62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
Nama Kota Surabaya sangat terkenal bagi masyarakat Indonesia sebagai Kota Pahlawan dan sekaligus Kota terbesar di Indonesia setelah
Ibu Kota Jakarta. Surabaya merupakan Ibu Kota Propinsi Jawa Timur yang merupakan daerah yang cukup maju perekonomiannya dan dinyatakan
sebagai pintu gerbang Indonesia timur. Pada kondisi perekonomian yang cukup berat seperti pada saat ini,
dan dengan adanya program pembangunan yang harus dilaksanakan terutama yang menyangkut peningkatan kesejahteraan masyarakat,
mengharuskan pemerintah daerah agar berupaya dengan kuat untuk menggali dan mengembangkan sumber daya yang ada didaerahnya.
Dimana hal tersebut sesuai dengan paket otonomi yang telah digulirkan pemerintah pusat yang memberikan kewenangan lebih luas kepada daerah
guna mendukung pembangunan perekonomia setempat. Hak otonomi yang diberikan juga berkaitan dengan hak untuk
menggali dan mengolah dana yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah PAD, masalah-masalah keuangan yang dihadapi oleh daerah berkisar
pada usaha peningkatan pendapatan dan juga berkenaan dengan pengeluaran dana untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah.
63
Untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan Kota Surabaya tersebut factor lokasi, topografi, geologi, curah hujan, dan angin merupakan potensi
yang mendukung pengembangan Kota Surabaya.
4.1.2 Sejarah Singkat Perusahaan Daerah Air Minum PDAM.
Pada tahun 1890, pengadaan air minum Kota Surabaya berasal dari sumber mata air di desa Purut di daerah Kabupaten Pasuruan dan dimulai
sejak jaman Pemerintah Hindia Belanda. Pengangkutan ke Surabaya dengan perahu yang diusahakan oleh pihak swasta, kemudian selanjutnya
dialihkan pengangkutannya dengan menggunakan spoor kereta api. Tahun 1901-1903, pemasangan pipa untuk menyalurkan air bersih
dari desa umbulan dan sumber-sumber sekitar Kecamatan Pandaan menuju ke Surabaya yang saat itu dilaksanakan oleh N.V. Biernie.
Tahun 1903, Perusahaan Daerah Air Minum PDAM didirikan pada jaman pemerintah Hindia Belanda dengan maksud untuk lebih teratur
dalam penataan administrasi Perusahaan Daerah Air Minum PDAM yang sudah berjalan dengan direktur pertamanya adalah Ir. Van. Beuven.
Tahun 1906, pelanggan perusahaan air minum sudah meningkat jumlahnya dan mencapai jumlah 1.588, ini menunjukkan bahwa penduduk
saat itu makin sadar akan peranan air minum untuk kepentingan uamat manusia sebagai keperluan yang sangat vital sebagai sumber alam ayang
setiap saat selalu ditingkatkan.
64
Tahun 1922, kegunaan air bersih makin besar nilainya maka pembangunan instalasi penjernihan Ngagel dimulai dan bahan bakunya
dari air sungai Brantas dengan dibit 80 literdetik. Tahun 1932, mata air Umbulan, lokasi kurang 30 Km sebelah
timur mata air Pandaan dan ditingkatkan untuk menambah persediaan Surabaya.
Tahun 1942-1945, pada jaman Pendudukan Jepang instalasi penjernihan Ngagel ditingkatkan lagi pembangunannya sehingga mencapai
kapasitas 120 literdetik. Tahun 1950, perusahaan air minum penanganan selanjutnya
diserahkan kepada Pemerintah Republik atau Kota Praja Surabaya dengan debit 340 literdetik.
Tahun 1954, kapasitas ditingkatkan lagi menjadi 350 literdetik setelah berada dibawah naungan Pemerintah Kota Praja Surabaya.
Tahun 1959, pemerintah memandang perlu untuk memanfaatkan lagi sumber air sungai Brantas diolah menjadi air minum, maka
pemerintah pusat departemen PUTL memberi bantuan untuk pembangunan instalasi penjernihan dikawasan Ngagel yang sekarang
disebut penjernihan Ngagel II dengan kapasitas 1.000 literdetik dengan pelaksanaan dari Prancis Fa. De. Gremont.
Tahun 1976, perusahaan air minum disyahkan menjadi perusahaan daerah yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor : 7 Tahun 1976
tanggal 30 Maret 1976.
65
Tahun 1977, instalasi Ngagel I instalasi lama di perluas lagi untuk meningkatkan produknya dari 350 literdetik menjadi 500 literdetik
sebagai pembangunan tahap pertama. Tahun 1978, sepenuhnya sebagai perusahaan daerah air minum
dengan dikeluarkan SK. No : 657 WK 77 yang ditetapkan status dinas Perusahaaan Air Minum Kota Madya Daerah Tingkat II Surabaya, sebagai
realisasi ketentuan pasal 2 ayat 4, Peraturan Daerah Nomor : 7 Tahun 1976. Penetapan ini dikeluarkan pada tanggal 30 Desember 1977.
Tahun 1980, Penjernihan Ngagel I ditingkatkan lagi kapasitasnya dari 600 literdetik menjadi 1.000 literdetik dan merupakan pembangunan
tahap kedua. Tahun 1982, berhubung perkembangan penduduk makin
meningkat dan perkembangan Kota makin meluas, sehingga kebutuhan akan air bersih makin berkurang, maka untuk mengatasi masalah mulailah
pembanguna instalasi penjernihan Ngagel II dengan kapasitas 1.000 literdetik selesai tanggal 01 Juni 1982.
Tahun 1990, pembangunan instalasi penjernihan Karang Pilang I dengan kapasitas 1.000 literdetik telah selesai dan mulai berproduksi pada
awal tahun 1990 dengan dana pinjaman Banak dunia Loan No.2632 Industri.
Tahun 1991-1992, pembangunan gedung kantor PDAM KMS jalan Mayjen. Prof. Dr. Moestopo No.2 Surabaya selesai pada bulan April 1992
66
dengan biaya PDAM-KMS untuk meningkatkan pelayanan pada pelanggan.
Tahun 1994, peningktan PDAM Ngagel I dari 1.000 literdetik menjadi 1.500 literdetik dengan dana PDAM-KMS murni.
Tahun 1996, peningkatan PDAM Ngagel I dari 1.500 literdetik menjadi 1.800 literdetik dan kapasitas PDAM Karang Pilang I dari 1.000
literdetik menjadi 1.200 literdetik dengan dana PDAM-KMS. Tahun 1997, peningkatan PDAM Ngagel I dari 1.000 literdetik
menjadi 1.500 literdetik dan kapasitas PDAM Karang Pilang II untuk tahap I dengan kapasitas 5.00 literdetik dari 2.000 literdetik yang
direncanakan dengan pinjaman Bank Dunia No.3726 Indonesia. Tahun 1998, jumlah pelanggan mencapai 227.000 pelanggan dan
pada tahun 1999, tepatnya bulan Maret jumlah pelanggan mencapai 240.290 pelanggan.
4.1.3 Sumber-Sumber Penyediaan Air Bersih Perusahaan Daerah Air