Karakteristik Rumahtangga Responden GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

Berdasarkan kriteria yang digunakan BPS dan Departemen Perindustrian tersebut maka industri kerupuk di Kabupaten Demak digolongkan sebagai industri kecil dan rumahtangga. Penggolongan ini dilakukan berdasarkan data pengambilan sampel sebanyak 50 responden pengusaha kerupuk di Kabupaten Demak Desa Ngaluran dan Desa Karangasem menunjukkan bahwa tenaga kerja yang digunakan dalam produksi kerupuk antara 2-18 orang, baik tenaga kerja rumahtangga maupun tenaga kerja luar rumahtangga, dengan investasi yang ditanamkan pada industri kerupuk tersebut berkisar antara Rp 500 ribu sampai dengan Rp 9 juta. Tenaga kerja yang digunakan dalam industri kecil kerupuk berasal dari dalam dan luar rumahtangga baik laki-laki maupun perempuan. Tenaga kerja rumahtangga yang digunakan terdiri dari suami pengusaha, isteri dan anak. Aktifitas produksi biasanya dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki, sedangkan tenaga kerja perempuan umumnya melakukan aktifitas pemotongan kerupuk dan penjemuran. Proses produksi kerupuk dilakukan secara tradisional, terdiri dari mencampur bahan baku dan mencetaknya sesuai dengan jenis kerupuk yang dihasilkan, memasak kerupuk mentah, memotong kerupuk, menjemur dan mengemas kerupuk. Umumnya jenis kerupuk yang dihasilkan di Kabupaten Demak yaitu kerupuk jengki, yau’u, kedelai dan pangsit.

4.3. Karakteristik Rumahtangga Responden

Responden dalam penelitian ini berada di dua sentra industri kerupuk di Kabupaten Demak, yaitu Desa Ngaluran dan Desa Karangasem. Analisis umum mengenai karakteristik rumahtangga responden menggunakan kriteria umur, pendidikan, besar anggota rumahtangga, jumlah angkatan kerja dan jumlah anak yang bersekolah disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Karakteristik Rata-rata Rumahtangga Responden No Karakteristik Rumahtangga RT Jumlah 1 Umur pengusaha tahun 46.12 2 Pendidikan pengusaha tahun 6.94 3 Pengalaman usaha tahun 17.84 4 Total anggota rumahtangga orang 6.38 5 Jumlah angkatan kerja orang 2.62 6 Jumlah anak sekolah orang 3.44 Berdasarkan karakteristik rata-rata umur pengusaha 46.12 tahun dan pengalaman usaha 17.84 tahun tersebut dapat disimpulkan bahwa pengusaha industri kecil kerupuk termasuk dalam usia yang produktif dan memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan usaha jika dilihat dari lama pengalaman usaha yang dimilikinya. Pengalaman usaha menentukan kemampuan pengusaha dalam mengelola usaha yang dijalankannya. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pengetahuan seseorang. Rata-rata responden telah lulus Sekolah Dasar SD yang ditunjukkan oleh rata-rata pendidikan pengusaha yaitu 6.94 tahun. Total anggota rumahtangga dan jumlah anak yang bersekolah yang dimiliki rumahtangga akan menentukan pengeluaran rumahtangga, yaitu konsumsi pangan, non-pangan dan pendidikan. Rata-rata rumahtangga responden memiliki anggota rumahtangga dan jumlah anak yang sekolah yang relatif kecil, yaitu rata-rata anggota rumahtangga sebesar 6.38 orang dan jumlah anak yang bersekolah sebesar 3.44 orang. Jumlah angkatan kerja yang dimiliki rumahtangga secara langsung akan mempengaruhi curahan waktu kerja rumahtangga. Keberadaannya akan menentukan jumlah pendapatan yang diperoleh rumahtangga, baik berasal dari dalam usaha maupun dari luar usaha kecil kerupuk. Rata-rata angkatan kerja rumahtangga sebesar 2.62 orang. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa tidak ada responden yang seluruh modal usahanya berasal dari pinjaman. Meskipun pengusaha melakukan pinjaman modal di awal usahanya namun dengan berjalannya usaha tersebut pengusaha akan menambah modalnya dari modal sendiri. Tabel 7 menunjukkan bahwa 86 persen responden memiliki modal usaha yang berasal dari modal sendiri dan 14 persen merupakan gabungan modal sendiri dan pinjaman. Tabel 7. Sumber Modal, Asal Pinjaman dan Alasan Rumahtangga Usaha Kecil Kerupuk Tidak Melakukan Pinjaman ke Bank Uraian Jumlah Persentase 1. Sumber Modal - Modal sendiri 43 86.00 - Modal sendiri dan pinjaman 7 14.00 - Modal pinjaman seluruhnya 0.00 Total 50 100.00 2. Asal Pinjaman - Bank 0.00 - Keluarga 5 71.43 - Perorangan 2 28.57 - Koperasi 0.00 - Lainnya 0.00 Total 7 100.00 3. Alasan tidak meminjam ke bank - Tidak punya agunan 18 36.00 - Tidak tahu prosedur peminjaman 21 42.00 - Suku bunga tinggi 7 14.00 - Prosedur sulit 1 2.00 - Tidak berminat 3 6.00 - Proposal ditolak 0.00 Total 50 100.00 Responden yang melakukan pinjaman menunjukkan bahwa 71.43 persen asal pinjaman diperoleh dari keluarga dan sisanya berasal dari perorangan. Sumber pinjaman dari lembaga keuangan lainnya perbankan tidak dilakukan oleh responden, yang menunjukkan bahwa rumahtangga usaha kecil kerupuk di Kabupaten Demak mengalami kesulitan dalam mengakses atau memperoleh modal dari lembaga perbankan. Sedangkan alasan utama rumahtangga usaha kecil kerupuk tidak melakukan pinjaman ke bank seperti yang ditunjukkan pada Tabel . 6 adalah karena tidak tahu prosedur peminjaman 42 persen, tidak punya agunan 18 persen dan suku bunga tinggi 14 persen. Kurangnya sosialisasi dari pihak perbankan di daerah maupun keengganan dari pengusaha untuk mencari informasi keinginan untuk serba cepat dan mudah menjadi penyebab dari ketidaktahuan dari prosedur peminjaman di perbankan. Tidak punya agunan dan tingginya suku bunga lebih disebabkan oleh kebijakan atau ketentuan dari internal lembaga keuangan terkait bank. Fakta ini menunjukkan bahwa industri kecil kerupuk di Kabupaten Demak mengalami kendala untuk memperoleh atau mengakses modal kredit dari perbankan. Walaupun mengalami permasalahan modal perbankan tersebut, rumahtangga usaha kecil kerupuk masih dapat bertahan dan mencukupi kebutuhan hidup rumahtangga, yang ditunjukkan dengan jumlah rumahtangga responden yang masih mengandalkan modal sendiri dalam usahanya 86.00 persen. Peran pemerintah khususnya pemerintah daerah sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah permodalan dalam usaha ini. Kendala suku bunga yang tinggi dan agunan dapat diatasi dengan pemberian pinjaman lunak oleh Pemerintah Daerah. Program tersebut tentunya didukung oleh sosialisasi yang maksimal untuk mencapai tujuan yang diinginkan tepat sasaran.

V. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA