yang menarik dari penelitian ini
adalah pendapatan non-pangan rumahtangga dipengaruhi secara signifikan oleh pendapatan pangan rumahtangga dan berhubungan negatif.
Pengeluaran rumahtangga dalam penelitian ini meliputi konsumsi pangan, konsumsi non-pangan, investasi pendidikan, dan penyusutan pembelian dan
perawatan mesin serta alat produksi selama setahun. Penelitian ini tidak memasukkan peubah pengeluaran rekreasi dan tabungan karena pengeluaran
untuk rekreasi yang dilakukan oleh rumahtangga industri kecil kerupuk sangat kecil dan hampir tidak ada dalam satu tahun, sehingga pengeluaran ini
dimasukkan dalam peubah pengeluaran non-pangan. Kedua peneliti di atas mendefinisikan tabungan sebagai besarnya dana yang disimpan oleh rumahtangga
pada lembaga keuangan dalam satu tahun dan disajikan dalam persamaan struktural sebagai peubah endogen. Sedangkan penelitian ini mengartikan
tabungan sebagai selisih antara total pendapatan rumahtangga dengan total pengeluaran rumahtangga. Tabungan dapat bernilai positif atau negatif. Jika
bernilai negatif maka rumahtangga akan melakukan pinjaman transfer in untuk menyeimbangkan antara pendapatan dengan pengeluaran rumahtangga tersebut.
Oleh karena itu tabungan dimasukkan dalam persamaan identitas. Penelitian lainnya tentang ekonomi rumahtangga industri kecil adalah
Herliana 2001 dan Negoro 2003 tentang industri kecil kecap dan gerabah. Kedua peneliti membagi rumahtangga menjadi dua, yaitu rumahtangga pengusaha
dan rumahtangga pekerja. Keputusan dalam ekonomi rumahtangga pengusaha akan mempengaruhi keputusan ekonomi rumahtangga pekerja. Hal ini terlihat
bahwa curahan kerja rumahtangga pengusaha dalam usaha mempengaruhi curahan kerja pekerja dari luar rumahtangga, produksi kerupuk yang menentukan
besarnya pendapatan rumahtangga pengusaha juga dipengaruhi oleh curahan kerja pekerja. Akan tetapi, analisis antara model ekonomi rumahtangga pengusaha dan
model ekonomi rumahtangga pekerja dilakukan secara terpisah. Akibatnya, keputusan dalam ekonomi rumahtangga pengusaha tidak terlihat pengaruhnya
terhadap keputusan ekonomi rumahtangga pekerja. Penelitian ini hanya menganalisis perilaku ekonomi rumahtangga
pengusaha. Perilaku ekonomi rumahtangga pekerja tidak dianalisis karena pekerja dianggap sebagai faktor produksi. Alasan lainnya adalah dalam industri kecil
kerupuk pekerja hanya bekerja secara borongan, bukan pekerja tetap. Sewaktu- waktu pekerja yang dipekerjakan oleh pengusaha akan diganti sesuai dengan
keinginan pengusaha.
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis