51 Remaja di sini belajar dari agama, budaya, maupun
pengalaman untuk pegangan dalam berpikir, berpendapat, dan berperilaku dilingkungan masyarakat.
Rita Eka Izzaty dkk 2008:126, menerangkan bahwa tugas perkembangan remaja sangat menuntut pada perubahan-perubahan besar
yang terjadi dalam sikap maupun tingkah laku individu. Sehingga hanya sedikit anak laki-laki maupun perempuan yang diharapkan untuk dapat
menguasai tugas-tugas perkembangan tersebut selama masa remaja awal, apalagi mereka yang kematanganya terlambat.
4. Perkembangan Emosi Remaja
Hurlock 1996:213-214 mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi emosi remaja, yaitu:
a. Kondisi fisik Apabila keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan,
kesehatan yang buruk atau perubahan yang berasal dari perkembangan, maka remaja akan mengalami emosional yang
meninggi. Biasanya orang berada dalam keadaan sakit, mungkin akan menjadi cepat tersinggung atau mudah marah apabila ada
yang mengusiknya. Orang yang berada dalam keadaan sakit, mungkin akan menjadi frustasi dan cepat marah karena perasaan
ketidakberdayaan. Sedangkan perubahan yang berasal dari perlambangan yang terjadi pada masa remaja, misalnya peruahan
52 bentuk tubuh karena kelenjar dan hormon, membutuhkan kesiapan
emosi remaja untuk memahami menerima perubahan itu. b. Kondisi psikologis
Pengaruh psikologis yang penting antara lain tingkat inteligensi dan tingkat aspirasi dan kecemasan. Tingkat inteligensi seorang
remaja yang tingkat intelektualnya kurang atau rendah, rata-rata mempunyai pengendalian emosi yang kurang dibandingkan dengan
remaja yang pandai pada tingkat usia yang sama, kegagalan mencapai tingkat aspirasi yang timbul berulang dapat membuat
keadaan cemas dan tidak berdaya. c. Kondisi lingkungan
Kondisi yang dapat mempengaruhi emosi keadaan remaja, misalnya: ketegangan yang terus menerus, jadwal yang terlalu
ketat, terlalu banyak yang menggelisahkan yang merangsang anak secara berlebihan.
Hurlock 1996: 213 menyatakan remaja laki-laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila akhir masa remaja
tidak “meledakkan” emosinya dihadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan
cara-cara yang lebih dapat diterima. Selain itu, individu menilai situasi secara kritis terlebih dulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi
bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak atau orang atau orang yang tidak matang. Jadi, remaja yang memiliki kematangan emosi
53 memberikan emosi memberi rekasi emosional yang stabil, tidak berubah-
ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain.
D. Kecerdasan Emosional dan Perilaku Agresif dalam Bimbingan dan