BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menggunakan data runtun waktu time series. Penelitian dilaksanakan di kabupatenkota yang
termasuk kawasan Mebidangro Sumatera Utara yang meliputi Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Karo. Penelitian ini mengenai
sektor unggulankabupatenkota yang termasuk kawasan Mebidangro Sumatera Utara yang diperoleh dari Produk Domestik Regional Bruto PDRBtahun 2008-
2012.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, antara lain:
1. PDRB kabupatenkota dikawasan Mebidangro periode tahun 2008-2012. Data ini digunakan untuk analisis klasifikasi pertumbuhan sektor, analisis
perubahan dan pergeseran sektor ekonomi dan analisis sektor basis dan sektor unggulan. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS Provinsi
Sumatera Utara. 2. Selain data-data laporan tertulis, juga digali berbagai data, informasi dan
referensi dari berbagai sumber pustaka, media massa dan internet.
3.3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif yang digunakan untuk mempermudah analisis tabel-tabel dan grafik
Universitas Sumatera Utara
secara sederhana sehingga didapatkan gambaran mengenai perkembangan dari objek penelitian.
Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan beberapa metode analisis data, yaitu:
1. Analisis Tipologi Klassen digunakan untukmemperoleh klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah kabupatenkota di kawasan
MebidangroSumatera Utara rumusan masalah yang pertama. 2. Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui pergeseran sektor
perekonomian wilayah kabupatenkota di kawasan Mebidangro Sumatera Utara rumusan masalah yang kedua.
3. Analisis Location Quotient LQ digunakan untuk menentukan sektor basis dan nonbasis dalam perekonomian wilayah kabupatenkota di kawasan
MebidangroSumatera Utara rumusan masalah yang ketiga. 4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan MRP sebagai alat analisis tambahandalam
menentukan sektor unggulan dikabupatenkota di kawasan Mebidangro Sumatera Utara yang menekankan pada kriteria pertumbuhan baik eksternal
maupun internal rumusan masalah yang ketiga. 5. Analisis Overlay sebagai alat analisis tambahan dalam menentukan sektor
unggulan dikabupatenkota di kawasan Mebidangro Sumatera Utara rumusan masalah yang ketiga.
6. Analisis gravitasi digunakan untuk mengidentifikasikan kuat lemahnya interaksi ekonomi antara Kota Medan dengan kabupatenkota lainnya di
kawasan Mebidangro Sumatera Utara rumusan masalah yang keempat.
Universitas Sumatera Utara
3.3.1. Analisis Tipologi Klassen
Tipologi Klassen pendekatan sektoral dapat digunakan untuk memperoleh klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah kabupatenkota di kawasan
Mebidangro Sumatera Utara rumusan masalah yang pertama. Menurut Tipologi Klassen, masing-masing sektor ekonomi di daerah dapat diklasifikasikan sebagai
sektor yang prima, berkembang, potensial dan terbelakang. Analisis ini mendasarkan pengelompokan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan
kontribusi sektor tertentu terhadap total PDRB suatu daerah. Alat analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran
tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu
pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita daerah Kuncoro dan Aswandi, 2002.
Analisis Tipoloi Klassen menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut Sjafrizal, 2008 :
1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat developed sector Kuadran I. Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam
PDRB si yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi s dan memiliki nilai kontribusi
sektor terhadap PDRB ski yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi sk. Klasifikasi ini
dilambangkan dengan si s dan ski sk. 2. Sektor maju tetapi tertekan stagnan sector Kuadran II. Kuadran ini
merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB si
Universitas Sumatera Utara
yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi s, tetapi memiliki nilai kontribusi sektor
terhadap PDRB ski yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi sk. Klasifikasi ini
dilambangkan dengan si s dan ski sk. 3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang developing sector Kuadran
III. Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB si yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor
tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi s, tetapi memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB ski yang lebih kecil dibandingkan
kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi sk. Klasifikasi ini dilambangkan dengan si s dan ski sk.
