hasil tangkapan aktual mencerminkan perilaku biologis populasi ikan maka inefisiensi penggunaan input agregat dapat diketahui. Dengan begitu, pemerintah yang berperan
sebagai manajer sumberdaya dapat melakukan koreksi, dalam jangka pendek, pada struktur distribusi dan produksi industri perikanan tangkap. Sementara dalam jangka
panjang, intervensi pemerintah tersebut berfungsi untuk menghindarkan industri perikanan dari kegagalan pasar.
2.3 Armada Perikanan
2.3.1 Konsep
Suatu armada merupakan sekelompok kapal-kapal yang terorganisasi untuk melakukan beberapa hal secara bersama-sama seperti kegiatan penangkapan ikan
Dirjen Perikanan Tangkap, 2002, dengan kata lain armada perikanan adalah sekelompok kapal-kapal yang akan melakukan kegiatan penangkapan ikan di suatu
daerah perairan fishing ground. Monintja 2000 menyatakan armada penangkapan terdiri dari beberapa unit penangkapan ikan, yang terdiri dari kapal, alat tangkap dan
nelayan. Dirjen Perikanan Tangkap 2002 mendefinisikan unit penangkapan merupakan kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan yang biasa terdiri dari
perahukapal penangkap dan alat penangkap yang digunakan. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, mendefinisikan kapal perikanan adalah kapal,
perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan,
pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Menurut UU Perikanan No 31 Pasal 34 berdasarkan fungsinya kapal perikanan
meliputi: kapal penangkap ikan, kapal pengangkut ikan, kapal pengolah ikan, kapal latih perikanan, kapal penelitianeksplorasi perikanan; dan kapal pendukung operasi
penangkapan ikan danatau pembudidayaan ikan. Strategi pengelolaan perikanan yang memperhatikan armada perikanan sebagai faktor input adalah Cochrane, 2002 :
1 Pembatasan jumlah dan ukuran armada perikanan tangkap fishing capacity controls
2 Jumlah trip penangkapan ikan fishing usage controls 3 Kapasitas produksi yang digunakan fishing effort controls
2.3.2 KIasifikasi
Menurut Ditjen Perikanan Tangkap 2002 bahwa secara umum di Indonesia perahu atau kapal penangkap diklasifikasikan sebagai berikut:
1 Perahu tidak bermotor
Jukung.
Perahu kecil panjangnya kurang dari 7 m, sedang panjangnya dari 7 sampai 10 m, besar panjangnya 10 m atau lebih.
2 Perahu motor tempel 3 Kapal motor
Kurang dari 5 GT, 5-10 GT, 10-20 GT, 20-30 GT, 30-50 GT, 50-100 GT, 100- 200 GT 200 GT ke atas.
Tipe kapal ikan secara umum terdiri dari dua 2 kelompok tipe, yakni :1 kelompok tipe kapal ikan yang menggunakan alat penangkap pancing dan 2
kelompok tipe kapal ikanyang menggunakan alat tangkap jaringnet. Pengklasifikasian perikanan yang selektiv bagi beberapa negara menggolongkan
perikanan di Indonesia pada dua 2 katagori yaitu : perikanan skala kecil menggunakan mesin luar sebesar 10 HP atau 5 GT dan daerah operasinya pada
zona I atau jalur 1 4 mil dari garis pantai dan yang menggunakan mesin luar sebesar 50 HP atau 25 GT dengan jalur operasinya pada zona II atau jalur 2 4 mil-8 mil
sedangkan perikanan skala besar merupakan perikanan industri yang menggunakan mesin dalam dengan kekuatan 200 HP atau 100 GT dan jalur operasinya pada jalur
3 dan 4 8 mil-12 mil dan atau 12 mil. Selanjutnya Soekarsono 1995 yang mengklasifikasikan kapal menurut fungsi diantaranya kapal perikanan terdiri dari
kapal tonda troller, kapa1 rawai dasar bottom long liner, kapal rawai tuna tuna long liner, kapal pukat cicin purse seiner, kapal jaring insang gillnetter, kapal
bubu pot fishing vessel, kapal pukat udang shrimp trawler, kapal set net, kapal pengangkut ikan dan jenis kapal lainnya.
2.3.3 Nelayan