4.3.2 Penilaian efisiensi jangka pendek armada penangkapan
Selain menganalisis efisiensi DEA yang bersifat jangka panjang dengan variabel tahun sebagai DMU, penelitian ini juga mengukur efisiensi yang bersifat jangka
pendek short-run. Untuk menganalisis efisiensi dalam jangka pendek, dilakukan dengan membandingkan efisiensi antar kapal. Pada analisis ini yang menjadi DMU-
nya adalah kapal pukat cincin, pancing dan jaring insang untuk perairan utara dengan variabel input-nya adalah lama waktu penangkapan, jumlah tripbulan, ukuran kapal
GT, dan biaya operasional dan variabel output yang digunakan adalah catch hasil tangkapan. Untuk perairan selatan, DMU yang digunakan hanya kapal pukat cincin
saja dengan input dan output yang sama. 4.3.2.1 Perairan utara
1 Kapal Pukat Cincin
Untuk mengetahui efisiensi dalam jangka pendek, dilakukan analisis dengan menggunakan metode DEA. Input yang digunakan adalah data ukuran kapal GT,
lama operasi penangkapan jam, effort tripbulan dan biaya operasional per trip Rp. Sedangkan sebagai data output adalah harga penjualan Rp dan jumlah hasil
tangkapan ikan yang diperoleh ton. Dalam hal ini DMU merupakan 20 unit kapal pukat cincin yang ada di perairan utara. Apabila dari hasil analisis DEA nilai skornya
1, maka dapat disimpulkan bahwa input yang digunakan sudah efisien untuk memperoleh output yang diharapkan.
2 1
8
3 6
1 2
3 4
5 6
7 8
Ju m
la h
Ka p
a l
0. 0-0
.10 0.
11 -0.
20 0.
21 -0.
30 0.
31 -0
.4 0.
41 -0.
50 0.
51 -0
.60 0.
61 -0
.7 0.
71 -0.
80 0.
81 -0
.90 0.
91 -0.
99 E
fis ie
n
S k o r e fi si e n si
Gambar 47. Distribusi efisiensi kapal pukat cincin di perairan utara Dari 20 kapal pukat cincin beroperasi di perairan utara 30 atau 6 unit kapal
mempunyai skor efisiensi 1, efisiensi diatas 0.90 sebanyak 15 3 kapal, efisiensi
0.81-0.90 sebanyak 40 8 kapal, dan efisiensi dibawah 0.80 sebanyak 15 3 kapal. Rata-rata kapal pukat cincin memiliki nilai efisiensi cukup tinggi, mencapai
88. Kapal pukat cincin yang memiliki persentase efisiensi antara 61-100 dapat ditingkatkan efisiensinya dengan melakukan perubahan terhadap input yang
digunakan.
Biaya Operasional GT Kapal
Lama Penangkapan
Jumlah tripbulan
GT Kapal -16.39 Lama Penangkapan -47.96
Jumlah tripbulan -18.16 Biaya Operasional -17.50
Gambar 48. Potensi perbaikan efisiensi kapal pukat cincin. Dari Gambar 48 dapat diketahui bahwa untuk meningkatkan efisiensi kapal
pukat cincin dapat dilakukan dengan mengurangi ukuran GT kapal 16.39, mengurangi lama penangkapan 47.96, jumlah tripbulan 18.16 dan mengurangi
biaya operasional sebesar 17.50. Proyeksi perbaikan efisiensi untuk masing-masing kapal dapat dilihat pada Lampiran 8.
2 Huhate Dari 24 kapal huhate yang beroperasi di perairan utara, 10 kapal 42
diantaranya sudah efisien dengan input yang digunakan. Sisanya 7 kapal 29 memiliki tingkat efisiensi diatas 0.90 dan 7 kapal 29 memiliki efisiensi dibawah
0.90. Akan tetapi secara rata-rata tingkat efisiensi kapal mencapai angka 92. Dengan demikian kapal pancing yang kurang efisien dapat dilakukan usaha perbaikan
sehingga mampu mencapai tingkat efisiensi yang tinggi. Secara jelas distribusi efisiensi huhate di perairan utara disajikan pada Gambar 49.