4. Sektor relatif tertinggal underdeveloped sector Kuadran IV. Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB si
yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi s dan seklaigus memiliki nilai kontribusi sektor
terhadap PDRB ski yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi sk. Klasifikasi ini
dilambangkan dengan si s dan ski sk. Klasifikasi sektor PDRB menurut Tipologi Klassen sebagaimana tercantum pada
Tabel 3.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Klasifikasi sektor PDRB menurut Tipologi Klassen Kuadran I
Sektor yang maju dan tumbuh pesat developed sector
si s dan ski sk
Kuadran II
Sektor maju tetapi tertekan stagnan sector
si s dan ski sk
Kuadran III
Sektor potensial atau masih dapat berkembang developing sector
si s dan ski sk
Kuadran IV
Sektor relatif tertinggal underdeveloped sector
si s dan ski sk
3.3.2. Analisis Shift Share
Analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran serta peranan perekonomian di daerah. Metode ini dipakai untuk
mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada
tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional rumusan masalah kedua. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban pertumbuhannya
akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah di atasnya. Shift Share merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis
perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Analisis ini bertujuan untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja
perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar.
Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu dengan yang lainnya Tarigan, 2007, yaitu:
a Perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.
b Pergeseran proporsional proporsional shift mengukur perubahan relatif,
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita
untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada sektor- sektor yang tumbuh lebih cepat daripada perekonomian yang dijadikan acuan.
c Pergeseran diferensial differential shift membantu kita dalam menentukan seberapa jauh daya saing sektor-sektor daerah lokal dengan perekomian yang
dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu sektor adalah positif, maka sektor tersebut lebih tinggi daya saingnya daripada sektor
yang sama pada perekomian yang dijadikan acuan. Rumus Shift Share yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Δ�
r
,
�
= �
r
,
�,�
−E
r,
i
,
t −n
2 Artinya pertambahan PDRB sektor i adalah jumlah lapangan kerja sektor i
pada tahun akhir t dikurangkan dengan PDRB sektor i pada tahun awal t – n. Pertambahan PDRB sektor i ini dapat diperinci atas pengaruh dari National
Share,Proportional Shift, dan Differential Shift. Δ�r,
�,�
= �
�
+ �
�
+ �
�
3 �
�,�
= �
� ,�,�−�
E
N,t
E
N,t −n
− E
r,i,t −n
4 �
�,�
= { �
�,�,�
�
�,�,�−�
− �
�,�
�
�,�−�
} × �
� ,�,�−�
5 �
�,�
= { �
�,� ,�
− �
�,�,�
�
�,�,�−�
�
�,�,�−�
} 6 Keterangan :
Δ : Perubahan,tahun akhir tahun t dikurangi dengan tahun awal tahun t-n N : Provinsi Sumatera Utara
r : Kabupatenkota di kawasan Mebidangro E : Total PDRB juta rupiah
Universitas Sumatera Utara
i : Sektor t : Tahun
t – n : Tahun awal �� : National shiftjuta rupiah
�� : Proportional shift juta rupiah �� : Differential shift juta rupiah
Pengukuran dari analisis Shift Share Retno,2011: a.
�� bernilai positif, menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor i di daerahlebih cepat dibanding dengan pertumbuhan sektor yang sama di daerah provinsi.
Apabila �� bernilai negatif, menunjukkan bahwa pertumbuhansektor i di
daerah lebih lambat dibanding dengan pertumbuhan sektor yangsama di daerah provinsi.
b. �� menunjukkan komponen proportional shift yang dipakai untukmenghasilkan
besarnya shift netto bila terjadi perubahan pada PDRB yangbersangkutan. Komponen ini positif di daerah yang berspesialisasi di sektorsecara nasional
tumbuh lebih cepat dan negatif bila daerah berspesialisasipada sektor yang tumbuh lebih lambat.
c. �
�
menunjukkan differential shift yang dipakai untuk mengukur besarnya shift netto yang diakibatkan sektor tertentu yang lebih cepat atau lambat
pertumbuhannya di daerah yang bersangkutan karena faktor lokasional seperti melimpahnya sumber daya dan mengukur keunggulan kompetitif sektor di
daerah tersebut. �
�
bernilai positif pada sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan
�
�
bernilai negatif pada sektor yang tidak memiliki keunggulan kompetitif.
Universitas Sumatera Utara
3.3.3. Analisis Location Quotient LQ
Salah satu sasaran pembangunan ekonomi wilayah jangka panjang adalah terjadinya pergeseran pada struktur ekonomi wilayah yang terjadi akibat
kemajuan pembangunan suatu wilayah. Tidak semua sektor dalam perekonomian memiliki kemampuan tumbuh yang sama. Oleh karena itu, perencana wilayah
biasanya akan memanfaatkan sektor-sektor basis yang dianggap dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Alat analisis ini digunakan untuk menjawab rumusan
masalah yang ketiga yaitu penentuasn sektor basis dan unggulan. Tarigan 2005 mengemukakan bahwa LQ adalah suatu indeks yang
menggambarkan perbandingan antara besarnya peranan sesuatu sektorkomoditi di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektorkomoditi tersebut secara
nasional. Ada banyak variabel yang bisa diperbandingkan, tetapi yang umum adalah nilai tambah tingkat pendapatan dan jumlah lapangan kerja. Berikut ini
yang digunakan adalah nilai tambah tingkat pendapatan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
�� =
�
�
� ⁄
�
�
� ⁄
1 Keterangan:
LQ = Nilai Location Quotient Si = Nilai tambah sektor i kabupatenkota dikawasan Mebidangro
S = PDRB kabupatenkota di kawasan Mebidangro Ni = Nilai tambah sektor i di Provinsi Sumatera Utara
N = PDRB Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka
ada tiga kemungkinan nilai LQ yang dapat diperoleh, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. LQ 1 artinya tingkat spesialisasi sektor i kabupatenkota kawasan Mebidangrolebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama dalam
perekonomian di Provinsi Sumatera Utara. 2. LQ 1 artinya tingkat spesialisasi sektor i kabupatenkota kawasan
Mebidangrolebih kecil dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian di Provinsi Sumatera Utara.
3. LQ = 1 artinya tingkat spesialisasi sektor i kabupatenkota kawasan Mebidangroadalah sama dengan sektor yang sama dalam perekonomian di
Provinsi Sumatera Utara.
3.3.4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan MRP
Analisis Model Rasio Pertumbuhan dilakukan untuk melihat deskripsi sektor ekonomi terutama struktur ekonomi daerah yang menekankan pada kriteria
pertumbuhan baik eksternal provinsi maupun internal kabupatenkota Yusuf, 1999. Alat analisis ini sebagai alat analisis tambahan dalam menentukan sektor
unggulan dikabupatenkota di kawasan Mebidangro Sumatera Utara yang menekankan pada kriteria pertumbuhan baik eksternal maupun internal rumusan
masalah yang ketiga. Pendekatan MRP dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi RPR Dalam hal ini RPR membandingkan laju pertumbuhan masing-masing sektor di
wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total sektor wilayah referensi. RPR :
��
�
� �
�
� ⁄
��� �� ⁄
7
ΔE
i
R = perubahan PDRB sektor i di wilayah referensi pada awal dan akhir
Universitas Sumatera Utara
tahun penelitian ΔER
= perubahan PDRB di wilayah referensipada awal dan akhir tahun penelitian
E
i
R = PDRB sektor i di wilayah referensi pada awal tahun penelitian
ER = PDRB di wilayah referensipada awal tahun penelitian
Jika RPR 1, maka RPR dikatakan +, berarti laju pertumbuhan sektor i di wilayah referensi lebih tinggi dari laju pertumbuhan seluruh sektor di wilayah
referensi. Demikian juga sebaliknya. 2. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi
Dalam hal ini RPS membandingkan laju pertumbuhan masing-masing sektor di wilayah studi dengan laju pertumbuhan sektor sejenis di wilayah referensi.