1 5
1 7
10
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Ju m
lah Kap
a l
0. 0-
0. 10
0. 11
-0 .2
0. 21-
0. 30
0. 31
-0 .4
0. 41
-0 .5
0. 51-
0. 60
0.6 1-
0. 70
0. 71-
0. 80
0.8 1-
0. 90
0. 91
-0 .9
9 Efi
si en
S kor e fisie nsi
Gambar 49. Distribusi efisiensi kapal huhate di perairan utara. Usaha memperbaiki efisiensi kapal huhate dapat dilakukan dengan menambah
lama waktu penangkapan ikan mencapai 50.79. Selain itu pengurangan ukuran kapal sebesar 24.45, pengurangan jumlah tripbulan dan penambahan biaya operasional
akan meningkatkan efisiensi kapal dalam operasi penangkapan ikan. Jumlah tripbulan yang terlalu banyak akan memperbesar biaya operasional dan berdampak pada stok
sumberdaya ikan di perairan utara. Proyeksi perbaikan efisiensi untuk masing-masing kapal dapat dilihat pada Lampiran 9.
Jumlah tripbulan Lama
Penangkapan
GT Kapal Biaya Operasional
GT Kapal -24.45 Lama Penangkapan 50.79
Jumlah tripbulan -16.45 Biaya Operasional 8.31
Gambar 50. Potensi perbaikan efisiensi kapal huhate.
3 Jaring insang tetap Kapal jaring insang yang berhasil didata sebanyak 26 unit. Dari jumlah tersebut
hanya 3 kapal 12 memiliki persentase efisiensi 100, 6 kapal 23 dengan nilai efisiensi berkisar 0.60-0.80 sedangkan sisanya 17 kapal 65 berada di bawah skor
0.60. Kondisi berarti telah terjadi inefisiensi input sehingga perlu perbaikan yang menyeluruh terhadap kapal jaring insang jika masih ingin beroperasi di perairan utara.
Selain melakukan perbaikan, alternatif langkah yang dapat dilakukan adalah dengan menarik izin usaha bagi kapal-kapal yang sudah tidak efisien dan menggantinya
dengan jenis alat tangkap lain yang lebih efisien.
5
1 1
4 6
2 4
3
1 2
3 4
5 6
Ju m
lah K
ap a
l
0. 0-
0. 10
0.1 1-
0.2 0.2
1- 0.
30 0.3
1- 0.
40 0.4
1- 0.
50 0.
51 -0
.6 0.
61 -0
.7 0.
71 -0
.8 0.
81 -0
.9 0.
91 -0
.9 9
E fisie
n
S k o r e f is ie n s i
Gambar 51. Distribusi efisiensi kapal jaring insang di perairan utara. Potensi perbaikan efisiensi kapal jaring insang dapat dilakukan pada
pengurangan GT kapal 27.35, mempersingkat waktu penangkapan 20.47, mengurangi jumlah tripbulan 32.33 dan memangkas biaya operasional sebesar
19.86. Proyeksi perbaikan efisiensi untuk masing-masing kapal dapat dilihat pada Lampiran 10
.
Jumlah tripbulan Lama
Penangkapan
GT Kapal Biaya
Operasional
GT Kapal -27.35 Lama Penangkapan -20.47
Jumlah tripbulan -32.33 Biaya Operasional -19.86
Gambar 52. Potensi perbaikan efisiensi kapal jaring insang. Secara umum untuk meningkatkan efisiensi kegiatan penangkapan ikan yang
dilakukan oleh kapal-kapal perikanan kapal pukat cincin, jaring insang dan pancing yang beroperasi di perairan utara dapat dilakukan dengan cara mengurangi GT kapal
sebesar 31.58, mengurangi lama waktu penangkapan ikan sebesar 15.47, mengurangi jumlah tripbulan sebesar 34.50 dan memperkecil biaya operasional
sebeasar 18.45. Biaya operasional merupakan variabel input yang sukar untuk dikendalikan. Hal ini berkaitan dengan harga kebutuhan kapal yang tergantung dari
kebijakan pemerintah dan ketersediaan jenis kebutuhan dilokasi penangkapan. Adanya rekomendasi untuk meminimalkan biaya operasional mengindikasikan bahwa biaya
penangkapan ikan di perairan utara tergolong mahal high cost. Untuk itulah diperlukan manajemen pengoperasian kapal yang efektif sehingga mampu menekan
biaya operasional untuk meningkatkan efisiensi penangkapan.
Jumlah tripbulan
GT Kapal Biaya Operasional
Lama Penangkapan GT Kapal -31.58
Lama Penangkapan -15.47 Jumlah tripbulan -34.50
Biaya Operasional -18.45
Gambar 53. Potensi perbaikan efisiensi kapal di perairan utara. Proyeksi perbaikan efisiensi untuk tiap kapal dapat dilakukan dengan merubah
nilai input. Misalnya kapal pukat cincin usaha baru yang memilki efisiensi 88.20 dapat ditingkatkan efisiensinya dengan mengurangi GT kapal sebesar 17.79,
mengurangi lama waktu penangkapan sebesar 33.97, mengurangi jumlah tripbulan sebesar 25.84 dan menekan biaya operasional sebesar 17.79.
Tabel 27. Proyeksi perbaikan efisiensi kapal pukat cincin usaha baru di perairan utara
Nama Kapal Parameter
Skor
Data Aktual Target
Selisih Persentase
Usaha baru 0.882
GT Kapal 30.99
25.476 -5.514
-17.79 Lama Penangkapan jam
24 15.848
-8.152 -33.97
Jumlah tripbulan 21
15.574 -5.426
-25.84 Biaya Operasional
1292500 1062535.5
-229964.5 -17.79
Keuntungan 16250000 16250000
0.00 Hasil Tangkapan
2500 2500
0.00
4.3.2.2 Perairan selatan Kapal Pukat Cincin
Jumlah kapal pukat cincin yang beroperasi di perairan selatan mencapai 58 kapal. Dari jumlah tersebut 11 kapal 19 diantaranya efisien dengan skor efisiensi
sama dengan 1, 5 kapal 9 memiliki skor efisiensi antara 0.91-0.99, 7 kapal 12 memiliki skor efisiensi 0.81-0.90, 5 kapal 9 memiliki skor efisiensi antara 0.71-
0.80 dan sisanya yaitu 30 kapal 52 memiliki nilai skor efisiensi dibawah 0.7.
Dengan demikian kapal-kapal yang memiliki persentase nilai efisiensi dibawah 70 memerlukan banyak perbaikan untuk mencapai efisien, sedangkan kapal yang nilai
efisiensinya dibawah 10 sebaiknya tidak digunakan lagi untuk melakukan aktifitas penangkapan ikan di perairan selatan.
6 3
13
8 5
7 5
11
2 4
6 8
10 12
14
Ju m
lah K
ap al
0. 0-
0. 10
0. 11-
0. 20
0. 21-
0. 30
0. 31-
0. 40
0. 41-
0. 50
0. 51-
0. 60
0. 61-
0.7 0.
71- 0.8
0. 81
-0 .9
0. 91-
0. 99
Ef is
ie n
Skor e fisie nsi
Gambar 54. Distribusi efisiensi kapal pukat cincin di perairan selatan. Gambar 55 menunjukkan potensi perbaikan efisiensi bagi kapal pukat cincin
yang beroperasi di perairan selatan. Secara umum efisiensi kapal pukat cincin dapat ditingkatkan dengan cara mengurangi ukuran GT kapal sebesar 27.97, mengurangi
lama waktu penangkapan ikan sebesar 29.49, mengurangi jumlah tripbulan sebesar 26.87 dan mengurangi biaya operasional sebesar 15.67.
Jumlah tripbulan
Lama Penagkapan GT Kapal
Biaya Operasional GT Kapal -27.97
Lama Penagkapan -29.49 Jumlah tripbulan -26.87
Biaya Operasional -15.67
Gambar 55. Potensi perbaikan efisiensi kapal pukat cincin di perairan selatan.
Efisiensi bagi tiap-tiap kapal pukat cincin yang beroperasi di perairan selatan dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah input. Sebagai contoh, kapal Kartika yang
memiliki persentase efisiensi sebesar 43.1 dapat ditingkatkan efisiensinya dengan cara mengurangi jumlah kapal sebesar 56.92, mengurangi lama waktu penangkapan
sebesar 76.13, mengurangi jumlah trip penangkapan sebesar 56.92 dan mengurangi biaya operasional sebesar 62.95. Proyeksi perbaikan untuk masing-
masing kapal pukat cincin dapat dilihat pada Lampiran 11. Tabel 28. Proyeksi perbaikan efisiensi kapal pukat cincin kartika
Nama Kapal Parameter
Skor
Data Aktual Target
Selisih Persentase
Kartika 0.431
GT Kapal 43.21
18.613 -24.60
-56.92 Lama Penangkapan jam
10 2.387
-7.61 -76.13
Jumlah tripbulan 10
4.308 -5.69
-56.92 Biaya Operasional
1215100 450196.56
-764903.44 -62.95
Keuntungan 19500000 19500000
0.00 0.00
Hasil Tangkapan 3000
3000 0.00
0.00
4.3.3 Pembahasan