RPS :
��
�
� �
�
� ⁄
��
�
� �
�
� ⁄
8 ΔE
i
J = perubahan PDRB sektor i di wilayah studi pada awal dan akhir tahun
penelitian ΔE
i
R = perubahan PDRB sektor i di wilayah referensi pada awal dan akhir
tahun penelitian E
i
J = PDRB sektor i di wilayah studi pada awal tahun penelitian
EiR = PDRB sektor i di wilayah referensi pada awal tahun penelitian
Jika RPS 1, maka RPS dikatakan +, berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di wilayah studi lebih besar dari laju pertumbuhan sektor tersebut di
wilayah referensi. Demikian juga sebaliknya. Dari hasil analisis MRP dengan melihat nilai RPR dan RPS akan
diklasifikasikan sektor-sektor ekonomi dalam empat klasifikasi, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1 Nilai RPR + dan nilai RPS + berarti kegiatan sektor tersebut pada tingkat wilayah referensi dan tingkat wilayah studi memiliki pertumbuhan yang
menonjol. 2 Nilai RPR + dan nilai RPS - berarti sektor tersebut pada tingkat wilayah
referensi memiliki pertumbuhan yang menonjol, tetapi tingkat wilayah studi kurang menonjol.
3 Nilai RPR - dan nilai RPS + berarti sektor tersebut pada tingkat wilayah referensi memiliki pertumbuhan kurang menonjol tetapi di tingkat wilayah
studi memiliki pertumbuhan yang menonjol. 4 Nilai RPR - dan nilai nilai RPS - berarti sektor tersebut pada tingkat wilayah
referensi maupun di tingkat wilayah studi memiliki pertumbuhan yang tidak menonjol.
3.3.5. Analisis Tipologi Overlay
Analisis Tipologi Overlay merupakan penggabungan atau penampilan lebih dari satu alat analisis dengan tujuan untuk menyaring hasil analisis yang
paling baik, dimana hasil akhir dapat merupakan kemungkinan ataupun hanya merupakan hasil yang diinginkan saja Mikhail, 1991. Analisis Tipologi Overlay
dalam penelitian ini merupakan rangkuman antara analisis Location Quotient LQ dan analisis Model Rasio Pertumbuhan MRP yaitu nilai RPS. Analisis ini
digunakan untuk menentukan sektor-sektor ekonomi unggulan rumusan masalah yang ketiga maupun potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan RPS dan
kriteria kontribusi LQ. Dengan mempertimbangkan kedua kriteria tersebut, penentuan kegiatan ekonomi yang unggul dan potensal dapat lebih akurat.
Menurut Maulana Yusuf 1999, pengelompokannya adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. RPS + dan LQ +, berarti bahwa sektor tersebut merupakan sektor unggulan dan layak mendapat prioritas dalam pembangunan.
b. RPS + dan LQ -, berarti bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang potensial. Sektor ini sedang mengalami perkembangan yang perlu mendapat
perhatian untuk kontribusinya dalam pembentukan PDRB. c. RPS - dan LQ +, berarti bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang
potensial namun ada kecenderungan menurun. Sektor ini menunjukkan sedang mengalami penurunan sehingga perlu dipacu pertumbuhannya.
d. RPS - dan LQ -, berarti bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang rendah dari segi pertumbuhan dan kontribusi sektor tertinggal. Sektor ini
tidak layak mendapat prioritas dalam pembangunan.
3.3.6. Analisis Gravitasi
Penelitian ini menggunakan analisis gravitasi untuk melihat besarnya daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi rumusan masalah yang
keempat. Model ini digunakan untuk melihat kaitan suatu potensi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. Model gravitasi dapat digunakan untuk
menghitung besarnya interaksi yang terjadi antara dua wilayah Tarigan, 2005. Dalam konteks penelitian ini, analisis gravitasi digunakan untuk
mengidentifikasikan interaksi ekonomi atau keterkaitan antara Kota Medan dengan kabupatenkota lainnya yang termasuk kawasan Mebidangro. Menurut
analisis ini daya tarik menarik antar pusat pertumbuhan dengan daerah sekitarnya merupakan perbandingan terbalik antara besarnya pengaruh pusat wilayah dan
kuadrat jarak antara dua wilayah. Rumus analisis gravitasi adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
�
��
= �
�
�
�
�
�
� ��
9
Keterangan : T
ij
= Daya tarik menarik antara daerah i dan j P
i
= Besarnya massa dari wilayah i yang menggunakan tolak ukur jumlah penduduk wilayah i
P
j
= Besarnya massa dari wilayah j yang menggunakan tolak ukur jumlah penduduk wilayah j
d
ij
= Jarak antara wilayah i dengan wilayah j b = Konstanta yang nilainya 2
Pengukuran dari analisis ini adalah: a.
Bila T
ij
nilainya semakin besar maka daya tarik menarik antara daerah i dan j semakin kuat dan bisa dikatakan indikator kegiatan sosial ekonomi
keduanya besar kaitannya. b.
Bila T
ij
nilainya semakin kecil maka daya tarik menarik antara daerah i dan j semakin lemah dan bisa dikatakan indikator kegiatan sosial ekonomi
keduanya kecil kaitannya.
3.4. Definisi dan Batasan Variabel Penelitian
Untuk menyamakan persepsi tentang variabel-variabel yang digunakan dan menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulisan memberi
defenisi dan batasan variabel opersional sebagai berikut: 1. Produk Domestik Regional Bruto PDRB adalah nilai tambah bruto gross
value added yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu baik berdasarkan harga berlaku maupun
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan harga konstan. 2. Sektor ekonomi yaitu sektor pembentuk angka PDRB yang mencakup 9
sembilan sektor utama. 3. Pertumbuhanekonomi, yaitu dengan melihat PDRB wilayah yang diteliti yang
dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 sembilan kelompok sektor ekonomi. Dalam penyajian ini PDRB dihitung berdasarkan harga tetap harga
konstan yaitu harga yang berlaku pada tahun dasar yang dipilih yakni tahun dasar 2000.
4. Sektor Basis basic sector adalah sektor yang memiliki nilai LQ lebih besar satu yang artinya sektor ini selain dapat memenuhi kebutuhan di dalam suatu
wilayah, juga dapat memenuhi kebutuhan luar wilayah itu atau berpotensi ekspor.
5. Sektor unggulan leading sector adalah sektor yang memiliki peranan share relatif besar dibanding sektor-sektor lainnya terhadap ekonomi wilayah
PDRB. 6. Pergeseran sektor perekonomian adalah perubahan kontribusi antar sektor
pembentuk PDRB yang diklasifikasikan ke dalam 9 sembilan sektor utama. 7. Sektor kompetitif adalah sektor ekonomi pembentuk PDRB yang merupakan
sektor basis dan memiliki pertumbuhan di atas rata-rata daerah referensi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Letak Geografis dan Pembagian Wilayah
Kawasan Mebidangro ditetapkan melalui Perpres No. 62 Tahun 2011. Wilayah yang termasuk dalam kawasan Mebidangro adalah Kota Medan, Kota
Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Karo. Kawasan Mebidangro menjadi sangat strategis karena merupakan pusat pemerintahan Provinsi Sumatera
Utara, pusat industri, perdagangan dan jasa, dan merupakan kawasan yang padat pemukiman. Selain itu terdapat juga Bandara Kuala Namu dan Pelabuhan
Belawan yang menjadi pintu masuk utama ke Provinsi Sumatera Utara.
Gambar 4.1. Peta wilayah kawasan Mebidangro
Adapun batas-batas wilayah kawasan Mebidangro adalah sebagai berikut: a.
Sebelah Utara : Selat Malaka
b. Sebelah Selatan
: Kabupaten Simalungun dan Dairi c.
Sebelah Timur : Kabupaten Simalungun dan Serdang Bedagai
Universitas Sumatera Utara